Masker mewah adalah ceruk bisnis khusus yang berkembang saat pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Menurut Dipak Chokshi, pembuat masker mewah asal India, permintaan untuk barang macam itu cukup tinggi. Chokshi aslinya adalah penjual perhiasan, tak pernah berbisnis masker.
“Saya mulai mendapat pesanan awal Mei 2020, ketika ada pasangan yang ingin maskernya dihias berlian untuk digunakan pada momen resepsi pernikahan merekam,” kata Chokshi kepada VICE News.
Videos by VICE
Dari pesanan itu, efek getok tular terjadi. Sesama orang kaya di Negara Bagian Gujarat ingin memiliki masker mewah serupa. Chokshi ketiban rezeki nomplok karena pertengahan tahun adalah musim pernikahan di Negeri Sungai Gangga. Pesanan sampai datang dari kawasan bahkan negara lain.
“Pesanan terus berdatangan, ada yang ingin maskernya dihias permata, berlian, ada juga yang lebih menyukai emas. Karena melihat respons pasar cukup tinggi, akhirnya toko kami menyiapkan bermacam model yang siap dijual sebelum ada permintaan pelanggan,” kata Chokshi.
Masker itu, diklaim Chokshi, masih menerapkan desain yang sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan India. Bedanya, bahan kainnya diimpor dari katun Amerika, serta berhias batu mulia sesuai permintaan pelanggan. Harganya paling murah dibanderol 150 ribu Rupee (sekitar Rp29 juta), serta yang paling mahal bisa mencapai 400 ribu Rupee (setara Rp77 juta).
Chokshi mengklaim masker mewah buatan tokonya tetap bisa dicuci tanpa khawatir hiasan berliannya copot. “Toko kami sekarang juga menyediakan layanan dry cleaning untuk masker-masker mewah tersebut, sehingga pelanggan tak perlu repot melakukan sterilisasi pakai mesin sinar UV,” imbuhnya.
Surat, kota di mana Chokshi menjalankan bisnisnya, merupakan sentra perdagangan berlian di kawasan Asia Selatan. Selain itu, kota ini juga menjadi salah satu pusat industri tekstil skala menengah. Karenanya, orang-orang tajir banyak yang hidup di kota tersebut. Rerata pendapatan rumah tangga di Kota Surat mencapai Rp209 juta per tahun. Karenanya Chokshi tidak mencari margin keuntungan terlalu besar, hanya 10 persen dari biaya produksi. “Karena kami lihat kebutuhan masker akan tetap tinggi termasuk untuk penduduk kaya di Kota Surat, sementara musim pernikahan belum lewat,” tandasnya.
Tragisnya, Surat merupakan salah satu wilayah paling buruk terdampak pandemi di India. Sejauh ini ada 8.372 kasus positif di kota tersebut, dengan peningkatan penularan hingga 32,3 persen sepanjang dua pekan pertama Juli.
Masker mewah macam ini tentunya tidak dipelopori Chokshi. Pengusaha bernama Shankar Kurhade sudah lebih dulu menggegerkan India, ketika dia keluar rumah mengenakan masker berbahan emas, yang dilubangi sehingga doi tetap bisa bernapas. Harganya nyaris Rp20 juta. Masker yang mewah, berbeda dari yang dipakai kebanyakan orang, menjadi cara untuk menampilkan gengsi seseorang di tengah pandemi.
Masker mewah sejenis pernah viral pada 14 Juli lalu, dipakai orang tajir di Kota Pune. Pasangan pengusaha ternama di kota tersebut mengenakan masker N95 berhiaskan manik-manik emas. Sementara masker perak sebagai maskawin juga sedang tren di beberapa negara bagian India, dengan harga lebih dari Rp10 juta per buah.
Tren mengenakan masker mewah macam ini tidak hanya tercatat di India saja. Beberapa merek fashion ternama sudah menyiapkan masker berbahan khusus, dengan harga selangit, untuk melayani permintaan kaum tajir yang ingin tampil beda saat keluar rumah di tengah pandemi.
Justifikasi harga mahal itu biasanya karena ada hiasan batu mulia, sepuhan emas, hingga kain yang digunakan adalah sutra langka hingga katun poplin. Bisnis masker mewah tercatat muncul di Tiongkok, Taiwan, serta Hong Kong.
Chokshi sendiri merasa klien-kliennya punya alasan memesan masker mewah selain menjaga gengsi. Masker berhias batu mulia atau emas dianggap serupa investasi bagi mereka. “Kelak, jika pandemi sudah mereda, maka hiasan batu-batu mulia di masker itu bisa segera diubah jadi kalung atau gelang mewah, jadi biayanya sama seperti anda membeli perhiasan di masa normal,” tegasnya.
Follow Pallavi Pundir di Twitter.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE News