FYI.

This story is over 5 years old.

Animasi

Seorang Ilmuwan Jadi Sosok di Balik Video Remeh yang Bikin Kamu Puas Ngabisin Waktu di Internet

Video 'oddly satisfying' ternyata digarap tim animasi paham prinsip fisika. Kami ngobrol sama satu ilmuwan yang menjelaskan video gitu bisa buat ngukur kekuatan jembatan lho.

Kamu pasti pernah atau suka menonton video animasi ‘oddly satisfying’ di YouTube atau Instagram, tapi kamu tahu tidak kalau salah satu penciptanya adalah seorang ilmuwan? Christopher Batty namanya. Dia adalah dosen ilmu komputer di University of Waterloo di Ontario, Kanada.

Setiap hari, Batty harus membuat video animasi seperti ini. Saya jamin animasinya jauh lebih menarik dan menenangkan daripada video-video ASMR lainnya di YouTube.

Iklan

Sebagian besar animasinya membentuk dasar special effect di film, tapi jauh lebih saintifik. Teknik Batty juga digunakan untuk melihat dan mengukur fenomena yang tidak ada di Bumi atau terlalu berbahaya bagi kehidupan kita. Misalnya, reaksi jembatan terhadap angin kencang atau apa yang membuat dam bisa mengubah aliran sungai.

Sumber GIF: Fang Da, Christopher Batty, Chris Wojtan, dan Eitan Grinspun

Batty menjelaskan bahwa metode yang dibuat bersama rekannya di Columbia untuk mensimulasikan gelembung, sekarang juga bisa digunakan untuk memodelkan perkembangan embrio di dalam rahim, berdasarkan gaya gravitasi atau kimia yang dialami.

Dia menggambarkan animasi berbasis fisikanya sebagai “paduan antara ilmu komputer dan fisika.” Batty bertujuan untuk menggambarkan gerakan benda sehari-hari menggunakan persamaan matematika. Bendanya bisa berupa air, rambut, pakaian atau madu.

Sumber GIF: Egor Larionov, Christopher Batty, Robert Bridson

Setelah itu, persamaan matematikanya akan dijadikan kode komputer yang dimasukkan ke dalam perangkat lunak animasi seperti Houdini atau Maya AutoDesk—program yang digunakan untuk film Moana dan Lord of the Rings.

Menurutnya, metode ini digunakan untuk menggambarkan ratusan ribu bagian yang bergerak, seperti tetesan air tumpah atau helaian rambut yang tertiup angin. Kita perlu menggunakan ilmu komputer untuk memperkirakan setiap gerakan bagian.

Tuntutan penonton akan gambar yang nyata menjadi alasan mereka menggunakan sains sebagai dasar animasi di film. Efek yang gagal akan merusak pengalaman menonton kita dan menyebabkan sedikitnya penjualan tiket di bioskop. (Masih ingat tubuh CGI Halle Berry yang aneh di Catwoman? Mereka rugi $10 juta atau Rp143 miliar.)

Iklan

Sumber GIF: Ryan Goldade, Christopher Batty, Chris Wojtan

Selain itu, animasi yang nyata mampu membuat kita takjub. “Saya sangat terkagum-kagum saat menonton Avatar,” kenang Ryan Goldade, mahasiswa PhD Batty. “Ini mampu menghidupkan imajinasi penonton.”

Mereka tidak selalu bergantung pada ketepatan, berhubung penonton tidak bisa membedakan animasi yang tampak nyata dan benar-benar nyata. Ilmu fisika terkadang bertentangan dengan apa yang diinginkan seniman, maka mereka memerlukan perangkat lunak yang memiliki fleksibilitas. Batty memberi contoh waktu dia sedang menciptakan karakter yang terbuat dari tar. “Kami ingin animasinya mendapatkan sentuhan fisika dan artistik.”

Para fisikawan dan insinyur menggunakan teknik ilmu matematika dan komputasi yang sama dengan Batty untuk menjelaskan proses terbentuknya galaksi, memodelkan reaksi nuklir, dan menguji kekuatan jembatan. Dengan fisika komputasional, “kita dapat mengaktifkan atau mematikan berbagai bagian realitas untuk melihat apakah kita merasakan efek yang sama atau tidak,” ujar Batty.

Kita bisa saja membuat model yang lebih detail atau akurat, tapi kita memerlukan komputer yang kapasitasnya lebih besar dan cepat untuk menjalankan simulasi. Menurut Batty, masih banyak waktu bagi mereka untuk melakukan perkembangan—terutama dalam menciptakan animasi yang jauh lebih nyata seperti di game komputer dan film. “Kami masih jauh dari itu, tapi kami akan terus mengembangkannya.”

Iklan

Sumber GIF: Yonghao Yue, Breannan Smith, Christopher Batty, Changxi Zheng, Eitan Grinspun

Sumber GIF: Fang Da, David Hahn, Christopher Batty, Chris Wojtan, Eitan Grinspun

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard