Virtual Reality: Cara Baru Nonton Konser Musik?
Lead image via Public Domain Pictures

FYI.

This story is over 5 years old.

Important Questions Raised By...

Virtual Reality: Cara Baru Nonton Konser Musik?

Saya sedang nonton konser Fall Out Boy, tapi tidak secara langsung. Saya nonton pakai headset VR.
Daisy Jones
London, GB

Beberapa hari lalu, ada rekan kerja saya yang menawarkan nonton konser Rag’n’Bone Man dan Jess Glynne pakai Virtual Reality buat bahan artikel terbaru. Saya langsung mengiyakan ajakannya karena sedang jenuh di kantor saat itu. Sesampainya di MelodyVR, saya memasuki sebuah ruangan dan memasang kacamata VR untuk menyaksikan “konser musik” tanpa harus capek berdesak-desakkan.

VR sudah jadi topik kontroversial dan menarik sejak dulu. Setiap kali membahas teknologi mutakhir ini, masyarakat terpisah jadi dua kubu. Ada yang mendukung, ada juga yang menentang. Bagi mereka yang menentang, VR dianggap sebagai perusak generasi muda. Kira-kira mirip lah sama kebiasaan mereka yang suka menyalahkan media sosial karena sudah membuat anak zaman sekarang jadi narsis dan menyindir generasi millennial yang lebih suka beli kopi daripada nabung buat beli rumah. Sedangkan yang mendukung, mereka mengatakan bahwa tidak ada salahnya memanfaatkan teknologi canggih. Kalau saya netral saja sih. Saya antusias dengan kemajuan teknologi yang bisa memudahkan orang banyak, tapi saya juga masih ingin merasakan sensasi berhubungan langsung dengan dunia.

Iklan

Omong-omong, apa itu konser VR? Konser VR itu mirip-mirip dengan konser live, tapi bedanya kita perlu pakai kacamata VR dan tidak perlu datang ke venue buat nonton. Di kantor MelodyVR, staf mereka menyerahkan kacamata VR dan remot setelah saya memasuki sebuah ruangan. Remot itu bisa kita gunakan untuk mencari konser yang ingin kita tonton. Beberapa contohnya yaitu Fall Out Boy, Sigrid, Bring Me the Horizon, Rag’n’Bone Man, Jess Glynne, KISS dan Rudimental. Berhubung saya anak emo, jadi kalian tahu lah ya band apa yang saya pilih. Iya, Fall Out Boy. Setelah memasang kacamata VR, saya langsung berada di panggung. Saya menghadap langsung ke arah penonton, sedangkan Pete Wentz sedang asyik memetik gitarnya memainkan “Dance, Dance” di sebelah saya. Andai saja saat itu saya masih remaja, mungkin saya sudah girang parah.

Menurut siaran pers, perusahaan ini menjadi “satu-satunya perusahaan virtual reality yang mendapat lisensi dari industri musik.” MelodyVR bekerja sama dengan Universal, Warner, Sony dan Roc Nation. Mereka sudah mendapatkan izin untuk memfilmkan beberapa konser, dan bahkan mereka sudah mulai menjual “tiket virtual” untuk konser-konser di Britania Raya dam Amerika Serikat. Kalau dipikir-pikir ya, bisnis terbaru ini sangat menguntungkan industri musik. MelodyVR hanya butuh biaya sedikit untuk memfilmkan acara, band mendapat banyak keuntungan dan lebih dikenal banyak orang, dan venue konser bisa jual lebih banyak tiket. Bagaimana dengan penonton? Mereka juga diuntungkan. Mereka bisa nonton konser yang diadakan di luar negeri kapan saja dan di mana saja. Yang mereka butuhkan hanyalah kacamata VR (Oculus Go dan Samsung GearVR) dan aplikasi MelodyVR.

