Hari Buruh Sedunia, biasa kita sebut May Day, untuk 2020 terasa berbeda. Biasanya setiap 1 Mei, puluhan ribu buruh dan pekerja memenuhi jalanan ibukota dan kota masing-masing untuk memperjuangkan hak-haknya. Namun tahun ini, kondisi sedang tidak memungkinkan buat unjuk rasa. Akibat situasi pandemi corona, buruh tidak bisa turun ke jalan—sebab PSBB masih berlaku hingga 22 Mei mendatang.
Ironisnya, situasi COVID-19 yang tengah menimpa dunia saat ini semakin menggarisbawahi betapa rentannya posisi pekerja, baik buruh pabrik maupun karyawan kantoran. Jutaan orang kehilangan pekerjaan, kontraknya tidak diperpanjang, sebagian yang masih bekerja gajinya dipotong hingga 50 persen atau lebih, sampai tidak mendapat tunjangan hari raya.
Videos by VICE
Merasa miris dengan kenyataan di Tanah Air, label rekaman asal Jakarta, Smartest Bomb Records merilis sebuah lagu berjudul “May Day ‘20” sebagai bentuk apresiasi terhadap teman-teman pekerja. Lagu ini bisa diunduh secara gratis di tautan ini.
“May Day ’20” digarap musisi lintas komunitas musik—(mulai dari personel band punk kawakan, The Borstal, unit mods Innocenti, salah satu dari duo Diskoria, dan banyak lagi). Lagu ini diharapkan “menjadi anthem untuk para pekerja yang terus berjuang untuk sejahtera,” seperti dikutip dari halaman Bandcamp Smartest Bomb Records.
Smartest Bomb Records menceritakan makna dari proyek ini:
May Day ‘20 bercerita tentang hak para pekerja yang tidak berimbang dengan kewajiban mereka, tentang dominasi pemodal dan investor yang tidak menguntungkan bagi para pekerja, tentang nilai hidup para pekerja dan bercerita tentang bagaimana mengingat dan merawat makna hari buruh, momentum dimana gerakan buruh berhasil mendorong kebijakan kerja 8 jam/hari, hak cuti, hak melahirkan, hingga May Day menjadi hari libur nasional.
Diproduseri oleh Imam Agnianto dan Trisno Agung dari Innocenti yang juga pemilik Smartest Bomb Records dan bagian dari komunitas Warriors Jakarta, “May Day ‘20” adalah sebuah nomor punk rock melodik yang mudah nyangkut di kepala, dan chorus anthemic yang mengajak semua orang merayakan perjuangan kaum buruh, “Mari rayakan / para pekerja / kepalkan tangan / ayo berpesta” tanpa lupa membela kaum pekerja yang seringkali berada dalam posisi rentan.
Di bagian bridge lagu, rapper asal Medan, Jere Fundamental mengangkat isu hak-hak pekerja agraris yang kerap kali disepelekan oleh bos-bos perusahaan, “Tanah yang kaya raya / di tengah pesona alam semesta / Tertimpa arogansi pemodal mereka teriak merdeka.”
Kebijakan pemerintah yang terus membahas RUU cipta kerja atau biasa dijuluki Omnibus Law turut disorot. Beleid tersebut merugikan kaum pekerja juga tidak luput dicolek di akhir bait pertama “May Day 20”: “Untuk marsinah dan para pekerja / kita sambut dunia tanpa bualan / persetan dengan omnibus law!”
Kolektif ini mengingatkan, andai Omnibus Law dibiarkan lolos, hak-hak buruh akan semakin lemah—mulai dari tidak adanya kepastian pesangon, aturan outsourcing tanpa batas waktu, hilangnya jaminan sosial, jam kerja eksploitatif, dan masih banyak lagi.
Sebuah lagu tidak akan mengubah kondisi riil. Namun mengingat masih panjangnya perjuangan kaum pekerja menuju kesejahteraan dan kehidupan yang layak, semua upaya dan bentuk solidaritas, apapun bentuknya, menjadi sangat berarti.
Lewat “May Day 20”, Smartest Bomb Records mengajak kita untuk meneruskan semangat solidaritas itu sambil bersenang-senang.