Di Indonesia, sekurang-kurangnya ada dua manfaat dari kemampuan membaca kitab suci Al Quran jika kamu beragama Islam. Pertama, kamu akan lebih dekat dengan Sang Pencipta. Kedua, menghasilkan potongan harga mulai dari diskon potong rambut sampai gratis kuliah.
Tren menukar kemampuan membaca dan hafalan Quran dengan keuntungan ekonomi tertentu makin marak di Indonesia. Contohnya bisa kalian lihat dari program Corner Barbershop di Pekalongan, Jawa Tengah. Usaha milik Yogi Irawan ini menggratiskan ongkos jasa mereka selama Ramadan 2019, sepanjang pelanggannya dapat membaca Quran dengan baik dan benar.
Videos by VICE
Pemiliknya sampai mendatangkan guru ngaji menjadi juri yang menilai ketepatan tajwid bacaan dilantunkan pelanggan. Dua tahun lalu Raihan Barbershop di Depok, Jawa Barat, juga menjadikan kemampuan mengaji sebagai alat pembayaran. Asep Irawan, pemilik usaha, mengatakan pelanggan tidak perlu fasih dan boleh membaca surah apa saja. “Daripada pelanggan hanya duduk berdiam diri sembari menunggu [giliran],” Kata Asep kepada Tempo.
Sejauh ini strategi pemasaran yang selaras dengan jalan dakwah Yogi dan Asep berhasil menambah pelanggan. Sementara di Makassar, Sulawesi Selatan, ide serupa tidak direspons antusias.
Misalnya yang dialami SPBU Gunung Bawakaraeng Makassar dua tahun lalu, saat memberi promo dua liter pertalite gratis. Soalnya pembeli diwajibkan membaca satu juz Quran di tempat. Promonya pun hanya berlaku selama Ramadan mulai pukul 15.30 sampai 17.30 WITA.
Kepada Tempo, Manajer SPBU yang bernama L.B.W. Atihuta mengaku masyarakat keberatan dengan syarat itu, karena mereka tidak terbiasa. Ya, siapa juga yang terbiasa menghabiskan waktu setengah sampai satu jam hanya buat beli bahan bakar buat motornya.
Sebaliknya, di Bandung, syarat yang berat bisa-bisa saja diterima ketika pembacaan sosiologisnya tepat. Seorang pemilik warung nasi melihat banyak pemuda yang datang untuk makan dan mengaji di tempat makannya. Ricky Ricarvy, pemilik Warteg Joni Abadi, membuat peraturan siapa saja yang membaca dua juz Al Quran, ia berhak makan cuma-cuma.
“Jadi, sekalian saja dikasih hadiah [makan gratis] kalau sampai 2 juz,” kata Ricky kepada Detik.
Kalau membaca Quran saja dapat potongan harga, apa kabar bagi yang hafal Quran atau biasa dijuluki hafiz? Kedudukan mereka jelas lebih tinggi di sisi Tuhan sekaligus di hadapan voucher-voucher diskonan.
Lebaran Kurban 2018, seorang pedagang hewan di Malang memberi potongan hingga setengah harga bagi calon pembeli ternak yang hafal Quran. Sebagai informasi, harga kambing ada di kisaran Rp1,5 juta sampai Rp3 juta per ekor, sementara harga sapi di angka Rp10 juta sampai Rp15 juta per ekor.
Dari semua itu, yang paling fenomenal adalah potongan biaya pendidikan. Universitas Islam Nusantara (Uninus), Universitas Jambi, Politeknik Raflesia Curup, dan Universitas Islam Indonesia (UII) memberi posisi tawar tinggi kepada para penghafal kitab suci umat Islam.
Uninus membebaskan SPP para hafiz selama enam semester, Universitas Jambi mempersilakan hafiz memilih jurusan dan masuk tanpa seleksi, Polititeknik Raflesia Curup memebebaskan biaya kuliah hafiz sepenuhnya hingga lulus, sedangkan UII menyediakan jalur masuk hafiz Quran dan jalur beasiswa bagi para hafiz.
Hafal Al Quran bukan kewajiban dalam ajaran Islam, namun melakukannya ibarat membekali diri dengan asuransi dunia akhirat. Hadis Riwayat Muslim Nomor 804 mengatakan Allah memperingan hukuman akhirat bagi seorang penghafal Al Quran. Berkembangnya gerakan hijrah di Indonesia turut mempengaruhi munculnya bermacam program apresiasi hafiz. Satu dekade belakangan aspirasi anak muda untuk menjadi lebih konservatif, atau taat pada ajaran Islam, membesar. Semangat itu lantas disambut industri, sehingga wajar jika kemampuan baca Quran juga diapresiasi oleh pelaku usaha dalam wujud potongan harga.
Patut diingat, kemampuan membaca, lebih-lebih memahami dan menghafal Quran, merupakan keahlian yang belum merata di Indonesia. Muslim awam di negara ini kerap sulit membedakan bahasa Arab biasa dengan ayat Al Quran. Data Badan Pusat Statistik maupun riset dari Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta menyatakan lebih dari 50 persen populasi muslim di Tanah Air belum bisa membaca aksara Arab.
Jadi, sudah betul cara pemilik kios pangkas rambut di Pekalongan menjaga reliabilitas dengan mendatangkan ustaz sebagai juri.
Sebab, tanpa ahli Quran, bisa saja si tukang cukur kecolongan memberi diskon pada Uskup Purwokerto Mgr. Christophorus Tri Harsono, yang menguasai bahasa Arab, andai dia datang ke barbershop sembari membaca Salam Maria dalam bahasa yang sekilas seperti lantunan doa umat muslim.