Buat kamu-kamu pecinta NKRI Harga Mati, jangan bangga dulu sama fakta belum satu pun kasus virus corona ditemukan di Indonesia. Pasalnya, melihat negara tetangga udah pada melaporkan kasus di wilayahnya masing-masing, WHO punya dugaan yang menyakiti hati kebangsaan kita banget: jangan-jangan Indonesia bebas virus corona karena enggak bisa mendeteksi virusnya. Soalnya, masak iya sih dari 272 juta penduduk enggak satu pun terjangkit wabah yang udah menyusup ke dalam diri 40 ribu orang di dunia?
Dari 238 WNI yang dievakuasi dari Wuhan dan disemprot-semprot anti-virus di Natuna itu, Indonesia enggak melaporkan ada seorang pun dengan virus corona. Sebuah studi akademis dari Harvard University menganalisis jumlah penumpang Wuhan yang melakukan perjalanan ke seluruh dunia. Studi tersebut kemudian mendapati laporan virus corona di Indonesia dan Kamboja di bawah ekspektasi. Makanya, kemudian muncul ketakutan jangan-jangan ini bukannya tidak ada virus, melainkan tidak teridentifikasi.
Videos by VICE
WHO terus-terusan meminta pemerintah meningkatkan sistem pengawasan, pemantauan, sistem deteksi, dan persiapan lainnya di setiap fasilitas kesehatan yang ditunjuk untuk menangani virus Corona di Indonesia.
“Indonesia tengah melakukan persiapan untuk menghadapi kemungkinan penyebaran virus corona. WHO dan Kementerian Kesehatan RI juga terus berkoordinasi. Pemerintah RI juga mulai menyebarkan infromasi terkait virus ini kepada publik dalam beberapa hari terakhir. Kami (WHO) khawatir karena Indonesia belum melaporkan satu kasus virus corona yang terkonfirmasi,” kata perwakilan WHO untuk Indonesia Navaratnasamy Paranietharan dilansir CNN Indonesia.
Kalau enggak teridentifikasi, dikhawatirkan wabah akan semakin meluas. Ahli virologi Profesor Ian Mackay dari University of Queensland cemas kehadiran virus yang tidak terdeteksi akan membentuk sebuah hotspot penyebaran virus di dalam negeri.
“Kamu patut khawatir teman terdekatmu—keluarga, teman dekat, atau kolega—bisa terjangkit. Pasalnya, mereka adalah yang sering kamu temui dan corona butuh pertemuan langsung agar menular,” ujar Ian kepada The Guardian.
Ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard TH Chan School of Public Health mengatakan ada kemungkinan besar virus corona lolos dari deteksi alat milik Indonesia. “Indonesia melaporkan nol kasus, tapi mungkin sebenarnya sudah ada beberapa kasus yang tak terdeteksi. Sementara Thailand melaporkan 25 kasus, saya pikir sebenarnya lebih banyak dari itu,” ujar Marc Lipsitch dilansir Kompas.
Pada 31 Januari lalu, The Sydney Morning Herald dan The Age menyebut bahwa Indonesia kekurangan peralatan uji coba yang dibutuhkan untuk mendeteksi virus corona secara cepat. Penyebabnya, bahan kimia yang digunakan menganalisis virus corona baru tersedia di Indonesia pada minggu kedua Februari. Sebelum kedatangan alat pendeteksi baru ini, Indonesia menggunakan alat pendeteksi virus yang lebih umum untuk penyakit semacam virus corona, termasuk MERS dan SARS.
Profesor Amin Soebandrio dari Jakarta’s Eijkman Institute for Molecular Biology tidak menyangkal kemungkinan adanya virus yang tidak terdeteksi. Namun, selama belum ada bukti sebaiknya kita terus menjunjung asas praduga tak terjangkit.
“Kalau kamu bertanya apakah memungkinkan ada yang tidak teridentifikasi, tentu saja ada kemungkinan. Tapi, kita masih belum ada bukti. Sampai saat ini, kita tidak tahu apakah virus tersebut sudah masuk ke Indonesia atau belum,” ujar Amin kepada The Sydney Morning Herald.