Sangat mudah untuk menemukan musik akhir-akhir ini: yang perlu kita lakukan hanya buka Google. Tetapi, sebelum setiap diskografi bisa dikirim secara nirkabel ke lokasi mana pun dalam hitungan menit, crate diggers harus melakukan perjalanan berjam-jam melewati salju untuk mengambil vinil Loot Pack, para rocker akan berkemah di luar toko-toko rekaman, dan anak techno akan membawa notepads di dalam klub karena dulu tidak ada Shazam.
Contoh-contoh ini mungkin tampak gila. Namun, saat Uni Soviet melarang segala hal dari Barat—termasuk musik pop—remaja di sana terpaksa menggunakan radiografi bekas untuk mendengarkan musik. Mereka akan berkeliaran di tempat sampah di luar rumah sakit untuk menemukan radiografi bekas, memotongnya menjadi lingkaran kasar menggunakan gunting manikur, dan menggunakan sebatang rokok untuk membakar lubang di tengahnya.
Videos by VICE
Saya ngobrol dengan Ted Riederer, pakar pemotong rekaman yang menggunakan metode radiografi versi modern untuk Ground Rythm, Forest Swords.
Noisey: Kapan kamu pertama kali tahu soal teknik ini?
Ted Riederer: Saya pertama kali mendengarnya lewat cerita orang-orang soal bagaimana musik Beatles disebarkan kancah rock ‘n roll bawah tanah di era Soviet.
Pertama-tama, coba jelaskan bagaimana bisa radiografi digunakan untuk merekam musik?
Kamu akan merekam groove ke dalam radiografi menggunakan lilin silinder. Kalau kamu melihat alur rekaman di bawah mikroskop sebagai gelombang suara, kamu bisa melihat fisik suara di sana. Soviet mungkin menggunakan mesin referensi dubplate, yang digunakan untuk membuat penekanan pengujian suatu rekaman. Selain itu, rasanya romantis saja ketika ada foto tubuh manusia yang fana pada piringan ini. Ini adalah konsep yang indah dan praktis untuk membuat vinil.
Bagaimana dengan fakta bahwa radiografi bisa terdegradasi, apakah ia tidak akan rusak setelah beberapa kali dipasang?
Rekaman yang dihasilkan dari pemotong dubplate tidak dimaksudkan untuk penggunaan jangka panjang, mereka digunakan untuk pabrik rekaman supaya punya template. Radiografi biasanya digunakan pada satu atau dua kali pertemuan dengan dokter, lalu dibuang.
Saya rasa itu inti dari musik ya, ia dibuat bukan untuk selamanya.
Ya, saya rasa itulah yang mereka inginkan.
Apakah kualitasnya lo-fi?
Ya, peralatan mereka terbatas. Remaja-remaja ini mungkin memasangnya beratus-ratus kali dan menyukai betapa buruk suaranya, karena hal seperti itu tidak penting. Fakta bahwa suara ini direkam dalam radiografi adalah bagian menariknya.
Kalau buat kamu, kenapa ini menarik?
Andrew Ellis alias Samizdat menghubungi saya, dia ingin membuat rekaman Forest Swords. Saya kira prosesnya mudah, tinggal memotong hal-hal di bagian belakang cakram padat atau sesuatu yang lembut sehingga bisa dipotong dengan jarum. Tetapi, ketika dia membawa radiografi-radiografi yang sangat tipis, saya rasa ia telah banyak berubah sejak tahun 50an dan 60an, menjadi lebih sekali-pakai. Yang bikin saya cemas, saya mematahkan jarum seharga 200 USD saat pertama kali mencoba memotongnya. Saya tidak bisa menggunakan minyak karena akan mempengaruhi emulsi pada radiografinya, atau tingkat panasnya, jadi saya mesti melakukannya tanpa pelumas.
Apakah kamu berhasil?
Suaranya aneh, dan kalau pakai standar “master cutter” malah jelek. Tapi bagi Forest Swords, ini mewakili pendekatan mereka yang transendental terhadap pembuatan musik dan suara ini justru menakutkan. Saya dan beberapa teman ingin mencoba teknik ini lagi untuk proyek stoner rock drone kami.
Apa proyek kamu selanjutnya?
Saya bisa merekayasa alur yang terkunci sehingga sebuah rekaman bisa berputar terus selamanya, biasanya ini digunakan untuk menghentikan rekaman supaya tidak kembali ke tengah, tapi saya melakukan hal yang berbeda. Saya mencobanya dengan lagu Bing Crosby, jadi dia menyanyikan “Only Forever” selamanya.
Wih, keren. Makasih ya, Ted!