FYI.

This story is over 5 years old.

vouchergate

Video Viral Menuduh Pegawai Hotel Minta 'Blowjob' Membuatku Mempertanyakan Makna Kebenaran

Beneran nih kasus turis Selandia Baru di Bali itu bukan akibat salah dengar?
Screengrab dari postingan FB Aneta Baker; ilustrasi telinga via Simon James/ Flickr lisensi CC

Video tuduhan pelecehan seksual di Bali yang viral sejak akhir pekan lalu ini adalah jenis rekaman yang pasti membuatmu sibuk menekan tombol stop, memutar ulang, dan menontonnya berkali-kali. Dalam video yang pertama kali beredar di Facebook tersebut, seorang perempuan terdengar kesal ketika hotel di Bali menolak mengembalikan uang gara-gara kesalahan pemesanan kamar. Si turis perempuan bernama Aneta Baker—belakangan kita tahu dia wisatawan asal Selandia Baru—ngobrol sama staf lelaki hotel. Percakapan keduanya terekam lewat video smartphone yang dinyalakan diam-diam.

Iklan

Dalam video tersebut, si pegawai hotel menawarkan opsi mengembalikan uang si perempuan, yang dalam caption Facebook, dikesankan bakal dilakukan asal lelaki tersebut mendapat sesuatu sebagai balasannya.

"So you want me to give you what? [Jadi kamu ingin saya kasih kamu apa?]" tanya si perempuan.

"Blowjob," jawab si pegawai hotel. Permintaan 'blowjob' itulah yang bikin media sosial geger.

Eh, benar gitu? Bukankah si pegawai hotel bilang “voucher”? Beberapa orang, termasuk si perempuan yang merekamnya, mengaku dengan jelas mendengar “blowjob.” Sementara sebagian netizen lainnya hanya mendengar “voucher.” Tampaknya video dari Bali itu semacam versi 2018 perdebatan akibat postingan viral #TheDress—ketika banyak pengguna Internet sewot karena melihat warna berbeda dari sebuah foto gaun internet viral pada 2015 lalu.

Selama delapan setengah menit durasi video itu, sesungguhnya hanya ada satu bagian video, kurang lebih sembilan detik doang, yang memicu perdebatan. Intinya si pegawai hotel bilang “blowjob” atau “voucher” sih? Aku berusaha mendengarkan rekaman tersebut berpuluh-puluh kali dan masih tetap tidak yakin. Kadang memang terdengar seperti “blowjob,” tapi lain kali kedengarannya lebih mirip “voucher”. Manapun yang benar, faktanya si pegawai hotel sudah dirundung lewat media sosial dan terlanjur dipanggil polisi Denpasar, serta terancam ditetapkan sebagai tersangka pelecehan seksual.

Iklan

Baker berkali-kali mengulang kata “blowjob” dalam video. Tiap kali kata blowjob itu diucapkan, anehnya si pegawai hotel hanya mengangguk secara gugup dan mengatakan “yes.” Aku bule yang sudah cukup lama tinggal di Indonesia. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan insiden ini: antara si staf lelaki memang meminta blowjob atau dia gugup akibat nada pembicaraan yang konfrontasional dan dia berusaha menyudahi percakapan secepat mungkin. Apakah wajahnya menggambarkan sosok seorang maniak seks atau sekedar staf hotel yang bingung akibat percakapan berbahasa Inggris tersebut? Inilah misterinya.

Berikut sedikit latar belakang cerita agar semuanya lebih jelas: Baker mengunggah (akhirnya viral) status Facebook, menjelaskan kalau dia mulai merekam percakapan dengan staf hotel, setelah si lelaki mengatakan mau memberikan refund asal Baker bersedia memberikan "sesuatu" sebagai gantinya.

