Hampir 20 tahun lalu, tukang bangunan sedang membangun jalan tak begitu jauh dari Tel Aviv, Israel ketika mereka menemukan sebuah gua batu besar. Pekerjaan mereka terpaksa dihentikan karena situsnya diambil alih sejumlah tim arkeolog. Gua Qesem otomatis menjadi fantasi para ilmuwan. Misalnya, beberapa barang yang ditemukan di gua menimbulkan pertanyaan tentang pemahaman kita akan asal-usul dan evolusi manusia.
Belum lama ini, para peneliti dari Departemen Arkeologi dan Peradaban Timur Dekat Kuno Universitas Tel Aviv menemukan bukti manusia sudah menyimpan makanan sejak zaman purba. Dahulu kala, makanan disimpan dalam tulang rusa yang dibungkus kulit.
Videos by VICE
Penelitian terbaru berjudul Bone marrow storage and delayed consumption at Middle Pleistocene Qesem Cave, Israel—yang diterbitkan oleh Dr. Ruth Blasco dkk—menunjukkan lebih dari 400.000 tahun lalu, manusia zaman Paleolitik yang tinggal di dalam gua mengawetkan sumsum di dalam bagian kecil tulang rusa dengan membungkus setiap bagiannya menggunakan kulit binatang tersebut.
“Studi kami menjadi yang pertama dalam menunjukkan bahwa 420.000 hingga 200.000 tahun lalu, manusia purba di Gua Qesem sudah cukup memahami ada bagian tertentu dalam tulang yang bisa diawetkan dalam kondisi tertentu. Kalau memang diperlukan, mereka cukup menyobek kulit, mematahkan tulang dan memakan sumsumnya,” kata salah satu peneliti, Profesor Avi Gopher, kepada Science Daily.
Manusia purba sebelumnya dikira pemburu yang baru bisa makan kalau menemukan makanan. Alasannya karena belum ada bukti mereka menyimpan hasil buruannya untuk dimakan kemudian hari.
Manusia purba mengoyak sebagian besar daging dan lemak dari bangkai buruan mereka, biasanya rusa fallow, sebelum membawa pulang anggota badan dan tengkoraknya. Menurut peneliti, sumsum dapat disimpan dalam tulang hingga dua bulan lebih. Kok tahu? Para peneliti mencoba langsung metodenya.
Tim Dr. Blasco mengambil rusa merah baru mati dari Cagar Alam Nasional Boumourt, Spanyol. Mereka mengumpulkan 79 tulang metapodial dari kaki bagian bawah rusa. Para peneliti menjalankan tiga rangkaian tes untuk meniru tiga musim, dan mengambil sumsum tulang dengan menguliti rusa menggunakan perkakas batu. Setelah hidup layaknya manusia zaman Paleolitik, mereka menemukan rendahnya tingkat “degradasi” lemak sumsum setelah disimpan selama sembilan minggu. Namun, mereka juga menjelaskan beberapa sampel “mengeluarkan bau tak sedap” ketika dikeluarkan dari tulang.
“Ini bukti paling awal dari perilaku tersebut, dan memberikan wawasan akan kehidupan sosial-ekonomi manusia purba yang tinggal di Qesem,” tutur Dr. Blasco. “Ini juga menjadi ambang batas untuk mode baru adaptasi manusia Paleolitik.”
Pada 2016, tim Dr. Blasco menemukan sisa kura-kura yang dicincang dan dimasak, menunjukkan bahwa manusia prasejarah terkadang melengkapi varian makanannya dengan kura-kura setengah cangkang. “Penduduk Qesem mungkin hanya memaksimalkan sumber daya lokal mereka,” kata Dr. Blasco waktu itu. “Bagaimanapun juga, penemuan ini menambah dimensi baru yang penting terhadap kemampuan dan selera makan manusia purba.”
Setidaknya, peninggalan manusia purba jauh lebih bagus daripada sampah plastik yang dihasilkan manusia modern.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.