FYI.

This story is over 5 years old.

Krisis Kemanusiaan

Anak-Anak Yaman Terperangkap “Bencana Kemanusian Terparah Sepanjang Masa”

Koalisi Arab Saudi terus menggempur Yaman untuk mengusir pemberontak Houthi, jutaan anak jadi korban paling menderita.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Hampir empat dari lima anak di Yaman kini membutuhkan bantuan kemanusian, demikian pernyataan beberapa lembaga swadaya bidang kemanusiaan dalam sebuah pernyataan bersama yang dirilis pekan ini. Direktur Eksekutif UNICEF, World Food Programme, dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan saat ini mayoritas anak di Yaman tengah menghadapi "kombinasi mematikan" kelaparan akut dan wabah kolera terparah dalam sejarah manusia. Krisis memaksa para orang tua untuk membuat pilihan yang mustahil dilakukan: mencari penanganan medis untuk anak-anak mereka yang sakit atau membeli makanan dan bahan pokok lainnya. "Semua itu untuk memastikan anggota keluarga mereka tetap hidup," kata Joe English, juru bicara UNICEF, pada VICE News. "Yaman tengah menghadapi bencana kemanusian paling parah dalam sejarah dunia modern," tegas English. "Anak-anak, anggota terentan dari populasi Yaman, adalah korban terbesarnya." Lebih dari 6,8 juta penduduk Yaman saat ini berada dalam kondisi kritis, akibat melonjaknya kasus kolera hingga mencapai angka 400.000 kasus, menurut data yang dilansir Perserikatan Bangsa-Bangsa. Nyaris 2.000 orang telah meninggal dalam wabah Kolera di Yaman. Oxfam, organisasi nirlaba asal Inggris, masih menyisakan sedikit harapan wabah kolera di Yaman bisa ditanggulangi dan memproyeksikan jumlah penduduk yang terjangkit kolera mencapai 600.000 orang pada akhir tahun ini. Berdasarkan data Save the Children, aat ini, ada satu anak yang terinfeksi kolera setiap 35 detik. Sementara itu, setiap 10 detik seorang balita di Yaman jatuh sakit, seperti yang dikemukakan PBB.

Iklan

Baca juga laporan kami mengenai dampak konflik Yaman pada ibadah haji

Angka-angka di atas mencerminkan kehancuran besar yang dialami Yaman pasca perang antara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi melawan pemeberontak Houthi. PBB dan organisasi kemanusiaan telah menuding kedua pihak bertanggung jawab atas terjadinya bencana kemanusian dan morat-maritnya kehidupan bermasyarakat di Yaman. Koalisi pimpinan Arab Saudi, secara khusus, dianggap bersalah atas jatuh korban jiwa warga sipil dalam jumlah yang besar. Kelompok donor internasional sebenarnya telah menyumbangkan dana sebesar US$1,2 miliar April lalu. Sayang sebagian besar tersebut belum bisa terealisasikan lantaran ambruknya infrastruktur kesehatan atau tertutupnya akses menuju titik transportasi penting seperti Bandara Ibu Kota Sana'a. Awal bulan ini, PBB menunda program pengiriman vaksin kolera karena sangat susah dilakukan di tengah perang yang masih berkecamuk. Para pemimpin dunia, termasuk menteri pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis, mendesak pelaksaan perundingan yang dimediasi PBB sebagai solusi mengakhiri perang saudara di Yaman. Para pengamat mengatakan Arab Saudi (aktor utama dalam konflik ini) hanya tidak akan melirik solusi damai terhadap pemberontak Houthi, selama duet AS-Inggris masih terus memberikan bantuan militer pada pasukan koalisi yang dipimpin Kerajaan Petro Dollar tersebut. Artinya, jika ingin Saudi menghentikan serangan ke Yaman yang justru menyengsarakan warga sipil, inisiatif utama berasal dari AS dan Inggris.

Foto utama: anak perempuan menangis saat ditangani sebuah pusat penanganan kolera di Ibu Kota Sana'a, Yaman pada 29 Oktober 2016.