Begini Rasanya Jadi Perjaka Hingga Usia 40
Foto ilustrasi via Shutterstock 

FYI.

This story is over 5 years old.

Seks

Begini Rasanya Jadi Perjaka Hingga Usia 40

Seriusan ini pengakuan beneran, bukan cuma film. “Tiap mendengar orang membicarakan kencan atau seks, saya merasa abnormal dibanding manusia lainnya."

Saya bertemu Jeremy tiga atau empat tahun yang lalu. Saya tidak sengaja mendengarnya berbicara tentang masa sekolahnya dan kami mulai mengobrol dan berteman. Dia pintar, modis, biarpun selalu ngapa-ngapain sendiri. Saya berasumsi ini karena dia dewasa dan independen, dan sudah berada di fase transisi umur 30an pertengahan di mana seseorang mulai mengabaikan kehidupan larut malam dan teman kerja demi mencari persahabatan yang sejati yang bisa bertahan hingga hari tua nanti.

Iklan

Dia adalah tipe orang yang jarang kamu temui di acara-acara sosial larut malam. Di Vancouver, apabila kamu berada di sebuah pesta selepas tengah malam, sudah pasti isinya orang mabuk semua. Namun Jeremy terlihat selalu sadar, mungkin terlalu sadar. Sikap dan kelakuannya selalu terjaga, namun dia tidak pernah terlihat lebay. Baru-baru ini, setelah saya dan beberapa teman merayakan ulang tahunnya yang ke 40, saya mulai menyadari cara bicaranya yang penuh harapan dan dia berbagi informasi yang sangat intim dengan saya: dia 40 tahun dan belum pernah melakukan hubungan seksual.

Kaget bukanlah reaksi yang timbul ketika saya mendengar ini. Lucunya, bukan juga rasa kasihan. Saya lantas langsung membanjirinya dengan pertanyaan. Emosi Jeremy sepanjang percakapan merupakan gabungan dari nihilisme, kesedihan, dan humor gelap. Saya sulit untuk berempati, karena saya juga terlambat dewasa. (Umur rata-rata orang kehilangan keperjakaan/keperawanan di Kanada dan AS adalah 18 tahun, menurut survei kondom Durex 2016). Umur Jeremy kini sudah dua kali lipat dari umur ketika saya baru mulai berhubungan seks, dan saya mulai khawatir bahwa dia telah menjalani kehidupan yang berat, penuh dengan perasaan alienasi, depresi, dan frustrasi secara seksual dan emosional.

Biarpun begitu, ketika mengobrol dengannya, ada kesan seakan-akan dia memulai kembali kehidupannya di umur 40, bahwa mungkin rasa optimisnya meyakini bahwa dia bisa memulai kehidupan seksual dengan perspektif seorang lelaki berumur 40 tahun, tanpa melodrama teatrikal lebay yang menghiasi pengalaman seksual kita di masa remaja. Sebaliknya, beban psikologis ini jelas bisa menjadi tempat yang gelap bagi Jeremy, dan menjadi bukti bahwa karakter dan keyakinannya memang penuh dengan harapan, proaktif, dan menolak untuk menjalani kehidupannya sebagai ‘pecundang.’

Iklan

VICE: Halo. Berapa banyak orang tahu kamu masih perjala? Biasanya apa reaksi mereka?
Jeremy: Tidak banyak yang tahu. Keluarga saya sepertinya memang curiga, tapi tidak ada anggota keluarga yang pernah membicarakannya. Saya telah memegang rahasia ini selama bertahun-tahun. Hanya baru-baru ini, saya pulang ke rumah bersama seorang perempuan yang saya temui di sebuah klub dan karena mabuk, menceritakan rahasia tersebut. Namun karena kami berdua sama-sama mabuk, saya tidak tahu sebetulnya bagaimana dia bereaksi. Dia memang terdengar kaget, tapi hanya itu yang saya lihat. Kalo tidak salah ada total empat orang yang saya ceritakan soal ini: perempuan tersebut, seorang sahabat dekat yang sudah saya kenal lebih dari satu dekade, ahli endokrinologi saya, dan sekarang, kamu, dan siapapun yang membaca artikel ini. Bertahun-tahun yang lalu, teman saya khawatir dan menyuruh saya pergi ke terapis seks apabila saya masih perjaka beberapa tahun kemudian.

