OnlyFans Berjanji Tak Akan Lagi Melarang Konten Pornografi Meski Berniat IPO

Manajemen OnlyFans Tidak Akan Melarang Konten Pornografi Menjelang Rencana IPO

OnlyFans sejak tahun lalu maju mundur posisinya saat merespons konten dewasa yang seakan jadi simbol identitas platform mereka. Platform streaming berbayar ini sebetulnya ingin menjauh dari pornografi, bahkan sempat muncul niat melarang konten dewasa sepenuhnya pada Agustus 2021. Namun, ide melarang pornografi itu diprotes kreator dan fans, sampai akhirnya OnlyFans membatalkan kebijakan tersebut tak sampai sebulan setelah diumumkan.

Salah satu alasan OnlyFans ingin menjauh dari pornografi adalah sulit cari cuan. Tidak banyak perusahaan ingin beriklan di bisnis yang terkait konten seksual eksplisit. Bahkan platform pembayaran seperti Visa dan Mastercard sempat tidak bersedia melayani kreator OnlyFans. Selain itu, OnlyFans ingin melakukan penawaran saham perdana (IPO), alias masuk ke bursa menjadi perusahaan publik. Mempertahankan konten pornografi sebagai sumber pemasukan utama terlalu berisiko bagi perusahaan yang ada di bursa. Startup ini butuh dana segar untuk mengembangkan bisnis, demi mencapai target valuasi senilai US$12,5 miliar pada 2022.

Videos by VICE

Merujuk laporan terbaru, OnlyFans tampaknya menemukan strategi supaya konten esek-esek dan rencana IPO bisa berjalan beriringan. “Kami tidak akan mengusik konten-konten dewasa yang ada di platform OnlyFans,” demikian pernyataan juru bicara OnlyFans saat dikonfirmasi i-D beberapa waktu lalu. Tak hanya itu, manajemen berjanji tidak akan pernah lagi berupaya melarang konten pornografis di platform mereka.

Laporan terbaru yang tayang di Axios mengindikasikan pendekatan serupa. OnlyFans akan serius melakukan IPO, tapi tidak otomatis membuang sektor konten dewasa yang selama ini memberi mereka pemasukan besar. Meski begitu, perubahan citra secara drastis tetap akan mereka lakukan.

“OnlyFans berencana melakukan rebranding, bukan sekadar platform untuk langganan konten pornografi berbayar. Fokus utama mereka adalah menyadarkan publik, bahwa platform OnlyFans bisa digunakan untuk mendekatkan kreator dengan para penggemar—bisa dibilang, seperti kombinasi Patreon dan TikTok,” demikian deskripsi dari Axios setelah mendapat salinan dokumen manajemen OnlyFans pada Maret 2022.

“Konten yang akan didorong lebih banyak muncul adalah masak-memasak, komedi, bincang seleb dan fans, serta konten seputar UFC,” demikian kutipan lain dari laporan tersebut. Belum jelas, apakah konten dewasa akan dipinggirkan, namun paling tidak konten non-pornografi bakal jadi yang dipromosikan lebih dulu saat kita membuka aplikasi OnlyFans.

OnlyFans awalnya tidak dirancang menjadi platform untuk merekam konten seksual yang bisa ditonton siapapun asal bersedia bayar. Platform ini dibayangkan bakal menjadi sarana mendekatkan seleb dengan para penggemar yang bersedia berlangganan. Namun, lambat laun, mayoritas kreator adalah mereka yang telanjang atau melakukan adegan seks eksplisit sesuai bayaran penggemar.

Kalau hanya bicara konten pornografi, tentu saja OnlyFans bukan satu-satunya di Internet. Ada platform lain seperti Pornhub, ManyVids, atau FanCentro yang juga menawarkan konsep serupa, bahkan menjadikannya bisnis utama. Akan tetapi, OnlyFans dianggap paling mudah digunakan siapapun untuk membangun karir mesum secara cepat, sehingga popularitas platformnya meningkat drastis selama pandemi. Tak sedikit kreator di OnlyFans adalah pekerja seks di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang kehilangan penghasilan selama pandemi.

Berkat popularitas konten-konten mesum, OnlyFans sebetulnya sudah berhasil mendapat 130 juta pengguna di seluruh dunia. Manajemen OnlyFans memotong 20 persen pendapatan tiap kreator, dan karenanya meraup penghasilan ratusan juta dollar.

Artikel ini pertama kali tayang di i-D, situs fashion dan budaya pop bagian dari VICE.com