Issei Sagawa, pembunuh kanibal berkebangsaan Jepang, meninggal karena radang paru-paru pada usia 73. Berita kematiannya pada 24 November 2022 telah dikonfirmasi oleh adik laki-lakinya.
Semasa hidupnya, Sagawa dikenal karena kejahatannya membunuh teman kuliah lalu memutilasi mayatnya untuk dijadikan bahan makanan. Lelaki yang saat itu berusia 32 mengaku penasaran mencicipi rasa daging manusia.
Videos by VICE
Sang kanibal tega menghabisi nyawa teman sekelasnya, Renée Hartevelt, saat kuliah S3 di Prancis pada 1981. Ketika ditanya alasannya, dia mengatakan tidak berniat membunuh Hartevelt sama sekali. Sagawa cuma ingin memakan sepotong dagingnya.
“Yang saya mau hanya memakannya, bukan membunuhnya. Tapi tidak ada yang memercayai ucapan saya,” Sagawa memberi tahu VICE pada 2009.
Sagawa blak-blakan mengutarakan motif pembunuhannya kepada pihak berwajib di Prancis, tapi tidak pernah dijebloskan ke penjara karena adanya hambatan hukum internasional. Dia dapat menghirup udara bebas hingga akhir hayatnya.
Hasil pemeriksaan menyatakan Sagawa mengalami gangguan kejiwaan, sehingga tidak layak untuk diadili. Dia pun dideportasi ke kampung halamannya.
Namun, tim dokter di Rumah Sakit Matsuzawa, Tokyo, punya diagnosis lain. Kondisi mentalnya dinyatakan normal, dan dia membunuh temannya atas dasar penyimpangan seksual. Terlepas dari tuduhan itu, kasusnya tidak dapat ditindaklanjuti karena otoritas Jepang tidak memiliki wewenang mengakses berkas laporan dari Prancis. Tak ada bukti kuat untuk mendakwa pelaku.
Sagawa sering menuturkan kisahnya ke awak media. Menurut ceritanya, dia mulai tertarik dengan kanibalisme sejak masih duduk di kelas satu. Dia tergoda melihat paha teman, dan melampiaskan nafsu pada anjing peliharaannya.
Beberapa kali dia mencoba mendapatkan daging manusia, tapi tidak ada nyali. Selama di Paris, Sagawa membujuk PSK datang ke rumahnya setiap malam dengan maksud membunuh mereka, tapi selalu gagal mengikuti kata hatinya.
Dia lalu mengajak Hartevelt berkenalan dan beralasan tertarik belajar bahasa Jerman. Alasan Sagawa memilihnya karena perempuan itu cantik—suatu kualitas yang tak bisa ia dapatkan sebagai lelaki pendek dan bertangan kecil.
Pada 11 Juni, saat korban berkunjung ke rumahnya, Sagawa diam-diam mendekatinya dari belakang dan menembak leher Hartevelt. Tak diketahui dari mana ia membeli senapan itu, tapi yang pasti dia menyembunyikannya agar tidak ketahuan.
Setelah korbannya tewas, Sagawa memerkosa mayat dan memotong anggota tubuhnya untuk dikonsumsi. Dia memakannya mentah-mentah, dan juga memasak dagingnya. Beberapa hari kemudian, Sagawa membuang sisa tubuh korban yang dijejal dalam dua koper ke danau sebelum matahari terbenam. Kasus pembunuhan Sagawa baru terungkap setelah dua koper itu ditemukan oleh pengunjung yang melihat tetesan darah. Pada saat itu, keluarga Hartevelt telah melaporkan dia hilang.
Alih-alih dibikin jera, Sagawa justru menjadi kondang di dalam negeri. Sejak dia keluar dari rumah sakit pada 12 Agustus 1986, Sagawa menulis dan menerbitkan manga yang menggambarkan aksi kanibalisme. Dia sudah tidak bisa didakwa berdasarkan sistem hukum Jepang pada saat itu.
Tak hanya itu saja, Sagawa beberapa kali membintangi film porno yang terinspirasi dari perbuatan kejinya. Dia bahkan menjual lukisan perempuan tanpa busana.
Ketika diwawancarai VICE pada 2009, Sagawa mengaku masih sering membayangkan dirinya memakan tubuh perempuan. Akan tetapi, dia tidak pernah mengulangi aksinya lagi. Menurutnya, itu cuma “fetish”.
“Wajar dong kalau laki-laki ingin bertemu perempuan idamannya sesering mungkin. Wajar kalau kita ingin selalu dekat dengannya dan mencium aromanya,” tandas Sagawa.