Apakah ada yang sampai menawarkan jasa untuk merenggut keperjakaanmu atas dasar pertemanan atau belas kasihan?
Yang kayak gitu belum pernah terjadi. Karena saya tidak bercerita ke banyak orang, bahkan ke teman-teman terdekat, ini bukanlah opsi bagi saya.

Pernahkah kamu terpikir menyewa jasa pekerja seks saja? Sekarang jasa seks banyak jenisnya, mulai dari beperan jadi pacar sewaan, hingga yang klasik sebagai teman tidur. Layanan macam itu kan enggak tabu-tabu amat.
Ketika masih muda, saya bahkan tidak mengira akan mempertimbangkan jasa seks untuk diri saya sendiri. Saya pikir seks adalah sesuatu yang terjadi saja gitu. Dalam kepala saya, secara naif saya membayangkan akan bertemu seseorang dan akan berbagi pengalaman itu bersama-sama. Saya mengira ketika seks terjadi pertama kali, ini akan terjadi dengan seseorang yang saya suka, atau bahkan sekedar hook-up setelah bertemu seseorang di sebuah klub. Saya merasa pengalaman hidup macam ini terdengar sangat sederhana ketika diucapkan, dan saya sadar bagi banyak orang kejadian seperti ini sangat umum, tapi ini tidak pernah terjadi ke saya.

Iklan

Kesadaran bahwa saya tidak pernah berhubungan seks tidak terlalu terpikir ketika saya berumur 20-an. Namun sekarang saya sudah 40 tahun; status perjaka menjadi isu emosional yang lebih besar buat saya. Ketika isu ini mulai menganggu pikiran, saya tidak bisa menggunakan jasa seks. Saya melihat jasa seks bukan sebagai hal yang tabu, tapi lebih ke “jalan keluar mudah.” Apabila saya menggunakan jasa seks, berarti saya sudah menyerah terhadap ide kuno berhubungan seks dengan seseorang yang saya temui. Dalam kepala saya—saya sering sekali membayangkan ini itu—saya merasa abnormal atau gagal. Saya merasa bahwa dengan mempertimbangkan jasa seks, saya lebih gagal lagi.

Artinya kamu mulai terbuka dengan kemungkinan memakai jasa seks?
Sepertinya begitu. Saya terbuka terhadap ide itu, tapi saya tidak tahu bagaimana untuk memulainya.

Apa rasa penasaran terbesarmu? Seks itu sendiri, atau perasaan yang hadir dengannya?
Sama seperti perjaka di umur berapapun, semua orang pasti penasaran tentang seks. Memang, sebagai perjaka berumur 40 tahun, seks terasa menjadi isu yang besar bagi saya. Saya merasa sudah cukup pandai untuk tahu bahwa seks nyata tidak seperti pornografi. Saya tahu seks bisa memperumit keadaan. Karena saya sangat terlambat ‘dewasa’, saya takut tidak bisa mengejar orang lain. Saya takut karena saya mulai sangat terlambat, saya tidak akan mahir dan selalu mengecewakan partner. Saya takut tidak dianggap serius oleh orang lain. Namun, konsep yang datang dengan seks, terutama komponen dari hubungan dewasa, adalah yang membuat saya penasaran. Sebagai seseorang yang belum pernah memiliki seorang pacar, saya belum mengalami pasang surut sebuah hubungan dewasa. Saya penasaran seperti apa rasanya terlibat intim secara seksual dan emosional dengan seorang perempuan.

Iklan

Kabarnya kamu mengidap gangguan kesehatan langka yang memperlambat pubertas dan dorongan seks?
Saya mengidap sebuah kondisi yang disebut ideopathic panhypopituiarism. Saya telah mengidap kondisi ini semenjak lahir tapi baru didiagnosa ketika berumur empat atau lima tahun ketika orang tua saya menyadari pertumbuhan saya agak lambat. Karena kondisi ini mempengaruhi semua hormon kelenjar di bawah otak, saya memiliki defisiensi pertumbuhan hormon semenjak kecil. Saya juga mengidap defisiensi di kelendar tiroid dan adrenal. Mau tidak mau saya harus meminum pil untuk membantu produksi hormon dan disuntik testosteron untuk memproduksi testosteron. Kondisi ini membuat saya terlihat jauh lebih muda. Faktanya, saya baru mulai mencukur wajah di pertengahan 30an. Ini juga mempengaruhi dorongan seks saya. Jujur, saya selalu bangga bisa cukur wajah. Saya bahkan merayakan hari pertama saya cukur sebagai “shaversary.” Saya juga bangga sekarang sudah bisa mendapat ereksi. Pengganti hormon seksual membuat saya merasa seksual, dulu selama bertahun-tahun saya tidak merasa seperti itu.

Saya berasumsi kamu tetap masturbasi. Di usia berapa kamu mulai merancap?
Iya, saya bermasturbasi. Tapi saya tidak ingat pasti kapan mulainya. Mungkin ketika berumur 20-an akhir hingga 30-an awal. Namun barulah di umur 30an awal, ketika dosis testosteron saya meningkat, saya bisa ‘menyelesaikan’ dengan benar. Tapi ketika saya berejakulasi pun, keluarnya tidak banyak.

Iklan

Pernakah kamu nyaris berhubungan seks dan apakah kamu menyesal saat mengenang lagi momen-momen tersebut?
Ada dua kejadian di mana saya hampir berhubungan seks. Yang pertama dengan seorang perempuan yang umurnya lima hingga tujuh tahun lebih tua dan saya kenal dari dunia maya selama setahun. Saya masih berumur 20an awal. Dia tinggal di Portland tapi mampir ke Vancouver di satu akhir pekan. Dia adalah perempuan pertama yang pernah intim dengan saya. Saya tidak memberi tahu bahwa saya seorang perjaka, tapi dia tahu tentang kondisi medis saya saat itu dan mungkin bisa menebak ketika kami menghabiskan waktu bersama. Bersama dengannya adalah hal terdekat dengan seks yang saya alami. Kami tidur bareng beberapa malam, dan di malam terakhir, saya membantu dia bermasturbasi. Namun karena kondisi medis saya, saya tidak memiliki gairah seks saat itu, jadi saya tidak bisa berereksi. Setelah dia pergi, kami semakin jarang mengobrol dan akhirnya hilang kontak.

Yang kedua kali terjadi ketika saya berumur 30an awal dengan seorang perempuan yang lagi-lagi tinggal di luar kota. Namun kali ini berbeda karena saya sadar tidak ada chemistry sama sekali antara kami. Saya merasa kami terlalu berbeda. Tapi rasanya dia lebih yakin tentang saya daripada saya tentang dia, jadi di malam terakhir, kami tidur bareng. Saya tidak pernah secara spesifik mengatakan tentang keperjakaan saya, tapi saya yakin dia tahu karena dia mengerti bahwa kondisi saya mengganggu dorongan seks saya. Kali ini tidak seintim pertama kali, tapi kami sempat grepe-grepe. Lagi-lagi setelah dia pergi, kami semakin jarang ngobrol dan putus kontak. Saya tidak menyalahkan keperjakaan atau kondisi saya.

Iklan

Tapi saya menyesali kehilangan kontak dengan kedua perempuan tersebut dan bagaimana hubungan kami berakhir. Mereka adalah perempuan luar biasa yang mempercayai saya dan jelas nyaman dengan saya juga. Saya tahu seharusnya saya bisa berkomunikasi lebih baik. Mungkin secara seksual, saya kurang pengetahuan, tapi saya seharusnya cukup tahu untuk berkomunikasi dengan mereka lebih baik. Kalau ngomongin penyesalan, saya selalu akan menyesali beberapa kesempatan yang hilang. Saya sering bersikap keras terhadap diri sendiri karenanya. Saya bertanya ke diri sendiri apabila saya orang yang berbeda dan tidak malu-malu soal hal macam ini, apakah mungkin saya sudah bertemu dengan seseorang? Kalau saya tidak kelewat serius, apakah saya mungkin sudah hook-up dengan seseorang? Saya menyesal tidak menceritakan masalah saya ke orang lain, terutama teman-teman saya. Saya memang menyesali banyak hal, tapi yang paling utama adalah bagaimana saya selalu berkutat dengan pikiran saya sendiri.

Dua perempuan tersebut, mungkin bukan kebetulan, kamu kenal secara online. Sudah berapa lama kamu menggunakan situs kencan? Apakah situs-situs ini membuatmu lebih mudah mengakui keperjakaanmu dibanding kencan di dunia nyata?
Saya merasa saya selalu memberikan kesan pertama yang buruk, terutama dengan perempuan. Bukan berarti kencan online selalu sukses untuk saya, tapi saya sudah menggunakan situs kencan selama lebih dari satu dekade, dimulai dengan OkCupid. Di situs kencan, saya bisa membiarkan otak saya bekerja. Saya diberikan waktu untuk menjawab, untuk menyiapkan lelucon. Saya bukan orang yang paling spontan, jadi waktu untuk menjawab yang diberikan situs kencan sangat berarti. Dan ada elemen anonimitas ketika kamu online. Karena inilah saya merasa lebih mudah untuk bersikap terbuka tentang keperjakaan saya.

Iklan

Seperti apa kehidupan sosialmua? Apa kamu memiliki banyak teman yang awet dari masa kecil sampai sekarang?
Keluarga saya sering pindah rumah. Biarpun saya lahir di AS, keluarga saya pindah ke negara ini ketika saya masih sangat muda. Itupun mereka terus pindah tempat kerja. Ketika saya berumur lima atau enam tahun, saya selalu duduk sendirian di sekolah. Setelah pindah untuk kedua kalinya, saya berusaha untuk tidak berteman dengan siapapun karena saya tahu keluarga saya akan pindah lagi dan saya tidak akan bertemu mereka lagi. Ketika berumur 19 tahun, saya sudah tinggal dalam lima negara bagian yang berbeda dan juga di luar negeri. Barulah di akhir 20an, saya mulai memiliki persahabatan dewasa.

Saya selalu terlambat ‘dewasa’ dalam semua aspek kehidupan dan ini termasuk dalam hal bisa bersikap sensitif dan terbuka terhadap teman. Barulah akhir-akhir ini saya menemukan arti dari pertemanan yang sesungguhnya. Sulit untuk mempercayai seseorang, apalagi untuk membuka diri ke orang lain. Saya selalu takut mereka tidak akan mau bersama atau ngobrol dengan saya setelah tahu diri saya sebenarnya. Sekarang saya sudah sadar dan mencoba menjadi teman yang lebih baik bagi orang-orang yang saya sayangi. Saya ingin menjadi teman yang bisa dipercaya. Saya ingin sanggup mendukung teman-teman saya dengan cara mendengarkan dan menyemangati mereka. Untuk bisa menjadi sosok teman seperti ini, saya sadar bahwa saya harus bisa mempercayai diri sendiri juga.

