Jangan tertipu oleh penampilan bengkel motor milik Catur Bambang yang secara kasat mata tampak sama-sama saja dengan bengkel-bengkel lainnya. Secara tampang bengkel itu boleh saja sama. Berlumur oli di mana-mana, perkakasan dan peralatan servis motor terserak di sekujur ruangan, di sana-sini pun kadang tampak ada kilapan jejak oli atau bensis.
Bengkel yang berada di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan itu ukurannya cuma sekira 4×5 meter, tapi dari bengkel mungil itulah sehari-hari Bambang menganyam gagasan besar membuatnya menjadi kenyataan. Itulah bengkel yang ia pakai untuk memodifikasi motor agar nyaman dipakai oleh para penyandang disabilitas.
Videos by VICE
Awalnya Catur bekerja untuk sebuah instansi pemerintah sejak 1990-an. Namun ketika kecelakaan kerja merenggut kedua kakinya, Catur tak punya pilihan selain meninggalkan tempatnya bekerja. Namun Catur adalah penyandang disabilitas yang gigih.
Kecelakaan tersebut rupanya tak membuat Catur patah arang dan meratapi hidupnya. Merasa tak ingin dibatasi oleh keadaan yang menimpa dirinya, Catur mulai memodifikasi motor bebek miliknya menjadi roda tiga supaya mobilitasnya tak terhambat.
“Model yang saya buat kata orang-orang merupakan yang paling bagus,” kata Catur kepada VICE Indonesia. “Akhirnya dari mulut ke mulut banyak yang memesan ke saya.”
Para penyandang disabilitas di Indonesia hidup layaknya warga negara kelas dua. Hambatan ruang publik senantiasa ada di hadapan komunitas disabilitas, kendati pemerintah telah memiliki payung hukum yang menjamin aksesibilitas transportasi dan ruang publik untuk para penyandang disabilitas. Namun fakta di lapangan masih jauh dari harapan. Dalam laporan Pemeringkatan Aksesibilitas komunitas disabilitas yang dirilis LBH Jakarta mengungkap bahwa puluhan stasiun kereta dan shelter busway tidak layak bagi komunitas disabilitas. Kenyataan ini menunjukkan layanan publik pemerintah masih diskriminatif terhadap penyandang disabilitas.
“Pengalaman mau naik angkot saja sudah susah,” kata Catur kepada VICE. “Mereka kebanyakan enggak mau ngangkut kita.”
Maka di tengah karut marut tata ruang kota di Indonesia, modifikasi motor roda tiga yang dilakukan Catur adalah salah satu pilihan paling masuk akal. Catur mengatakan kebutuhan transportasi bagi penyandang disabilitas tergolong tinggi. Banyak dari rekan-rekannya meminta tolong untuk membuat modifikasi motor mereka. Kini dalam seminggu, Catur dan tiga orang karyawannya sanggup mengerjakan dua hingga tiga unit modifikasi motor. Pesanan pun mengalir tak cuma dari Jawa, namun juga Sumatra dan Sulawesi. Ia mematok harga modifikasi dari Rp6-15 juta tergantung model modifikasi dan jenis motor. Omzet yang diraupnya mencapai Rp75 juta per bulan.
Bukan berarti bengkel tersebut tak mengalami hambatan secara bisnis. Catur sadar ide modifikasinya bisa dengan mudah ditiru orang, terbukti dari makin banyaknya jasa modifikasi serupa di penjuru daerah. Usaha mematenkan ide tersebut harus terganjal biaya dan birokrasi. Catur mengatakan, ongkos mengurus hak paten diperlukan Rp40 juta yang tergolong angka yang besar untuk bengkel kecilnya. Ia menduga, mahalnya biaya hak paten tersebut lantaran rumitnya birokrasi di pemerintah yang akhirnya memunculkan oknum calo hak paten.
“Saya pernah minta konfirmasi di pemerintah, duit segitu itu karena ulah oknum atau memang harga dari pemerintah? Sampai kini tak ada kejelasan. Akhirnya ide untuk mematenkan produk saya enggak terealisasi sampai sekarang.”
Catur mengklaim desain modifikasi buatannya berbeda dengan kompetitor lain. Dari testimoni pelanggannya, Catur bilang jika karyanya memiliki desain paling rapi dan presisi serta mudah perawatannya. Ini memudahkan para penyandang disabilitas ketika hendak melakukan servis rutin motor mereka, kata Catur.
“Kami selalu mengikuti perkembangan model terbaru sepeda motor,” tutur Catur. “Apapun jenis motornya kami sanggup mengerjakan modifikasinya. Suku cadang yang digunakan juga bawaan dari pabrik.”
Meski hambatan terhadap akses transportasi telah didobrak, Catur mengakui bahwa motor roda tiga kadang masih sulit mengakses ruang publik seperti SPBU, tempat parkir, dan gedung pemerintahan. Namun setidaknya, kata Catur, ia berusaha membuat para penyandang disabilitas menjadi pribadi yang mandiri.
“Ini membuat para penyandang disabilitas lebih mandiri dan efisien dan tidak terlalu tergantung pada orang lain,” pungkas Catur.
Artikel ini hasil kolaborasi VICE X Yamaha memperkenalkan All New X-Ride 125 terbaru ini lahir dari inovasi yang dilakukan Yamaha untuk mengikuti perkembangan era sekarang. Muncul perdana di tahun 2013 dengan kapasitas mesin 115 cc dan berkarakter matik offroad, lalu di tahun 2017 diperbaharui dengan hadirnya All New X-Ride 125 berkonsep adventure. Respon konsumen terhadap dua generasi X-Ride itu menginspirasi Yamaha untuk melahirkan edisi paling baru di tahun ini yang lebih stylish.
More
From VICE
-
-
Bob Dylan in 1966. (Photo by Fiona Adams/Redferns) -
(Photo by Michel Linssen/Redferns) -
Screenshot: Digital Happiness