“But what would I give him’ were his exact words…(Tapi apa yang harus saya lakukan disebut oleh dia sendiri…) ” tulisnya di status tersebut. “Kemudian saya merespon, “how about a smile and some gratitude” (gimana kalau dibalas dengan senyuman dan rasa terima kasih) yang kemudian dibalas dengan dia bertanya, ‘how about a…. *something inappropriate*” (gimana kalau sebuah… *ucapan tidak pantas*”)

Jadi menurut penuturan Baker, memang sepertinya staf lelaki mengatakan blowjob. Kabarnya si staf hotel juga sudah dipecat akibat insiden ini dan ini semakin menambah kredibilitas kisah Baker. Tapi lantas, kenapa banyak sekali pengguna Internet yang memberi pendapat berbeda? Mengacu contoh kasus perdebatan #TheDress, kita seharusnya belajar bahwa warna gaun yang kita lihat di Internet itu rupanya dipengaruhi cara syaraf otak kita bekerja memproses warna. Jadi, warna manapun yang kalian lihat adalah benar (setidaknya menurut respons otak).

Iklan

Sayangnya, kualitas suara di video ini tidak begitu jernih. Saat kalian mencoba mendengarkan apa yang sebenarnya dikatakan, aku yakin kalian bakal semakin bertanya-tanya. Belakangan ini, isu pelecehan seksual dan gerakan #MeToo sedang menjadi perbincangan panas, dan sekarang ada lagi video yang menunjukkan kalau laki-laki memang benar-benar brengsek. Jadi tidak heran kalau video ini sudah ditonton lebih dari 3 juta kali. Tapi, kenapa ya masih ada saja orang yang yakin kalau laki-laki itu mengatakan “voucher”?

Kadang-kadang kita memang sering salah dengar, apalagi pada saat ada yang menjelaskan apa yang dikatakan. Masih ingat dengan pesan-pesan terselubung yang menjurus “ritual pemujaan setan” di lagu-lagu rock lama? Apabila ada orang yang memberi tahu apa yang dikatakan, kita cenderung akan mendengar sesuai yang diberi tahu oleh orang itu.

Untungnya, sekarang tersedia banyak software audio yang murah dan mudah digunakan. Daripada pusing sendiri, aku mencoba memperjelas suara yang ada di video tersebut memakai perangkat lunak Adobe Audition.

Aku mencoba mendengarkan video yang sama dalam tingkat volume berbeda. Selanjutnya aku juga mengencangkan suaranya sekeras mungkin. Berulang kali aku mencoba mendengar video yang sudah kuubah jadi file audio tersebut. Aku dengarkan secara teliti sembilan detik saat kata itu mulai disebut. Intonasinya meninggi dan bergetar, layaknya ia sedang menyebut “V” tapi juga terdengar seperti “B”.

Iklan

Pada akhirnya aku menyerah. Aku bertanya ke teman-teman sekantor apa yang sebenarnya laki-laki itu katakan. Jawaban mereka beragam. Ada yang mendengar “voucher”, ada juga yang mendengar “blowjob”. Bahkan, ada beberapa teman yang merasa kalau bukan laki-laki itu yang mengatakannya (wajahnya tidak ditampilkan saat ia mengatakan kata-kata tak pantas seperti dituduhkan postingan Anita).

Jadi gini deh, sebaiknya kalian dengarkan sendiri file audionya. Apa yang kalian dengar? Kalau kalian merasa mendengar “blowjob”, apakah kalian otomatis menjadi seorang SJW yang ingin berdebat di internet? Sementara kalau kata yang terdengar adalah “voucher”, apakah berarti kamu seksis? Gimana kalau kalian mendengar keduanya seperti yang aku alami? Jadi, mana kebenarannya?

Aku benar-benar tidak tahu jawabannya. Yang pasti, tidak mungkin si pegawai hotel mengatakan kedua kata tersebut (minimal dalam rekaman yang tersebar). Saya sudah mencantumkan tautan file audio berikut. Silakan kalian dengarkan sendiri. Semoga bisa membantu kalian menentukan sikap.