Basuki Tjahaja Purnama akhirnya bebas dari rumah tahanan Mako Brimob Depok, Kamis (24/1) pagi waktu setempat. Kami jadi penasaran, apa sih yang dia lakukan pertama kali setelah keluar dari penjara. Jika merujuk foto yang disebar oleh sekretaris pribadinya ke media, kayaknya politikus yang sekarang minta agar tak lagi dipanggil Ahok itu memilih bikin vlog bareng anaknya, selain foto bareng petugas rutan.
Cerita BTP—panggilan yang dia inginkan sekarang—selama melakoni hukuman atas kasus penistaan agama Islam tak kalah menarik. BTP mengisi kegiatan selama dibui dengan berdoa, olahraga, serta jadi vokalis band. Detail ini muncul dari surat yang ia tulis tangan, atau dari keterangan kawan-kawan dekat yang menjenguknya.
Videos by VICE
BTP sebetulnya hanya satu dari sekian orang yang pernah merasakan tinggal di penjara, wajah purba peradaban. Namun, karena dia populer banget, pengalamannya dua tahun terakhir membuat publik lebih penasaran seperti apa sebenarnya kehidupan di dalam penjara? Terus apa rasanya keluar setelah tinggal bertahun-tahun di sana? BTP sih tidak akan mengalami masalah. Dia tajir, populer, dianggap martir bagi kebebasan berpendapat, bahkan sudah digadang-gadang kembali berpolitik (walaupun ngakunya sih mau fokus berbisnis). Tapi bagaimana dengan narapidana lainnya? Akankah mereka semudah BTP untuk berbaur?
Publik awam selama ini bisa mengintip kondisi penjara paling kalau ada kejadian gede. Kayak misalnya kemarin pas tayangan Mata Najwa sidak keliling ke sel-sel para napi korupsi. Kita jadi tahu mereka yang punya duit bisa hidup enak dan punya macem-macem fasilitas di dalam sel. Kalau punya duit lebih untuk menyuap kepala lapas, bisa lah sekali dua kali pelesir ke luar penjara untuk ‘ena-ena’ di hotel sama pacar sementara.
Pasti cuma sebagian kecil napi yang bisa hidup mewah di dalem penjara. Buat tahanan yang enggak punya uang untuk suap sana-sini, atau mereka yang berusaha hidup lurus dan anti banget ‘titip amplop’ ke sipir, kayak gimana rasanya hidup dalam bui?
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu, kami ngobrol bareng empat mantan narapidana dari kota berbeda-beda. Kami mencari tahu dari mereka, gimana sih kehidupan di dalam penjara sebenarnya. Mereka sekarang sudah bebas dan sepenuhnya terehabilitasi, sehingga bersedia berbagi pengalaman seputar kehidupan di masa kelam itu serta menceritakan apa yang pertama kali mereka lakukan setelah menghirup udara bebas.
Simak obrolan kami dengan mereka:
Ilham Ghazali Saleh, Pegawai Swasta
Apa yang pertama kali elo lakuin habis keluar dari penjara?
Ilham Ghazali: Aku langsung datang ke orang tuaku, minta maaf terutama ke Ibu. Aku sujud cium kakinya, kemudian mencucikan kakinya dan langsung saya minum. Saya enggak memikirkan apapun kecuali memohon maaf ke Ibu dan keluarga.
Pas masih di penjara, apa perasaan yang paling sering muncul?
Selama empat tahun ditahan, aku dipindahkan dua kali. Kondisi tersebut bikin aku ngerasa jauh dari keluarga. Apalagi waktu ditangkap, istriku sedang mengandung delapan bulan. Jadi yang pengen banget aku lakuin waktu nanti bebas, ya ketemu sama anak pertamaku. Pengin lah ngerasain main sama anak.
Setelah pulang dari penjara, gimana caramu balik lagi ke keluarga dan masyarakat?
Pertama kali keluar memang sih aku di kucilkan. Baik di lingkungan keluarga, maupun warga tempat tinggalku dulu. Jadi dulu itu sampai pindah-pindah rumah. Tapi yang paling penting sih, keluarga mau nerima. Kalau untuk warga sih, aku memilih untuk cuek aja. Namanya manusia, pasti pernah melakukan kesalahan, kan?
Kalau keluarga sih bisa nerima, tapi dengan satu syarat tidak akan mengulangi perbuatan seperti itu lagi. Aku berjanji bakal jadi orang yang lebih baik.
Kadang elo suka kangen ga sama suasana di dalam penjara?
Yang paling menyenangkan ketika di dalam adalah kekeluargaanya sih. Jadi biasanya kalau lagi makan gitu, kita bareng-bareng. Kayak kita berbagi suka duka. Misal waktu pembagian jatah nasi. Ada salah satu orang dari kamar kami yang enggak kebagian, biasanya akan kita bagi rata. Harus sama-sama.
Lalu biasanya suasana mengharukan terjadi misal ada yang mau ‘pulang’. Kita biasanya melepas mereka dengan nyanyi bareng-bareng, dan menitipkan nasehat. Baik untuk yang akan keluar, maupun yang lagi di dalam. Biasanya ngomong ‘Jangan diulang lagi, kasian keluargamu’. Wah itu bikin terharu.
Seburuk apa sih kehidupan dalam penjara?
Tergantung kasusnya. Kalau misal urusan pencabulan, pemerkosaan, atau bahkan pembunuhan, ya bakal disiksa [narapidana lain]. Sedangkan kalau seperti saya, jujur pertama kali masuk, saya enggak pernah diapa-apain. Paling awal-awal dulu aja disuruh mijitin.
Apa yang membuatmu yakin tidak akan balik ke penjara lagi?
Aku merasa hadirnya anak itu adalah alasan terkuat, juga istri, serta keluarga.
Angki Purbandono, Seniman
Halo Bung Angki. Apa sih yang kamu lakuin pertama kali habis keluar dari Penjara?
Angki Purbandono: Bercinta! Pertama kali yang aku lakukan setelah keluar dari penjara adalah bercinta dengan pacarku, sekarang sudah jadi istriku. Terus, langsung sibuk pameran tunggal karya-karya yang saya buat bersama teman-teman di dalam penjara, atas nama PAPs (Prison Art Program). Sebuah ide seni yang saya buat ketika di dalam.
Jadi, karya-karya hasil program itu dipamerin langsung di luar Indonesia. Di Mizuma Gallery, Singapura. Galeri tersebut malah jadi manajemenku sampai sekarang.
Waktu masih mendekam, apa pikiran yang paling sering muncul?
Awalnya aku marah banget sama sistem hukum. Apalagi kasusku konsumsi ganja. Enggak penting banget! Tapi setelah lewat lima bulan dari vonis 12 bulan, justru kesibukanku dengan seni akhirnya lebih bagus. Itu terjadi setelah aku diberi ‘kesempatan’ punya studio di dalam. Bisa bawa mesin scan dan komputer, tanpa harus bayar sepeserpun. Proses seni di dalam penjara inilah yang akhirnya terpola dengan baik. Jadi kita bareng-bareng bikin konsep, bikin bangga keluarga, dan kawan-kawan kami yang berada di luar.
Jadi goals aku selama masa penahanan yang aku sebut sebagai ‘residensi’ itu, adalah membuat eksibisi atau realisasi terkait konsep yang sudah aku siapkan dari dalam penjara. Sebetulnya aku bisa bebas pada bulan keenam. Akhirnya enggak jadi, karena pola karya dan pameran sudah ada di otak, jadi sekalian aku habiskan masa tahananku.
Tonton dokumenter VICE menyorot sosok petinju inspiratif asal timur Indonesia yang berjuang melawan prasangka rasial di negara ini:
Ada hal yang dikangenin dari penjara?
Ora mas! Ora blas. [Tidak, mas! Tidak sama sekali.] Momen apa coba?! Yang ada cuma orang-orang bingung, depresi.
Di penjara kan orang bertobat, bikin buku, olahraga biar sixpack, atau bahkan masih ngotot mengontrol jaringan kriminalnya. Nah, kalau kamu sendiri ngapain?
Ngasah otak. Belajar seni baru yaitu ‘seni penjara’. Sebuah seni yang dihasilkan dari memori penjara, baik dari napi, mantan napi, maupun bukan dari keduanya. Yakni teman atau kerabat.
Sesulit apasih mengkoordinir kawan-kawan narapidana untuk diajak bikin karya?
Enggak sulit, kok. Karena aku enggak maksa juga untuk terlibat [bikin karya]. Tapi aku dibantu ‘pacarku’ kirim hasil karya-karyaku versi cetak yang aku buat di dalam. Jadi teman-teman makin percaya setelah lihat hasil cetakannya, yang menurutku lebih bagus daripada dilihat di komputer.
Sempat ada momen dikucilkan dari masyarakat enggak sih? Bagaimana caranya berbaur lagi di masyarakat?
Mungkin [sempat ada pengucilan], ya. Cuma akunya aja yang enggak peduli [tertawa]. Kenyataannya aku dan istriku enggak diusir dari area kampungku tinggal. Jadi aku pikir kayaknya mereka juga enggak peduli.
Menurutmu, apa sih yang patut diubah dari sistem hukum kita?
Regulasi UU Narkotika khususnya tentang tanaman ganja. Ingat 70 persen penghuni penjara terjerat kasus narkobis [narkoba].
Muhammad Ulil Albab, Mahasiswa
Hai Ulil. Apa hal pertama yang kamu lakukan setelah keluar dari penjara?
Ulil Albab: Sebenarnya aku justru merasa sangat bersyukur bisa dapat pengalaman seperti ini. Tapi yang pertama kali keluar penjara yang aku temuin adalah orang tua, dan keluarga. Sungkem sama mereka.
Menurutmu, seburuk apa sih sebenarnya keadaan di dalam penjara?
Ada perbedaan ya antara di polsek, sama di ‘rumah besar’ rutan kelas 1 di Surabaya. Misal waktu di polsek nih, tempatnya memang terbatas tapi tidurnya enak, luas, dan enggak sesempit kayak waktu aku di rutan kelas 1. Mungkin kamu harus tidur dengan kaki dilipat dan lutut dibuat pengganti bantal.
Yang paling mengerikan adalah banyak sekali narapidana kena penyakit kulit seperti kudis atau gatal-gatal. Kita harus berbagi kamar mandi dengan mereka. Air bersih dan air minum pun susah. Jadi untuk mandi aja, kamu mesti rebutan sama orang lain! Alhamdulillah, aku dipindahkan ke kamar yang lebih bersih, dan orang-orangnya santai. Yang membuat hari-hariku selama masa penahanan enggak tertekan, dan aku ngerasa kalau melewati masa ini dengan sangat cepat. Jaringan pertemananku semakin luas.
Soal senioritas, atau masa penataran itu tergantung kita dan kasus apa. Misal aku, aku enggak mengalami hal-hal seperti itu karena aku ada yang ‘bawa’. Tapi tetep aja, pasti sebagai ‘anak baru’, aku di-mob. Jadi semacam interogasi gitu, lah. Selebihnya, tergantung kita. Kalau kita bisa ‘bawa badan’, ya bakal santai aja. Karena prinsipnya kita semua sama. Sama-sama terkena musibah.
Tapi kadang kamu suka kangen sama momen selama menjalani hukuman?
Menurutku hidup di penjara tidak sepenuhnya buruk, ya. Cuma kalau kamu pengen hidup bebas di sana, ya harus dengan modal besar. Karena di [penjara] perputaran uang sangat besar. Aku merasa ada suatu nilai kekeluargaan antar narapidana di sana. Khusunya di kamarku, A11. Yang paling aku kangenin adalah perasaan guyub rukun. Tentang kenangan makan nasi cadong dengan lauk cuman tahu isi aja. Masih terasa nyaman karena sebuah kebersamaan itu. Jadi dibilang betah sih betah hahaha…
Kalau misal betah, masa mau balik lagi?
Ya tentunya tidak. Kasihan sama orang tua. Mereka mikirin aku terus, sampai kadang enggak bisa makan. Juga aku mikirin masa depanku. Jangan sampai masa depanku habis dalam rutan. Berat juga jauh dengan kawan-kawan yang sejalan. Jangan sampai lah kalau harus balik lagi.
Ruven Rinaldo alias Obenk, DJ / Rapper/ Koreografer Hip-Hop
Halo Ruven. Masih ingat enggak pertama kali keluar dari penjara elo ngelakuin apa?
Ruven Rivaldo: Aku langsung jalan-jalan dulu keliling Surabaya sampai Sidoarjo. Dan yang pasti sesuai hobi, langsung kulineran! Hahaha..
Menurutmu, kehidupan di dalam penjara seburuk apa sih?
Di penjara itu sebenarnya sama seperti kita di luar. Kita masih bisa melakukan banyak hal di dalam penjara, asal punya uang. Bagi yang tidak memiliki uang, keluarga, atau teman yang menyokong dari luar jelas akan susah kehidupannya. Di dalam penjara tuh juga ada batasan jam. Bukaan blok jam 6 pagi, sampai jam 12 siang. Setelah itu kita di absen. Nanti misal jam setengah dua sore gitu, dibuka lagi sampai jam 6 malam. Terus diabsen lagi.
Di penjara aku belajar banyak tentang kehidupan. Uang Rp500 itu sangat berharga banget. Dulu uang Rp100 ribu bahkan sampai jutaan, sering aku hambur-hamburkan. Sekarang aku pikir-pikir dua kali. Karena aku pernah ngeliat dengan mata kepala sendiri. Temanku satu blok, meninggal gara-gara ditusuk dagunya sama anak blok lain. Gara-gara apa? Gara-gara rebutan uang dua ribu rupiah!
Setelah keluar dari Penjara, sempat mengalami dikucilkan enggak sih sama keluarga atau temen-temen?
Awalnya dari keluarga besar dan teman menolak kehadirakanku. Hanya orang-orang terdekat saja yang bagi mereka yang merasa ‘its okay’dan fine saja. Tapi aku ngerasa biasa aja pada akhirnya, karena udah biasa di-‘gitukan’ [tertawa].
Elo pernah ngerasa kalau kehidupan di dalam kadang lebih baik daripada di luar?
Terkadang terlintas pikiran seperti itu. Karena di dalam itu kamu bakal benar-benar bebas. Cuma yang jadi gak enak, kita enggak bisa melakukan hubungan intim! Padahal itu pokok, sih. Hahaha..
Apa hal yang khas banget dari budaya dalam penjara dan enggak elo temui di luar?
Ada banget! Perbedaanya begini, di dalam orang punya bisa melakukan hal apapun, dan yang tidak punya ditindas. Tapi aku enggak seperti itu. Aku emang orang ‘punya’ tapi enggak suka menyombongkan diri di dalam. Aku kalau makan misalnya, lalu lihat teman enggak makan itu rasanya ada yang ‘kurang’ bagiku.
Kalau misal aku lagi ada duit, ya aku belikan. Kalau enggak ada, atau sedang ngepres ya berbagi. Pernah satu bungkus nasi campur harga tiga puluh lima ribu, aku makan bersama delapan orang teman satu sel. Memang enggak kenyang, tapi mau gimana lagi. Karena di dalam penjara kalau kita tidak baik sama orang, kalau kita ada masalah dengan orang dari blok lain, kita bakal dihabisin!