Tiongkok

Lelaki di Tiongkok Bunuh Diri Loncat ke Besi Cair Usai Investasi Sahamnya Amblas

Rekaman aksi bunuh diri pekerja pabrik pengolahan baja itu menggegerkan pengguna medsos di Tiongkok.
Viral Video Lelaki di Tiongkok Bunuh Diri Loncat ke Besi Cair Karena Rugi Investasi Saham
Ilustrasi besi cair di pabrik pengolahan baja yang bisa mencapai suhu 1.500 derajat celcius. Foto oleh BANNU MAZANDRA / AFP 

Seorang buruh pabrik pengolahan baja di Tiongkok meloncat ke tangki berisi besi cair yang amat panas, lalu tewas seketika. Pihak perusahaan menyebut tindakan nekat itu dilakukan karena mendiang mengalami rugi hingga 60 ribu Yuan (setara Rp132 juta) saat investasi saham.

Pekerja yang bunuh diri itu bernama Wang Long, usianya baru 33 tahun. Long merupakan buruh di Baotou Steel, perusahaan BUMN pengolahan baja berlokasi di perbatasan Tiongkok-Mongolia. Lelaki itu dilaporkan keluarga hilang sejak 24 Maret 2021, ketika seharusnya menjalani shift malam di pabrik.

Iklan

Setelah diselidiki, perusahaan menemukan rekaman CCTV saat Long melempar alat pelindung diri di hari nahas tersebut, lalu terjun ke tangki pengolahan besi cair. Temperatur besi yang sedang mencair ditaksir mencapai 1.500 derajat celcius.

Rekaman CCTV aksi bunuh diri ekstrem itu lantas beredar di media sosial Tiongkok, memicu kehebohan, simpati, serta kesedihan para netizen setempat. Saat berkoordinasi dengan keluarga serta rekan kerja mendiang, manajemen Baotou Steel menemukan bukti bila Long rugi besar dari perdagangan saham di hari dia memutuskan bunuh diri. Long sudah lebih dari satu dekade bekerja di BUMN tersebut, dan disebut rekan-rekannya beberapa tahun terakhir aktif main saham.

“Kami menemukan indikasi bila dia berutang untuk membeli saham yang ternyata membuatnya merugi dalam jumlah besar, dan tak akan bisa membayarnya,” demikian keterangan tertulis dari manajemen Baotou.

Di hari Long bunuh diri, indeks saham gabungan Tiongkok memang anjlok ke titik terendah selama triwulan pertama 2021. Bursa Negeri Tirai Bambu terpengaruh respons negatif pelaku pasar terhadap potensi AS dan Tiongkok kembali terlibat perang dagang. Selain itu, stimulus yang digelontorkan Beijing dianggap investor belum bisa meningkatkan konsumsi dalam negeri yang idealnya sudah kembali bangkit karena Tiongkok berhasil mengatasi penularan massif Covid-19.

Bukan cuma Long yang di hari itu mengalami kerugian besar. Namun, akhirnya hanya dia yang menghiasi pemberitaan karena bertindak paling nekat supaya lepas dari jerat kerugian saham.

Berdasar laporan Bloomberg di hari yang sama, investor ritel Tiongkok berbondong-bondong ke marketplace barang bekas untuk menjual berbagai harta mereka. Dari jam tangan, cincin emas, sampai Nintendo Switch, tujuannya untuk menutup kerugian atas anjloknya saham secara umum pada 24 Maret lalu.