Iklan

Tapi, apakah nonton konser pakai VR seseru menyaksikannya langsung? Atau booming dalam waktu yang singkat seperti Pokemon Go? Memang seru sih kalau bisa nonton Fall Out Boy dari berbagai sisi, tapi saya rasa nonton langsung dan nyanyi bareng fans lainnya jauh lebih dahsyat. Dengan VR, kamu nonton konser sendirian. Orang-orang yang kamu lihat tidak nyata, hanya hologram saja. Selain itu, MelodyVR baru memiliki rekaman konser musisi-musisi ternama saja. Kamu bisa lihat jelas band yang sedang manggung, tapi ragamu tidak merasakannya langsung.

Dengan demikian, ini masih terhitung sebagai permulaan belaka dan bisa menjelma menjadi sesuatu yang jauh lebih besar. Aku masih harus menggunakan headset standar. Hanya saja, nanti begitu varian headset yang lebih baik (seperti Occulus Go atau virtual reality dengan sensasi sentuhan), pengalaman nonton gig secara virtual akan makin menarik, terutama bagi mereka yang mampu membelinya atau generasi setelah kita di masa depan. Perlu dicatat bahwa sebagai seorang yang bisa datang ke gig mana pun, kapan saja, pengalaman nonton gig secara virtual tak menarik-menarik amat. Akan tetapi bagaimana dengan mereka yang punya keterbatasan fisik? Atau mereka karena satu alasan—apapun itu—tak bisa keluar rumah, entah karena masalah keluarga atau gangguan mental? Untuk orang-orang ini, kehadiran MelodyVR membuka segudang kesempatan baru. Bagi saya, perangkat ini cuma cara yang menyenangkan untuk mengisi sore hari yang lowong. Untuk mereka, MelodyVR adalah awal mereka menjalani hidup dengan cara yang benar-benar berbeda.

Seperti sebuah perkembangan baru lainnya, selalu ada peluang artistik dan kreatif yang menyertainya. Setelah nonton konser Fall Out Boy lewat VR, saya mendengar bahwa Poppy, salah satu sensasi internet terbaru yang sudah banyak kami tulis di Noisey, baru saja mengadakan “meet and greet” virtual reality akhir tahun lalu. Poppy bisa melihat fannya, dalam bentuk avatar, dan sebaliknya Fan Poppy bisa melihat dan mendengar suara idolanya seakan mereka ngobrol di satu ruangan yang sama, “Bagi banyak artis, yang malas menghadiri meet and greet, ini mungkin salah satu cara mengatasinya,” begitu penjelasan staf hubungan masyarakat yang mengatakan bahwa MelodyVR kelak akan merambah bisnis meet and greet juga. Kendati ini terdengar “dystopia” banget (kamu merasa berkomunikasi langsung dengan orang lain, padahal tidak sama sekali!! Haha), saya harus mengakui ini kedengaran menyenangkan—atau setidaknya inovatif. Entah inovasi macam apalagi yang akan ditawarkan para idola kita lewat VR? Jangan-jangan mereka juga akan melebarkan penggunaan VR dalam bentuk videoklip atau semacamnya? Siapa tahu. Daftar kemungkinannya bisa sangat panjang.

Saya tak akan berpura-pura bahwa setelah mencicipi MelodyVR, saya terbengong-terbengong seperti orang bego karena saking kerennya. Tak selebay itu lah. Ini setara seperti saat saya selesai memainkan simulator keren di arena arcade. Yang meninggalkan kesan dalam diri saya adalah saya mendapatkan kesempatan mengintip kemungkinan-kemungkinan yang bisa dibawa oleh MelodyVR. Bagi generasi di masa datang, apa yang saya cicipi barang sebentar di kantor kawan saya ini mungkin bakal jadi jalan hidup mereka, sesuatu yang mereka lakukan dari waktu ke waktu. Sesuatu yang keren bukan?

Daisy bisa diajak ngobrol lewat Twitter .

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Inggris