Foto milik Craig Holmes
Sirkus Ashton menjadi yang tertua di Australia, dan mendahului sirkus-sirkus lainnya di dunia Barat (baca: yang berbahasa Inggris). Dididik dalam lingkungan sirkus Inggris, Henry Ashton James memulai pertunjukannya pada pertengahan 1800-an. Keturunan langsung Ashton rutin menggelar tiga sirkus keliling di seluruh Australia untuk melanggengkan tradisi keluarga.Pada 1980-an, fotografer ternama Queensland Craig Holmes berbaur dengan rombongan sirkus Ashton untuk mengangkat sisi manusiawi para pemain dan mengabadikan kepribadian mereka yang jarang dilihat. Kami mengajak Craig berbincang untuk mengorek seperti apa rasanya berada di antara rombongan sirkus Ashton.VICE: Halo, Craig. Berapa lama kamu menghabiskan waktu bersama Sirkus Ashton? Apakah mereka menerima keberadaanmu?
Craig Holmes: Saya ikut tur keliling mereka di Brisbane selama tiga minggu. Mereka ramah, meski terkadang terlalu sopan dengan fotografer. Mereka tampaknya terbiasa dijadikan subjek tapi kurang dihargai usahanya. Saya sering merasa enggak ada di sana, karena mereka enggak begitu mengindahkan pekerjaanku. Jadi, saya melakukan semuanya sendirian.Beberapa anggota sirkus bersedia berpose untukku. Mereka mengajak saya ke karavan untuk sesi foto khusus. Yang lain enggak begitu peduli, mungkin karena sering menjadi pusat perhatian fotografer.Saya cenderung mendekati subjek yang bersedia diajak kerja sama. Anggota sirkus tak terlalu menyadari keberadaanku. Mereka berpikir fotografer enggak tertarik dengan mereka, padahal sebenarnya sangat berharga buatku.Apa yang kamu pelajari dari kehidupan sirkus Ashton?
Karakter pemain sirkus 80-an benar-benar menakjubkan. Beberapa dari mereka pernah melarikan diri, sementara lainnya pemain generasi kelima. Pada saat itu, mereka tampil bareng hewan eksotis seperti singa, macan, gajah, dan unta. Kucing besar sering mengeluarkan auman dari kandang, membuat suasana di malam hari semakin menegangkan.Pernah mengalami kejadian aneh?
Anggota sirkus memperingatkanku untuk menjauhi gajah mereka karena pernah membunuh orang. Suatu hari di belakang panggung yang sangat gelap, gajah itu berbaring di sampingku dan belalainya menyentuh lenganku. Dia penasaran menyaksikan keriuhan di panggung dari balik tirai. Kami duduk berdekatan dan menonton pertunjukannya bersama. Betapa luar biasa. Saya menikmati kehadirannya.
Tenda dan peralatan sirkusnya menghadirkan nuansa nostalgia: tiang besar menopang tali-temali dan kain terpal. Rasanya seperti sedang melaut di kapal layar pada 1700-an. Saya mengabadikan para subjek yang menyatu dengan lingkungannya di keremangan cahaya malam berlatar kanvas berlapis dan bertekstur. Para penonton diajak menjelajahi masa lalu.Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia.
Iklan
Craig Holmes: Saya ikut tur keliling mereka di Brisbane selama tiga minggu. Mereka ramah, meski terkadang terlalu sopan dengan fotografer. Mereka tampaknya terbiasa dijadikan subjek tapi kurang dihargai usahanya. Saya sering merasa enggak ada di sana, karena mereka enggak begitu mengindahkan pekerjaanku. Jadi, saya melakukan semuanya sendirian.
Karakter pemain sirkus 80-an benar-benar menakjubkan. Beberapa dari mereka pernah melarikan diri, sementara lainnya pemain generasi kelima. Pada saat itu, mereka tampil bareng hewan eksotis seperti singa, macan, gajah, dan unta. Kucing besar sering mengeluarkan auman dari kandang, membuat suasana di malam hari semakin menegangkan.Pernah mengalami kejadian aneh?
Anggota sirkus memperingatkanku untuk menjauhi gajah mereka karena pernah membunuh orang. Suatu hari di belakang panggung yang sangat gelap, gajah itu berbaring di sampingku dan belalainya menyentuh lenganku. Dia penasaran menyaksikan keriuhan di panggung dari balik tirai. Kami duduk berdekatan dan menonton pertunjukannya bersama. Betapa luar biasa. Saya menikmati kehadirannya.
Iklan
Foto-fotonya diambil pada 1980-an, tapi seperti memberikan kesan historis…
Tenda dan peralatan sirkusnya menghadirkan nuansa nostalgia: tiang besar menopang tali-temali dan kain terpal. Rasanya seperti sedang melaut di kapal layar pada 1700-an. Saya mengabadikan para subjek yang menyatu dengan lingkungannya di keremangan cahaya malam berlatar kanvas berlapis dan bertekstur. Para penonton diajak menjelajahi masa lalu.