Rekomendasi Tontonan

Dokumenter 'The Last Dance' Bisa Menghibur Kita Sampai Kompetisi Basket NBA Normal Lagi

Serial dokumenter ESPN ini menceritakan perjalanan Michael Jordan mengantar kejayaaan tim Chicago Bulls pada akhir era 90'an. Tontonan wajib buat para penggemar basket.
JT
Chicago, US
Film Dokumenter 'The Last Dance' Soal Chicago Bulls Tontonan Wajib Anak Basket
Foto Dennis Rodman, legenda Chicago Bulss oleh Jeff Reinking 

Pertandingan NBA biasanya dimulai setiap April, tapi playoff tahun ini akan ditunda entah sampai kapan gara-gara pandemi corona. Sebagai gantinya, stasiun televisi ESPN memilih untuk menayangkan dokumenter The Last Dance yang terbagi menjadi 10 bagian. Serial ini mengikuti kisah Michael Jordan yang melambungkan namanya bersama Chicago Bulls di musim NBA 1997-1998.

Episode ketiga dan keempat The Last Dance lebih difokuskan pada Dennis Rodman, Phil Jackson, dan persaingan sengit antara Bulls dan Detroit Pistons pada awal 90-an. Kedua episode ini menyoroti sosok-sosok penting selain Jordan, seperti Phil Jackson yang membesarkan nama tim dengan strategi triangle offense-nya.

Iklan

Siapa sangka, dokumenter ini bikin heboh penggemar basket di seluruh dunia. Dua episode pertamanya sukses meraih 6,1 juta penonton, jumlahnya melebihi rata-rata penonton pertandingan NBA di ESPN dan dua kali lipat lebih banyak daripada film OJ: Made In America.

Dipenuhi montase kejayaan Bulls dan wawancara bersama sejumlah orang (seperti “Mantan Warga Chicago” Barack Obama), The Last Dance menjadi pembicaraan panas baik di kalangan pencinta olahraga maupun penggemar Jordan.

Menonton Michael Jordan mengenakan topi beret dan jas kebesaran atau Horace Grant mengucap sumpah serapah kepada pemain Detroit Pistons tentu jauh lebih menarik daripada menonton berita yang isinya bikin kepala mumet terus.

Dennis Rodman dan era “Bad Boys” Pistons sudah punya film dokumenter ESPN mereka masing-masing, sehingga kisah mereka dalam The Last Dance sudah tak asing lagi bagi penggemar basket. Namun, harus diakui kisah tragis dan sisi liar Rodman yang ditayangkan di TV sangat bagus meski The Last Dance hanya mempertontonkan apa yang sudah dibahas di dalam dokumenter Rodman: For Better or Worse.

Menarik rasanya bisa menonton Rodman menenggak Miller Lite di Vegas lalu mengendarai motor saat liburan di pertengahan musim.

Begitu juga ketika menyaksikan kehidupan selebritas mantan pemain Pistons ini (yang seharusnya digali lebih dalam lagi). Episode Jackson mestinya lebih mendalami strategi triangle offense yang terinspirasi dari asisten pelatih Tex Winter, tapi anekdot tentang kariernya yang bergejolak di Puerto Rican National Superior Basketball League dan cuplikan Jackson menyuruh timnya latihan yoga juga cukup menghibur.

Iklan

The Last Dance memang bagus, tapi—seperti yang diakui penggemar Bulls di Chicago—dokumenter ini lebih mirip iklan Michael Jordan. Ditambah lagi, ada laporan “Jordan dan penasihat Jump 23 dikabarkan menahan persetujuan editorial akhir” dokumenter tersebut dan Jordan baru mau berpartisipasi dalam film ketika Lebron James tampak siap menggantikannya. Bagi sutradara Jason Hehir, tak ada salahnya jika dokumenter ini mengagungkan kehebatan sang legenda.

The Last Dance menayangkan sejumlah adegan kompetitif Jordan dengan teman satu timnya. Dia juga pernah menjotos Will Perdue dan Steve Kerr. Beberapa cuplikannya sangat brutal sampai-sampai Jordan memberi tahu Hehir dia takut orang-orang mengira dia “brengsek”.

Untungnya, serial dokumenter ini tidak berlebihan saat mempertontonkan anggota tim Bulls yang suka merundung Jerry Krause. Sayangnya, The Last Dance membuat Krause, yang meninggal dunia pada 2017, seolah-olah dia jahat tanpa ada yang membelanya.

The Last Dance cocok mengisi kekosongan. Kalian bisa menyaksikan Pippen, Rodman sebelum dia berteman dengan Kim Jong-un, dan Scotty Burrell yang suka ditantang Jordan. Menyenangkan rasanya menonton Jordan—direkrut Chicago Bulls pada 1984—yang kalah pamor dari tim futsal Chicago, diberi reputasi "The Bulls Traveling Cocaine Circus", hingga menjadi legenda. Ini satu-satunya tontonan untuk penggemar basket sampai NBA balik lagi.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US