FYI.

This story is over 5 years old.

Menurut Peneliti, Mayoritas Video Tips Bedah Plastik di Youtube Adalah Iklan Terselubung

Banyak video tata cara operasi plastik malah tidak melibatkan ahli bedah sama sekali. Nyaris semua cuma strategi pemasaran si pasien atau dokter dalam video. Jadi hati-hati ya guys!
Image via Shutterstock

Ada beragam pilihan video proses bedah plastik di YouTube. Video-video ini cocok bagi kamu yang suka menonton wajah orang diotak-atik pakai pisau bedah, dan tahan menyaksikan tahapan “sebelum dan sesudah” menampilkan wajah pasien saat masih penuh jahitan sampai berubah mulus.

Kamu juga bisa menonton video YouTube tersebut kalau ingin operasi plastik dan butuh informasi lebih soal ahli bedah, teknik dan prosesnya. Akan tetapi, penelitian terbaru dari Rutgers New Jersey Medical School yang diterbitkan dalam Jurnal JAMA Facial Plastic Surgery, menyimpulkan kebanyakan video tersebut hanyalah strategi pemasaran bagi orang-orang yang ada di video, atau para dokternya.

Iklan

Mereka mengevaluasi 240 video bedah plastik populer di YouTube, yang total penontonnya mencapai 160 juta, yang mereka temukan lewat pencarian kata kunci “blepharoplasty,” “eyelid surgery [bedah kelopak mata],” ‘dermal fillers,” “facial fillers,” “otoplasty,” “ear surgery [bedah telinga],” “rhytidectomy,” “facelift,” “lip augmentation,” “lip fillers,” “rhinoplasty,” dan “nose job.”

Dari 94 video yang mereka teliti, semuanya tidak melibatkan tenaga ahli bedah kosmetik. Sedangkan 92 videonya lagi dilakukan oleh ahli bedah bersertifikat, dan mendapat penilaian tinggi pada kriteria DISCERN, alat yang berguna untuk menentukan apakah materi edukasi tersebut memberikan informasi tidak bias yang membantu pasien dalam memutuskan pilihan.

Meski begitu, peneliti menemukan bahwa kebanyakan video yang diunggah oleh dokter bedah bersertifikat lebih berupa strategi pemasaran untuk praktik mereka dan bukan untuk mengedukasi penonton.

“Pasien dan dokter yang menggunakan YouTube untuk menambah wawasan harus menyadari bahwa video-video ini bisa saja memberikan informasi yang bias dan tidak seimbang ketika mengevaluasi risiko dan manfaatnya, serta tidak jelas saat menjelaskan kualifikasi praktisinya,” kata Boris Paskhover, peneliti dan asisten dosen dari Rutgers New Jersey, dalam siaran pers. “YouTube berguna untuk pemasaran. Sebagian besar orang yang mengunggah video ini ingin membujukmu untuk operasi plastik.”

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard