FYI.

This story is over 5 years old.

#metoo

Hampir 70 Persen Pramugari Bilang Mereka Pernah Dilecehkan Saat Bekerja

Tapi mereka hampir tak pernah melaporkannya

Hampir 70 persen pramugrai mengaku pernah dilecehkan secara seksual selama karirnya, menurut temuan survei Association of Flight Attendants-CWA (AFA) yang rilis pada Kamis minggu lalu. Kendati demikian, hanya 7 persen pramugari yang melaporkan pelecehan tersebut kepada perusahaan yang mempekerjakan mereka.

“Hal ini benar-benar menyoroti permasalahan bahwa pramugari tidak percaya bahwa atasan-atasan mereka akan mengusut laporan mereka secara serius,” ujar Presiden AFA, Sara Nelson. “Saya tidak terkejut dengan temuan ini. Saya rasa ini mengonfirmasi bayangan kta soal apa yang terjadi.”

Iklan

Survei ini, yang baru pertama kalinya dibuat oleh serikat buruh pramugari, juga menemukan bahwa 18 persen pramugari mengalami “pelecehan seksual fisik” oleh penumpang tahun lalu, seperti digerayangi atau dicium atau “digesek” dari belakang. (Catatan: Pengadilan menetapkan serangan seksual sebagai “tindakan seksual apapun yang tidak diinginkan, yang dilarang oleh hukum federal, suku, atau negara, termasuk saat korban tidak berkapasitas untuk memberikan persetujuan.”)

Sekitar sepertiga pramugari juga mengalami pelecehan seksual verbal, seperti komentar cabul, selama setahun belakangan.

AFA juga menemukan bahwa hampir 7 persen responden survei tidak yakin apakah mereka pernah dilecehkan secara seksual, sebuah temuan yang dianggap “meresahkan” oleh Nelson.

Survei ini diisi oleh lebih dari 3.500 pramugari di 29 perusahaan penerbangan Amerika Serikat. Sekitar 80 persen respondennya perempuan dan 20 persennya laki-laki, sebuah cerminan dari industri ini secara keseluruhan.

“Selama ini, industri penerbangan telah mengobjektifikasi pramugari dan menggunakan pramugari sebagai fokus iklan mereka yang menggunakan seks untuk melariskan tiket. Dan mereka tidak pernah mengingkari itu,” ujar Nelson. Enam puluh delapan persen pramugari yang disurvei berkata bahwa mereka belum melihat upaya apapun yang dilakukan majikan mereka untuk mengatasi pelecehan seksual di tempat kerja sejak gerakan #MeToo dimulai musim gugur lalu.

Selama minggu pertama Nelson bekerja sebagai pramugari, 23 tahun lalu, dia bercerita pernah bertemu seorang perempuan yang mulai bekerja sebagai pramugari pada 1950-an.

“Dia bilang, ‘Kamu perlu tahu: Manajemen menganggap kita sebagai istri atau simpanan mereka,’” ujar Nelson. “Apapun itu, mereka memandang rendah kita. Dan satu-satunya tempat yang membuatmu merasa dihargai adalah di antara sesama pramugari.’ Jadi, para pramugari menemukan cara-cara untuk menjaga diri sendiri.”

Ini adalah sentimen yang masih Nelson dengar dari pramugari saat ini, baik yang masih baru maupun yang sudah senior. “Pertama kali saya menerima dengan fakta bahwa itulah yang saya rasakan, dan itulah yang juga dirasakan 50.000 orang yang saya wakili—rasanya pedih,” ujarnya pada VICE News.

Sejauh ini, baru tiga maskapai—Alaska, Spirit, dan United—yang sudah secara terbuka mengambil langkah untuk mengatasi pelecehan seksual, setelah gerakan #MeToo dimulai, menurut AFA.