Musik disko sekarang keren lagi gara-gara Diskoria. Beberapa bulan lalu, saya menyambangi sebuah bar di daerah Senopati, Jakarta Selatan dengan niat menonton kolaborasi Diskoria bersama musisi legendaris Indonesia, Fariz RM. Tidak lebih dari 15 menit masuk ruangan, saya harus bersusah payah keluar, perlahan-lahan melewati tembok manusia yang memenuhi setiap sudut (dan tengah) ruangan. Di dalam terlalu sesak dan panas, belum lagi penuh dengan asap rokok. Boro-boro mau nonton, Fariz RM cuman kelihatan ujung keytarnya doang. Di luar pintu, barisan pengunjung yang mengantri masuk turun memutar mengikuti bentuk tangga hingga ke luar gedung. Gile.
Dalam beberapa tahun terakhir, Diskoria, duo DJ spesialis pembawa musik disko/pop/funk Indonesia lawas ini menjadi buah bibir pencinta musik lokal berkat kegigihan mereka membawakan musik yang mungkin sempat dipandang usang, kuno, atau tua. Kini, acara seperti “Suara Disko” telah menyambangi berbagai kota besar di Indonesia dan selalu penuh sesak dikunjungi puluhan hingga ratusan orang.
Videos by VICE
Lucunya, kedua punggawa Diskoria—Merdi Simanjuntak dan Fadli Aat—justru datang dari latar belakang musik yang lumayan jauh dari disko. Aat sempat bermain bass untuk band hardcore asal Jakarta, Step Forward, di pertengahan 90-an, sedangkan Merdi bermain di band jangly pop Sweaters yang aktif di awal 2000-an dan juga unit shoegaze, Sugarstar beberapa tahun kemudian. Kecintaan akan musik akhirnya mengantar mereka menggeluti berbagai genre yang berbeda.
“Aat itu udah mulai digging plat dari SD, dari 80’an,” ujar Merdi. “Dia gak pernah ngebatesin, dia mau dengerin apa aja,” tambahnya menjelaskan bagaimana Aat terpengaruh oleh kakaknya yang memang sempat bermain sebagai DJ musik disko dan music director radio kampus Trisakti.
“Gue dari main di band indie jadi eksplor kemana-mana, ke dream pop, post-punk sampe akhirnya gue nyampe ke disko, dance music dan pelajarin gimana musik itu dimaenin di klub,” kata Merdi yang memulai petualangannya ke dalam dunia musik disko di 2005 setelah kedua bandnya tidak lagi aktif.
Setelah bertahun-tahun menghabiskan waktu untuk eksplorasi harta karun musik lawas Indonesia dan juga memutar beratus-ratus track di atas turntable, Merdi dan Aat berbagi tembang disko Indonesia favorit mereka dengan VICE Indonesia. Apa saja? Berikut daftarnya:
Lagu Favorit Merdi:
1) “Acuh” oleh Nada & Improvisasi
“Track yang diambil dari sebuah kompilasi all-star musisi jazz Indonesia, dan dinyanyikan oleh Nunung Wardiman. Track ini merupakan yang paling upbeat diantara lagu lainnya dari album tersebut dan menjadi langganan diputar set Diskoria.”
2) “Rinai Hujan” oleh Bornok Hutauruk
“Pertama dengar track ini lewat teman saya Riko (DJ Darkbark) dari Panorasuna. Track besutan Guruh Soekarno Putra ini memiliki nuansa latin tango dan juga pop yang kental. Megah dan juga groovy di saat bersamaan.”
3) “Disco Cangkeling” oleh Iwan Fals
“Lagu plesetan dari “Play That Funky Music” Wild Cherry dengan gaya nyeleneh-nya Iwan Fals dan menggunakan bahasa Sunda. Masih memiliki ciri khas sound disco 70an dengan suara synth-nya.”
4) “Khayal” oleh Ekhsa Bhama
“Lagu remake dari versi Purnama Sultan yang menurut saya pribadi jadi lebih funky berkat sentuhan Chris Kayhatu. Indonesian classic disco at its best!”
Lagu favorit Aat:
1) “Sakura” oleh Fariz RM
“Komposisinya membuat saya berpikir bahwa lagu ini akan relevan dengan segala zaman. Lagu ini juga mempunyai bagian breaks yang sangat groovy dan spacey dengan fill in dari suara perempuan jepang…sangat maju menurut saya komposisi lagu ini untuk di Indonesia saat itu. Entah apa inspirasi beliau dalam membuat lagu seindah ini.”
2) “Damai” oleh Guruh Soekarno Putra
“Lagu dengan lirik indah yang puitis ala Guruh Soekarno Putra ini mendapat tempat dihati saya karena berbagai aspek: mulai dari musiknya yang sophisticated dengan string section ala Love Unlimited Orchestra-nya Barry White hingga koreografi yang biasa mengiringi lagu ini ditiap pagelaran Swara Mahardhika yang sangat megah menjadikan lagu ini abadi. Love is the message.”
3) “Serasa” oleh Chrisye
“Ini adalah salah satu lagu yang ada di soundtrack film Badai Pasti Berlalu dan tak diragukan lagi memang akan menjadi lagu abadi, dimainkan oleh all star musician. Lagu bernuansa upbeat ini dikemas cantik hingga kita akan tetap mengingatnya sebagai lagu cinta, tanpa harus cengeng. Simak bagian solo keyboard Yockie Suryoprayogo di lagu ini yang sendu tapi tetap dancey.”
4) “Gelora Asmara” oleh Groove Bandit
“Lagu dari band yang tidak terlalu menonjol di era 90-an ini menurut saya sangat merepresentasikan zamannya. Bass line yang sangat groovy dibalut beat house music menjadi sempurna ketika dibawakan oleh seorang vokalis perempuan. Lagu yang selalu berhasil membuat crowd ber-euphoria di setiap pertunjukkan kami jelas harus kami tempatkan dalam list lagu timeless kami ini.”