FYI.

This story is over 5 years old.

Ada Apa Dengan Bercinta

Situs Swadaya Berusaha Menyediakan Layanan Kencan Buat Orang Aseksual

Udah tau aseksual kok malah ditawari kencan? Pragati Singh punya cara pikir berbeda dan yakin situsnya bisa jadi solusi buat komunitas aseksual. Sayang masih banyak masalah membentur upaya tersebut.
Singh adalah otak di balik situs kencan khusus buat aseksual. Foto oleh: Vijay Pandey 

"Ada Apa Dengan ber-Cinta" adalah seri liputan khusus VICE membahas serba-serbi seks yang selama ini dianggap tabu, khususnya di Indonesia, padahal penting sekaligus bikin penasaran. Klik tautan ini untuk mengikuti artikel dan video lainnya dalam topik yang sama.


Pragati Singh adalah penggagas Indian Aces, sebuah komunitas aseksual di India. Dibangun pada 2014 dan diluncurkan kembali pada 2016, komunitas ini memiliki laman Facebook yang aktif mengadakan pertemuan dan lokakarya seputar seksualitas.

Iklan

Singh menciptakan alat perjodohan untuk orang-orang aseksual pada 2015-2016 namun kemudian menutupnya. VICE menemui doktor berusia 30 tahun ini untuk membahas kesulitan dalam percintaan, tantangan serta keriaan menemukan komunitas yang bisa menerima manusia dengan orientasi seksual berbeda.

VICE: Mengapa menurutmu orang-orang aseksual membutuhkan situs perjodohan?
Pragati Singh: Selama ini, banyak orang menulis kepada saya, mengatakan mereka tak tahu ke mana mesti mencari pasangan yang juga tidak suka berhubungan seks. Mayoritas orang-orang aseksual menginginkan pasangan yang juga aseksual untuk mengurangi beban ekspektasi dari kehidupan seksual. Saya sering mendapatkan pesan seperti, “Kamu bisa bantu saya mencari jodoh?”, “Orang tua saya memaksa saya untuk menikah” atau “Hubungan terakhir saya dengan seorang heteroseksual [yang seksual] dan saya tidak bahagia.” Itulah mengapa mulanya saya memulai Platonicity, alat perjodohan.

Jadi konsepnya adalah situs web biasa ya?
Bentuknya lebih mirip formulir Google supaya orang-orang bisa menulis data diri mereka. Saya berencana menjodohkan orang-orang secara manual, atau dengan sheet excel. Dan saya punya template yang membantu saya mempertemukan orang-orang yang tepat.

Saya mengunggahnya di laman Facebook, Indian Aces. Dan saya mengunggahnya juga di beberapa grup aseksualitas lainnya di Facebook, sebagian besarnya internasional.

Singh juga merancang aplikasi kencan untuk komunitas aseksual di negaranya. Foto: Vijay Pandey

Formulir tersebut isinya pertanyaan apa saja?
Sangat merinci. Karena saya paham nuansa dalam aseksualitas sangat unik. Dan orang-orang memiliki keinginan yang sangat spesifik. Jadi form ini mencakup kepercayaan politik sampai tingkatan positivitas seks mereka. Form ini bahkan menanyakan pada orang-orang sejauh mana mereka ingin melakukan aktivitas fisik intim—“Apakah kamu ingin berhubungan seksual, atau ingin bercumbu saja?” Selain itu, gender apa yang mereka cari. Misalnya, ada orang-orang yang bilang ‘Saya akan menerima siapa saja kecuali laki-laki cisgender.”

Iklan

Lalu, apa yang terjadi setelah calon pengguna sudah mengisi formulir?
Saya sedang di Shimla dan saya pikir saya akan memeriksa form ini sekembalinya dari liburan. Saya mengharapkan 20 tanggapan. Ternyata tanggapan yang saya dapatkan lebih dari 200. Mereka dari banyak tempat. Dari Mesir, Spanyol, Kanada, dll. Saya jujur tidak tahu cara menangani data sebanyak itu.

Awalnya saya memutuskan untuk menutup form ini. Tapi responden sudah mencapai 350 dan saya perlu menghentikannya sebentar. Jadi sekarang ini sedang ditutup.


Tonton dokumenter VICE mengenai kiprah Mamah Dedeh, ustazah progresif bagi kalangan ibu-ibu antipoligami:


Apakah kamu pernah kepikiran pakai konsep crowd-funding untuk mengembangkan layanan ini?
Saya sempat memikirkan metode itu akhir-akhir ini. Saya ingin bisa mempekerjakan seseorang untuk membuatkan algoritmanya—saya ingin orang-orang dipertemukan dari form ini. Tapi saya tidak tahu cara membuatnya otomatis.

Tapi ini pekerjaan berat untuk satu orang. Saya punya pekerjaan sehari-hari. Saya punya kehidupan pribadi. Saya senang melakukan ini, tapi saya lelah juga.

Apa yang memulai pertemuan-pertemuan offline antar pengguna aseksual?
Seorang perempuan menulis kepada saya, bilang bahwa dia merasakan kecenderungan bunuh diri karena orang tuanya ingin dia menikah. Dia tidak ingin mempunyai pernikahan heteroseksual karena dia tidak ingin berhubungan seksual. Saya tidak tega. Kejadian ini baru, sekitar Oktober atau November 2017.

Iklan

Dia membutuhkan pertolongan langsung jadi saya mencoba membuat acara offline. Sayangnya, dia tidak bisa hadir. Tapi, banyak orang lainnya hadir. Kami mengadakan acara speed-dating

untuk orang-orang aseksual. Ada banyak orang yang menemukan pasangan.

Apa manfaat yang kamu dapatkan dari ini semua?
Itulah yang saya tanya kepada diri sendiri, “Ngapain ya saya mau melakukan ini semua?”

Terkadang saya bingung kenapa orang-orang bertanya pada saya soal ini dan itu, hmmm apakah ini bodoh? Sejujurnya, tanggapan-tanggapan yang saya dapatkan dari orang-orang, sangat memotivasi saya. Itu semua sangat mendorong saya.

Apakah kamu berencana memonetasi layanan situs kencan ini?
Saya tidak tahu cara melakukannya. Saya akan sangat senang kalau bisa mendapatkan uang dari ini. Karena jadinya ini tak terlalu terasa seperti beban. Tapi, di sisi lain, uang bukanlah motivasi utama saya. Jadi, kalaupun saya tidak mendapatkan uang, saya tetap akan melakukannya. Jelas ada orang-orang yang hidupnya terbantu dan itu sangat memotivasi saya.

Follow Maroosha Muzaffar di Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE India.