Tiongkok

Bikin Konten Siksa Kucing, Pria Dihajar Penyayang Binatang

Netizen menyayangkan sikap aktivis yang main hakim sendiri terhadap lelaki yang membantai kucing hasil adopsi di Tiongkok.
penyiksaan binatang, kucing, Tiongkok
FOTO: CHINA PHOTOS/GETTY IMAGES

Peringatan: artikel ini mengandung deskripsi penyiksaan binatang.

Ada grup chat di Tiongkok yang fungsinya khusus memamerkan aksi orang-orang menganiaya kucing. Para anggotanya berbagi foto dan video binatang mati usai disiksa oleh mereka. Seorang lelaki bahkan mengutarakan niatnya mengadopsi empat ekor kucing untuk dibunuh. Ia berjanji akan menyiarkan kekejamannya secara langsung.

Iklan

Rencana itu berhasil digagalkan penyayang binatang akhir bulan lalu. Pada 25 Februari, mereka mengepung lelaki bernama Li di sebuah pusat perbelanjaan kota Suzhou, Tiongkok timur, saat ia hendak mengadopsi anak kucing hari itu. Dari video yang beredar di jejaring sosial Tiongkok, terlihat Li dihajar segerombolan orang. Juga tampak ia menampar pipinya berulang kali. Li mengakui telah menyiksa lima ekor kucing, serta menyiramnya dengan air mendidih. 

Tindakan aktivis menimbulkan pro kontra di kalangan netizen lokal. Ada yang memuji, ada pula yang mengecam sikap mereka karena telah main hakim sendiri. Beberapa menyalahkan pemerintah yang dianggap kurang memperhatikan kesejahteraan binatang.

“Mereka memberinya pelajaran. Itu pantas ia dapatkan,” demikian bunyi komentar teratas di Weibo.

Berdasarkan keterangan polisi 28 Februari lalu, pihaknya sampai saat ini masih mendalami dugaan penyiksaan kucing hasil adopsi yang dilakukan Li. Polisi juga menyelidiki aksi main hakim sendiri yang menyasar pelaku.

Companion Animals Working Group, organisasi nirlaba pembela hak-hak binatang di Beijing, mengungkap grup yang dimasuki Li berada di platform QQ. Mayoritas postingan grup tersebut secara eksplisit menampilkan orang menyiksa kucing hingga mati. Konten berupa kucing dicekoki air keras, dilempar dari ketinggian hingga dibakar hidup-hidup sudah menjadi santapan sehari-hari anggota. Mereka bangga berbuat keji.

Iklan

Melalui pernyataan resmi di aplikasi WeChat, Companion Animals Working Group menerima laporan tentang keberadaannya dari orang yang salah masuk grup. Terdapat tangkapan layar obrolan seorang pengguna, diduga Li, yang mengklaim membunuh 3-5 ekor kucing setiap minggunya. Pengguna itu mengunggah video kucing bersimbah darah sebagai bukti.

Sukarelawan bernama Naomi Fu mengatakan ketika mendapat laporan semacam ini, tak jarang mereka harus menindaknya sendiri lantaran polisi kurang proaktif menangani kasusnya. “Mau melapor saja sudah susah,” keluhnya.

Menyusul penangkapan Li, pihak berwenang didesak memberi efek jera bagi anggota grup lainnya. Sementara itu, Tencent selaku induk perusahaan QQ dituntut menghapus segala konten yang mengandung unsur kekerasan terhadap binatang. Seruan agar pemerintah memperkuat UU perlindungan satwa semakin kencang bergaung.

“Tiongkok belum punya perangkat hukum yang komprehensif dan efektif dalam mewujudkan kesejahteraan binatang,” ujar Suki Deng, direktur program kesejahteraan kucing dan anjing untuk Animals Asia di Tiongkok. “Beberapa daerah telah melarang praktik kekerasan terhadap hewan, khususnya anjing. Namun, regulasinya belum jelas dan tidak ditegakkan secara efektif.”

Peter Li, spesialis kebijakan Tiongkok di Humane Society International, menyebut penegak hukum kurang serius menangani kasus penyiksaan binatang. “Kasusnya hanya ditangani kalau sudah sampai membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat, atau mengancam kepentingan ekonomi,” jelasnya.

Iklan

Banyak kasus pelaku diberi hukuman ringan di Tiongkok. Contohnya seperti yang terjadi di Universitas Teknologi Shandong sekitar tiga tahun lalu. Seorang mahasiswa menjual video dirinya menganiaya 80 ekor kucing jalanan. Hukuman yang ia terima cuma dikeluarkan dari kampus. Pada 2021, laporan investigasi kantor berita Tiongkok Legal Daily mengabarkan maraknya aksi kekejaman terhadap binatang di sisi gelap internet negara tersebut. Tak sedikit bikin video dan siaran langsung untuk dijual.

Baru-baru ini, ada penemuan delapan bangkai kucing dalam kondisi tercekik dan diracuni di kawasan ShanghaiTech University. Petisi yang ditandatangani civitas akademika mendesak pihak kampus menangani masalahnya dengan serius. Mereka menuntut pelaku di-DO.

Praktik penyiksaan hewan yang merajalela di Tiongkok mendorong ilmuwan Zhao Wanping mengusulkan undang-undang yang akan menghukum pelaku seberat-beratnya jika disahkan. Ia juga mendesak Kongres Rakyat Nasional memberantas pasar daging anjing dan kucing dalam rapat tahunan di Beijing pekan ini. Zhao berujar perdagangan gelap dapat menjadi risiko kesehatan masyarakat.

Sejauh ini, baru beberapa daerah yang melarang keras konsumsi daging anjing dan kucing.

“Pemerintah Tiongkok ragu-ragu melarang kekejaman terhadap hewan secara legislatif terutama karena masalah ekonomi,” terang Peter, mengutip kekhawatiran naiknya harga produk ternak jika standar ditingkatkan. “Beberapa produksi, seperti foie gras dan peternakan beruang, terancam tutup karenanya.”

Follow Rachel Cheung di Twitter dan Instagram.