Apakah kamu pernah mendapat reaksi yang negatif atau kejam ketika berbagi informasi kalau masih perjaka?
Saya belum pernah mengalami reaksi negatif atau kejam ketika berbagi informasi ini dengan siapapun. Mereka yang mendengar informasi ini biasanya entah tidak percaya atau sangat pengertian. Saya butuh waktu yang lama untuk mempercayai seseorang dan menceritakan situasi saya. Saya selalu takut, bahkan dengan teman-teman terdekat, bahwa saya akan dikucilkan atau diolok-olok. Sama seperti semua orang, saya tidak ingin merasa kurang. Saya ingin merasa normal, bukan sekedar statistik langka. Biarpun tidak pernah mengalami reaksi negatif, saya tetap mengkhawatirkan pikiran orang tentang saya. Saya tidak tahu seperti apa rasanya intimasi, bahkan dengan teman. Sulit bagi saya untuk membuka diri karena saya selalu takut akan ditinggalkan teman ketika mereka tahu. Saya tahu rasa takut ini tidak rasional, tapi saya sedang berusaha untuk merubah diri.

Pernahkah kamu takut pengalaman seks perdana kelak tidak berjalan dengan baik? Apakah kamu khawatir dengan yang terjadi setelahnya?
Wah, saya tahu seks pertama saya akan berakhir dengan buruk. Saya tahu orang selalu mengatakan seks pertama tidak seindah bayangan. Saya menjadi terlalu tergantung secara emosional dengan orang yang saya suka, jadi ya memang, saya khawatir jatuh cinta dengan rekan seks pertama nanti. Di sisi lain, saya juga merasa karena sudah cukup dewasa, saya akan sanggup menghadapi tantangan emosional tersebut.

Seks adalah hal yang lumrah dialami manusia. Apakah kamu merasa terbebani karena ada ekspektasi agar manusia mengalaminya setidaknya sekali seumur hidup?
Pastinya. Saya selalu merasa frustrasi, depresi dan patah hati bahwa saya tidak paham seperti apa rasanya seks. Saya memang tidak memiliki pengalaman yang banyak orang lebih mudah miliki, tapi saya tahu seperti apa saya seharusnya merasa ketika menyukai seseorang. Secara seksual, saya juga tahu seperti apa rasanya tertarik dengan seseorang secara fisik. Namun ketika mendengar atau membaca cerita tentang kencan, lagu tentang seks dan cinta, saya selalu merasa seperti manusia abnormal.

Apakah umur 40 terasa seperti puncak rasa frustrasi dari keperjakaan ini? Apakah kamu merasa lebih buruk sebagai perjaka dibanding setahun yang lalu?
Ketika masih muda, saya selalu berpikir ketika nantinya berumur 40 tahun, saya sudah berpacaran beberapa kali dan sudah menikah. Terdengar normal kan? Saya merasa komedi romantis dan acara TV merusak ekspektasi saya. Saya mengira akan melewati pengalaman yang sama. Melihat seorang perempuan berjalan dan langsung naksir. Kemudian putus. Tapi hidup tidak seperti itu, saya sadar ini tidak realistis. Tapi ini tidak menghentikan saya dari berharap untuk merasakan ketertarikan yang timbal-balik dengan seseorang dan akhirnya kehilangan keperjakaan. Saya sadar di umur 40 tahun, saya adalah sebuah statistik langka. Namun saya mencoba untuk lebih mencintai diri sendiri juga. Saya sadar bahwa kombinasi dari kondisi medis dan seringnya pindah-pindah telah menciptakan badai masalah yang berhubungan dengan rendahnya rasa kepercayaan diri, kesulitan mempercayai, dan kurangnya pengalaman sosial. Saya percaya saya mulai bisa menavigasi badai tersebut dengan lebih baik. Bagian besar dari menavigasi badai ini adalah menyadari bahwa saya tidak boleh menyalahkan diri atas situasi yang tidak bisa saya kendalikan. Bukan berarti saya tidak pernah bahagia. Saya menyukai pekerjaan saya, saya akrab dengan keluarga, dan saya menghabiskan waktu dengan teman-teman yang saya sayangi. Namun kadang-kadang, saya merasa teralienasi dari peradaban manusia karena keperjakaan dan kurangnya pengalaman sosial.

Follow Trevor Risk di Twitter.