Kami Ngobrol Sama Maling yang Nekat Kerja Saat Semua Orang di Rumah Akibat Karantina

Balaclava

Banyak negara sudah memasuki karantina wilayah alias lockdown pekan ketiga. Negara yang tidak melakukannya, seperti Indonesia, meminta warga bekerja dari rumah ataupun melakukan social distancing. Artinya, mayoritas warga sedang berada di rumah terus. Saya tiba-tiba kepikiran sama nasib para maling rumah. Tentunya ini waktu yang sulit bagi mereka beraksi.

Untuk mendapatkan jawabannya, saya meminta seorang bandar narkoba, yang pernah menjadi narasumber artikel VICE sebelumnya, untuk menghubungkan saya dengan seorang maling yang belum insyaf di Australia, negara yang kini memberlakukan lockdown. Sosok yang saya cari akhirnya mau diwawancara, asal identitasnya disamarkan. Dia menghabiskan sebagian besar hidupnya masuk keluar penjara.

Videos by VICE

Dalam lingkaran jejaring kriminal, maling seringkali dianggap profesi paling ‘rendah’—terutama karena mereka menyikat barang orang yang tidak bersalah. Sekarang, ketika semua orang dipaksa tidak keluar rumah, saya ingin tahu apakah maling juga kehilangan sumber pencaharian mereka.

Rob* dan saya ngobrol via telepon, dan berikut cuplikannya:

VICE: Hai Rob, sekarang kamu lagi sibuk apa?
Rob: Berusaha bodo amat sama keadaan. Tiap hari aku main Call Of Duty terus nih. Lagi mikir cara untuk cari uang. Apes bener dah nasib. Aku berusaha menagih utang-utang kenalan. Bisa dibayar buat sering main video game enggak sih?

Kalau jumlah utangnya ga gede susah juga bung. Sekarang apakah kamu berhenti jadi maling mengingat semua orang enggak keluar rumah?
Ya tetep jalan sih. Modusku biasanya mengenakan seragam pekerja sosial dan masuk ke halaman orang, sambil membawa alat-alat seperti layaknya tukang. Kalau ada yang curiga, aku bilang saja salah rumah, terus cabut deh. Ada banyak juga rumah yang kosong sore-sore. Orang keluar masuk. Aku juga terpaksa membobol mobil orang demi mencari uang recehan atau apapun yang bisa aku temukan. Aku tahu tindakanku salah. Tapi aku sudah terlalu sering dipenjara untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Aku pernah mencoba menjual peralatan rumah tangga, tapi malah kena tipu dan dihujat.

Sekarang apa targetmu sejak lockdown diberlakukan?
Paling coba mencuri kartu kredit yang ketinggalan di dasbor atau kursi mobil. Aku pakai buat beli rokok dan makan sehari-hari.

Apakah kamu sekarang jadi lebih nekat akibat lockdown?
Ada banyak orang menyarankan mencuri dari pom bensin atau supermarket, tapi paling bisa dapet berapa sih? Paling berapa ratus dolar doang. Zaman sekarang, mereka enggak megang banyak uang tunai di laci kasir. Banyak rekan-rekan seprofesi yang melakukan hal-hal bodoh, tapi biasanya korbannya kriminal juga. Tidak ada yang mau menghancurkan sebuah keluarga dan membuat mereka semakin menderita, dan saya juga tidak mau. Kadang ketika kamu merasa dunia sedang mengujimu, kamu menjadi serakah dan mencuri milik orang lain. Ini jelek sih. Aku pernah coba mengemis tapi malu sendiri karena masih punya rumah.

Terakhir kali masuk penjara, gimana ceritanya kamu ditangkap?
Lagi asyik menyisir barang, yang punya rumah pulang, jadi kami kabur. Partner kerja saya menjatuhkan tas miliknya, dan si pemilik rumah menemukan kartu identitasnya. Kacau balau semuanya. Dia membahayakan saya. Dia nangis-nangis bilang dia punya anak dan enggak bisa masuk penjara. Bahwa semua salah saya karena saya yang menaruh ide ikutan maling di kepalanya. Omong kosong macam apa itu? Ya mau gimana lagi. Ketika sedang dipenjara di Fulham, aku tetep mencuri dari sesama tahanan juga.

Gimana ceritanya kamu mulai jadi maling rumah?
Jujur, semua dimulai dari narkoba. Aku sedang ketagihan sabu-sabu, tapi enggak punya uang untuk beli lagi. Jadi aku mencuri dari rumah si bandar karena enggak tahu lagi harus bagaimana. Aku kenal perempuan yang dekat dengan si bandar dan mengajaknya bekerja sama. Si perempuan pergi ke rumah bandar dan berpesta dengannya. Dia memberi tahuku kapan mereka pergi keluar rumah untuk beli makan. Aku masuk lewat belakang dan mengambil apapun yang bisa ditemukan, termasuk narkoba dan beberapa ribu dolar uang tunai.

Jadi biasanya kamu hanya mencuri dari rumah kriminal lain?
Awalnya begitu. Kemudian kamu mulai sadar, ‘wah ini bahaya loh’. Bisa saja mereka punya pistol. Atau bisa saja mereka belum tidur beberapa hari. Banyak risikonya. Dan semakin tua kamu, semakin berkurang juga stamina dan keberanian. Jadi ya udah lama-lama, aku maling rumah-rumah di pinggiran kota.

Gimana sih caramu memilih rumah sasaran?
Kalau kami rame-rame, kami akan memantau rumah dengan kamera dan sebagainya. Karena ada kemungkinan besar mereka punya kotak brankas. Kebanyakan orang mengira kamera akan melindungimu, tapi ketika hendak merampok orang yang punya uang, justru kami yang mencari-cari kamera CCTV rumah. Kadang kalau lagi putus asa, kami nekat beraksi siang-siang. Takjub sih kadang betapa banyak rumah yang kosong di siang bolong.

Pekerjaanmu yang terakhir apa sebelum jadi maling?
Maksudnya pekerjaan sungguhan? Aku mengacaukan semuanya. Beberapa bulan lalu, aku tidak bisa memenuhi komitmen pekerjaan yang diberikan dinas sosial sebagai bagian dari proses rehabilitasi. Aku sebetulnya menyukai pekerjaan itu, aku memasukkan data koran-koran lama untuk arsip pemerintah daerah. Itu pekerjaan bener loh, duitnya halal, aku bahkan dikasih komputer sendiri dan meja. Tapi aku malah kecanduan lagi dan akhirnya kabur dari kerjaan.

Apakah kamu akan kembali merampok rumah ketika semua ini berakhir atau kamu akan menahan diri?
Semoga aku bisa menemukan sesuatu yang lebih baik. Aku sudah pernah berhenti maling sebelumnya, jadi tergantung keadaan. Sulit sih ini, karena seperti ditanya apakah aku akan pernah berhenti putus asa atau enggak. Siapa juga yang tahu? Justru dengan keadaan virus corona ini, semua orang makin putus asa enggak sih?

Untuk mendapatkan info-info soal geng dan kejahatan, follow Mahmood di Instagram

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia