Artikel ini pertama kali tayang di VICE NetherlandsFotografer asal Belgia bernama Alexander Deprez tiga tahun lalu menikahi Nathalie Nijs, yang usianya 24 tahun lebih tua darinya. Jalannya roda nasib memang sangat menarik. Nijs adalah ibu sahabat baiknya sendiri.Sadar bila pernikahannya tidak terlalu lazim, Deprez lantas mengabadikan hubungan romantis itu menjadi sebuah proyek esai foto. Dia menamai proyeknya itu NN, sebuah seri foto analog yang merekam keseharian mereka hidup bersama. Kejujuran Deprez dan Nijs sangat menarik, karenanya aku mengajak sang fotografer ngobrol untuk memahami sudut pandangnya soal cinta, tabu di masyarakat, serta apa makna dari sebuah hubungan.
Iklan
VICE: Kapan momen pertama kamu bertemu Nathalie?
Alexander Deprez: Sekitar tiga tahun lalu, aku menghabiskan liburan musim panas di rumah sobat baikku, namanya Niels. Dia tinggal di Kota Ghent. Aku baru putus cinta dan rasanya selalu malas keluar rumah. Aku tinggal di Kota Kuurne kala itu. Kampung halamanku terasa seperti penjara. Makanya aku mau saja diajak liburan sama sahabatku itu ke Ghent. Di sana, aku ketemu Nathalie, ibunya Niels. Dia orang tua tunggal. Namanya juga numpang hidup di rumah mereka, aku jadi sering bertemu Nathalie. Kami berdua tiap sore nongkrong bareng di balkon, ngobrol sambil merokok.Jujur saja, dari pertama bertemu, aku sudah merasa degdegan melihat Nathalie. Aku merasa kami nyambung banget, tapi sumpah, waktu itu kami enggak aneh-aneh. Beneran ngobrol doang. Aku sadar lah risikonya, dia ibunya sahabatku sendiri. Selisih usia kami juga jauh banget. Tapi kami terus ketemuan. Aku baru bercinta dengan Nathalie setelah dia menggelar pesta ulang tahun beberapa bulan setelah liburan musim panas berakhir.
Alexander Deprez: Sekitar tiga tahun lalu, aku menghabiskan liburan musim panas di rumah sobat baikku, namanya Niels. Dia tinggal di Kota Ghent. Aku baru putus cinta dan rasanya selalu malas keluar rumah. Aku tinggal di Kota Kuurne kala itu. Kampung halamanku terasa seperti penjara. Makanya aku mau saja diajak liburan sama sahabatku itu ke Ghent. Di sana, aku ketemu Nathalie, ibunya Niels. Dia orang tua tunggal. Namanya juga numpang hidup di rumah mereka, aku jadi sering bertemu Nathalie. Kami berdua tiap sore nongkrong bareng di balkon, ngobrol sambil merokok.Jujur saja, dari pertama bertemu, aku sudah merasa degdegan melihat Nathalie. Aku merasa kami nyambung banget, tapi sumpah, waktu itu kami enggak aneh-aneh. Beneran ngobrol doang. Aku sadar lah risikonya, dia ibunya sahabatku sendiri. Selisih usia kami juga jauh banget. Tapi kami terus ketemuan. Aku baru bercinta dengan Nathalie setelah dia menggelar pesta ulang tahun beberapa bulan setelah liburan musim panas berakhir.
Sabahatmu bereaksi gimana habis tahu kamu pacaran sama nyokapnya?
Kami berdua kayak sengaja mengumumkan ke semua orang kalau pacaran pas pesta ultah itu. Kami ciuman di ruang tengah, dilihat anggota keluarga dan teman-teman Niels yang lagi asyik minum-minum. Seingatku terdengar suara "wah, anjing" dari beberapa orang, ada juga yang nyeletuk "wow". Tapi sebagian besar langsung ketawa. Niels juga ketawa melihat aku dan ibunya ciuman. Kami semua memang sudah mabuk parah malam itu.
Kami berdua kayak sengaja mengumumkan ke semua orang kalau pacaran pas pesta ultah itu. Kami ciuman di ruang tengah, dilihat anggota keluarga dan teman-teman Niels yang lagi asyik minum-minum. Seingatku terdengar suara "wah, anjing" dari beberapa orang, ada juga yang nyeletuk "wow". Tapi sebagian besar langsung ketawa. Niels juga ketawa melihat aku dan ibunya ciuman. Kami semua memang sudah mabuk parah malam itu.
Iklan
Keesokan harinya, sahabatku tidak ketawa lagi. Dia sempat lama tidak bisa menerima kenyataan ibunya resmi pacaran sama sobat baiknya sendiri. Niels menganggap aku tidak tahu diri, karena tiba-tiba muncul dan "merusak" keluarganya. Tapi, setelah beberapa bulan, kami semua sudah akur lagi. Dia memaafkan dan menerima keputusanku bersama Nathalie.Kamu pernah ngerasa di-judge sama orang karena berhubungan sama perempuan yang jauh lebih dewasa?
Enggak juga sih. Tentu saja ada yang mengomentari selisih usia kami, tapi biasanya yang nyeletuk gitu bukan teman dekat. Kadang yang ngomong tuh cewek di pub, yang seusia denganku, dan tidak mengira Nathalie pasanganku. Ada juga cowok seusia Nathalie yang berusaha kelihatan macho setelah tahu dia menikahi brondong sepertiku. Di hadapanku mereka pamer kalau sudah sering meniduri perempuan berbagai usia semasa muda. Seakan enggak mau kalah gitu.Mungkin yang lebih tepat, dibanding di-judge karena perkara moral atau apalah, hubungan kami lebih sering diremehkan. Hubungan kami dianggap sekadar sensasi sesaat, yang tidak dilandasi cinta. Aku dan Nathalie sih bodo amat. Biar waktu yang membuktikan kalau kami memang serius dan berkomitmen. Aku pribadi selalu menikmati kalau ada orang yang wajahnya kelihatan terkejut melihat sosok lebih cocok disebut ibu dan anak ini saling ciuman di ruang publik.
Enggak juga sih. Tentu saja ada yang mengomentari selisih usia kami, tapi biasanya yang nyeletuk gitu bukan teman dekat. Kadang yang ngomong tuh cewek di pub, yang seusia denganku, dan tidak mengira Nathalie pasanganku. Ada juga cowok seusia Nathalie yang berusaha kelihatan macho setelah tahu dia menikahi brondong sepertiku. Di hadapanku mereka pamer kalau sudah sering meniduri perempuan berbagai usia semasa muda. Seakan enggak mau kalah gitu.Mungkin yang lebih tepat, dibanding di-judge karena perkara moral atau apalah, hubungan kami lebih sering diremehkan. Hubungan kami dianggap sekadar sensasi sesaat, yang tidak dilandasi cinta. Aku dan Nathalie sih bodo amat. Biar waktu yang membuktikan kalau kami memang serius dan berkomitmen. Aku pribadi selalu menikmati kalau ada orang yang wajahnya kelihatan terkejut melihat sosok lebih cocok disebut ibu dan anak ini saling ciuman di ruang publik.
Kalau tidak salah, kamu langsung rajin memotret Nathalie sejak kalian resmi pacaran sampai kemudian menikah. Tapi kenapa sekarang kamu menjadikannya proyek esai foto? Apakah karena kamu pengin menentang tabu soal cinta lintas usia?
Enggak lah, ngapain?! Dengan menikahi dia saja aku sudah melanggar tabu kok. Proyek esai foto ini punya tujuan lain. Aku ingin menyorot budaya orang Flanders, orang Belgia kawasan Barat, tempat kami tinggal, yang seringkali bersikap munafik. Dalam budaya Flanders, ucapan ataupun pandangan orang lain tentang diri kita masih dianggap penting. Kalau kamu enggak suka sama sikap seseorang, kami diajarkan untuk menutupi emosi itu. Jangan sampai berkonflik. Aneh banget.
Enggak lah, ngapain?! Dengan menikahi dia saja aku sudah melanggar tabu kok. Proyek esai foto ini punya tujuan lain. Aku ingin menyorot budaya orang Flanders, orang Belgia kawasan Barat, tempat kami tinggal, yang seringkali bersikap munafik. Dalam budaya Flanders, ucapan ataupun pandangan orang lain tentang diri kita masih dianggap penting. Kalau kamu enggak suka sama sikap seseorang, kami diajarkan untuk menutupi emosi itu. Jangan sampai berkonflik. Aneh banget.
Iklan
Tonton dokumenter VICE soal mahalnya budaya pernikahan Sumba yang bikin anak mudanya frustrasi:
Makanya banyak orang yang akhirnya depresi gara-gara budaya kayak gitu. Aku lebih kepengin jujur sama diri sendiri lewat seri foto ini sekaligus mengkritik budaya kepura-puraan bangsaku sendiri. Makanya aku menampilkan berbagai aspek paling intim dari hubunganku dan Natalie. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Termasuk aspek pesta, cinta, dan seksnya.
Hal apa yang paling bikin kamu jatuh cinta sama Nathalie?
Hmm, apa ya, menurutku sih kepercayaan dirinya itu. Dia perempuan dewasa yang matang. Karena sudah matang, hubungan kami sangat stabil. Kami percaya satu sama lain. Aku yang berusia jauh di bawah Nathalie, jelas punya kelemahan khas anak muda. Biasanya anak muda itu sibuk berusaha meraih jati diri, jadi merasa harus punya ruang sendiri yang bebas dari pengaruh masyarakat atau pasangan. Dalam konteks hubungan romantis, kecenderungan anak muda kayak gitu bisa berujung pada minimnya rasa saling percaya sampai kecemburuan yang berlebih. Aku praktis tidak merasakan masalah kayak gitu selama berhubungan dengan Nathalie.
Hmm, apa ya, menurutku sih kepercayaan dirinya itu. Dia perempuan dewasa yang matang. Karena sudah matang, hubungan kami sangat stabil. Kami percaya satu sama lain. Aku yang berusia jauh di bawah Nathalie, jelas punya kelemahan khas anak muda. Biasanya anak muda itu sibuk berusaha meraih jati diri, jadi merasa harus punya ruang sendiri yang bebas dari pengaruh masyarakat atau pasangan. Dalam konteks hubungan romantis, kecenderungan anak muda kayak gitu bisa berujung pada minimnya rasa saling percaya sampai kecemburuan yang berlebih. Aku praktis tidak merasakan masalah kayak gitu selama berhubungan dengan Nathalie.
Dia mengizinkanku memotretnya, bahkan di momen-momen paling intim yang membuatnya terlihat tidak menarik sama sekali. Aku selalu terbuka padanya soal tujuanku membuat esai foto ini dan dia setuju. Biasanya orang akan cenderung membatasi apa yang boleh atau tidak boleh diperlihatkan ketika dipotret. Dia sih bodo amat orangnya.
Iklan
Dia tahu siapa dirinya dan tidak khawatir dipandang negatif sama orang yang melihat foto-fotoku. Bisa dibilang, berkat Nathalie pula, aku bisa mengembangkan gaya fotografiku sendiri yang khas. Mungkin karena dia mengizinkanku jadi diri sendiri selama berada di dekatnya.Scroll ke bawah untuk melihat foto-foto lain dari Alexander Deprez saat mengabadikan sosok istrinya.