FYI.

This story is over 5 years old.

stream of the crop

Berikut Enam Album Keren Patut Kalian Dengar Pekan Ini

Rilisan baru dari DJ Taye, Soccer Mommy, atau Lucy Dacus menurut kami perlu kalian simak untuk memperoleh pasokan rutin musik keren sepekan.

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.

Setiap pekan, staf redaksi Noisey menulis daftar album, mixtape, dan EP terbaik dan paling penting dalam sepekan. Kadang daftar ini mencakup rilisan yang sudah pernah kami tulis; kadang berisikan album yang menurut kami layak didengar tapi tidak sempat ditulis. Hasilnya sudah pasti tidak komprehensif maupun adil. Selamat menikmati.

DJ Taye: Still Trippin’

Di album debutnya, DJ Taye menunjukkan keterampilannya mengeksplorasi sound bersama Teklife crew dalam satu dekade terakhir. Ada lagu kisruh berbau acid house (“The Matrix”) dan karya kolase (“I’m Trippin”), tapi album ini mencapai puncaknya ketika dia mengeksplor dizzy rap. Di rilisan mix terbarunya, dia menggunakan remix lincah lagu Kanye dan Trippie Redd dan di track macam “Trippin” dan “Get It Jukin”, dia semakin jauh menyelami dunia mutasi hip-hop, membuktikan bahwa Taye tidak terikat hanya pada satu genre. —Colin Joyce

Iklan

Lucy Dacus: Historian

“Saya tidak berniat menulis lagu. Mereka kebetulan saja tertulis,” ujar Dacus dengan ketenangan ala penganut ajaran Buddha. Disengaja atau tidak, lagu-lagu ini telah membuat banyak orang mengantisipasi album terbarunya. Kalau kamu sudah mendengar album debut penyanyi berumur 22 tahun asal Richmond, Virginia ini, No Burden (2016), pasti kami tahu kenapa—album tersebut dibuka dengan lagu terbaik ke-17 versi Rolling Stone tahun tersebut, “I Don’t Wanna Be Funny Anymore,” yang menunjukkan kepribadian penulisan lagunya. Ketika kamu mendengarkan Historian, album terbarunya, kamu akan langsung mengerti seberapa besar potensi yang Dacus miliki. — Rebecca Haithcoat

Soccer Mommy: Clean

Setelah mendengarkan Clean, album debut Soccer Mommy, kita menyadari bahwa Sophie Allison lihari merangkai kata. Dia sanggup memadatkan bermacam jenis emosi ke dalam frasa sederhana. Kemampuannya untuk membuat situasi rumit semacam pengkhianatan, penolakan, kecemburuan terdengar menghibur lumayan membingungkan. Dia bisa mengubah hal-hal yang biasanya membuat kita buru-buru pergi ke psikolog menjadi refrain pendek yang nendang di telinga. Tampaknya Allison menyadari bahwa ketika seseorang bisa menarik jarak dari perasaan yang rumit, barulah kita dapat memahami apa masalah sebenarnya dan tidak akan terpengaruh energi buruk dari persoalan tersebut. Inilah daya tarik utamanya sebagai seniman. — Lauren O'Neill,

Iklan

Lil Aaron and Judge: Aaron Judge: Rookie of the Year

Lil Aaron berada di garda depan musisi Soundcloud berambut warna-warni yang membuyarkan batasan antara rap, punk, dan musik emotive lainnya. Rapper asal Los Angeles yang jago beradaptasi dan telah bekerja sama dengan D.R.A.M., Dev, dan penyanyi pop Jerman, Kim Petras. Kolaborasi terbarunya menggaet produser progresif Judge dan memamerkan kemampuan mereka menghasilkan lagu-lagu pop keren. Mengumpulkan “orang-orang aneh” terbaik dari dunia bawah tanah—seperti Lil West, DJ Lucas, dan banyak lainnya—Aaron bersama Judge membuat rilisan ini hanya dalam waktu sehari, bukti kemampuan mereka untuk berlaku spontan. Kadang keajaiban terjadi begitu saja, tanpa persiapan. — Colin Joyce

Haley Heynderickx: I Need to Start a Garden

Album debut dari penyanyi-penulis lagu asal Oregon, Portland ini tidak berniat mengguncang tradisi folk. Delapan lagu folk di sini, ketika didengarkan sekilas, bisa saja dirilis kapanpun dalam setengah abad terakhir. Dua track paling menonjol adalah “Jo” dan “Untitled God Song,” yang saling meminjam melodi satu sama lain dan menunjukkan talenta Heynderickx menyajikan cerita dan bernyanyi tentang alam semesta. Kuncian album ini adalah suara Heynderickx yang serba bisa dan menawan, menggunakan falsetto untuk memanjakan pendengar sebelum melolong tanpa diduga. Kita bisa melihat kalau dia punya kualitas setara Joni Mitchell. Rasanya sangat mungkin Heynderickx bisa mencapai level yang sama kalau dia terus menghasilkan materi sekuat album ini. — Alex Robert Ross

8ULENTINA: EUCALYPTUS

Jika kalian mau mengesampingkan hedonisme kancah musik dance, tidak banyak ruang yang bisa menampilkan euforia kolektif dan nuansa komunitas lebih baik dari lantai dansa yang demokratis. Ini adalah bagian dari prinsip dasar kolektif Oakland, Club Chai, yang menamai albumnya EUCALYPTUS. Itu sebenarnya nama jenis teh. Pilihan nama tersebut menegaskan semangat kalau aktivitas klab tersebut mengutamakan “relaksasi dan distraksi dari gangguan kecemasan sehari-hari.” EP EUCALYPTUS rilisan salah satu pendiri tempat ini, 8ULENTINA merupakan kelanjutan dari eksplorasi ide tersebut, menawarkan beat getis dan bunyi synth panjang sebagai tuang punggung semacam genre dance meditatif. — Colin Joyce

Follow Noisey di Twitter.