Twitter

Kebijakan Twitter Hendak Hapus Akun yang Lama Tidak Aktif Memicu Kepanikan

Menurut Twitter, kriteria akun bakal di-deactivate adalah yang enggak ngetwit selama enam bulan berturut-turut. Akun orang sudah meninggal ikut berisiko dihapus.
Kebijakan Twitter Hendak Hapus Akun yang Lama Tidak Aktif Memicu Kepanikan
Foto ilustrasi mengenang orang yang sudah meninggal di medsos via Getty Images 

Pekan ini, Manajemen Twitter mengumumkan rencana kebijakan menghapus akun-akun yang tidak aktif mencuit selama enam bulan berturut-turut. Penghapusan itu akan berdampak permanen dan akun tidak bisa diaktifkan lagi.

"Kami mendorong orang agar mengupayakan rutin log in dan menggunakan akunnya setelah mereka membuat akun di Twitter," demikian pernyataan tertulis dari raksasa medsos tersebut. Akun milik orang meninggal, yang biasanya tidak disentuh lagi oleh ahli waris, turut terdampak kebijakan tersebut. "Syarat utama agar sistem kami menganggap sebuah akun masih aktif adalah ada aktivitas selama enam bulan terakhir. Jika dalam kurun tersebut tidak nampak aktivitas apapun, maka akun akan dihapus permanen."

Iklan

Sekilas, kebijakan ini diambil Twitter untuk memulihkan beberapa nama akun bagus yang terlanjur dipakai orang tapi tak diaktifkan lagi. Contohnya adalah akun @bathroom, yang terakhir nge-twit pada 2007 lalu, dan setelahnya tak pernah mencuit lagi. Tapi, ketika dikonfirmasi lebih lanjut, ternyata Twitter melakukannya lantaran ingin "memaksa" orang memakai medsos mereka, sekaligus memulihkan kredibilitas medsos ini yang sering disebut sebagai sarang disinformasi.

"Kami ingin menghapus akun-akun yang tak lagi aktif agar Twitter semakin bisa dipercaya persebaran informasinya," kata juru bicara Twitter saat dikonfirmasi CNN Business. "Di sisi lain, kami meyakini kebijakan tersebut juga akan meningkatkan partisipasi pengguna di platform kami."

Merujuk laporan dari The Verge, maka batas akhir pengguna yang lama tidak menjenguk akunnya untuk menghindari penghapusan adalah 11 Desember mendatang. Meski begitu, setelah tanggal itu belum tentu penghapusan segera dilakukan. Menurut CNN, proses pendataan akun yang tak lagi aktif bakal makan waktu "berbulan-bulan."

Banyak netizen mengungkapkan kekecewaan pada Twitter atas kebijakan tersebut. Terutama dari keluarga orang meninggal, atau fans pesohor yang sudah wafat. Password akun-akun tersebut kadang tidak dibagi ke keluarga ataupun ahli waris, sehingga akun mereka terancam dihapus.

Fans bintang K-pop star Kim Jong-hyun, yang meninggal pada 2017, memohon kepada Twitter agar akun idola mereka tidak dihapus.

Iklan

Beberapa penggemar akun komedi anonim di Indonesia juga panik mendengar kebijakan tersebut.

Jason Scott, seorang pengarsip, segera menawarkan bantuan bagi orang-orang yang ingin mengamankan akun mendiang keluarga mereka agar tetap ada di Twitter.

Selama dua hari terakhir, lonjakan akun-akun lama untuk sekedar ngetwit lagi sudah terjadi. Artinya ancaman Twitter berhasil. Namun, banyak pihak menyayangkan bila Twitter tidak mau mempertahankan akun milik orang yang sudah meninggal.

"Sebab di zaman sekarang, akun macam itu bisa kita sebut sebagai pemakaman digital. Tak sedikit orang sengaja mention akun keluarga atau sahabat mereka," kata Luca Hammer, data analis yang mengkaji statistik Twitter saat dihubungi Motherboard. Menurut Hammer, ada baiknya bila Twitter cukup menempatkan akun-akun yang sudah tak aktif lagi dalam format archive, lalu statusnya diubah menjadi read-only. Twitter belum mengikuti jejak Facebook, yang sudah menyediakan fitur agar akun orang meninggal menjadi semacam 'makam digital'.

"Kami sedang memikirkan kemungkinan memfasilitasi perubahan akun yang sudah meninggal untuk menjadi penanda digital bagi keluarga yang ditinggalkan," kata juru bicara Twitter dalam keterangan terpisah.

Namun, jangan berharap banyak. Twitter adalah perusahaan raksasa Silicon Valley yang mencari untung. Twitter bukan sahabatmu. Persoalan ini menunjukkan betapa tergantungnya banyak orang pada platform media sosial. Termasuk ketergantungan kita mengenang orang yang terkasih, justru dari arsip medsos yang lebih senang menghapus akun tak aktif—dibanding menyimpannya buat kalian hanya karena alasan sentimental.

Drew Olanoff, mantan jurnalis situs TechCrunch yang ayahnya meninggal pada 2015 lalu, melontarkan refleksi menarik mengenai ketergantungan manusia modern tersebut. "Ketika ciptaan manusia tidak lagi menggambarkan hubungan manusia, melainkan diatur oleh logika profit dan efisiensi teknologi, maka hilang sudah jiwa kita semua," tulis Olanoff dalam salah satu esainya. "Mungkin pola pikirku ini jadul, tapi aku sudah muak melihat manusia dipandang hanya sebagai bit dan data."

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard