Artikel ini pertama kali tayang di Noisey Italia.
Menurut opini saya, korban paling tragis revolusi digital industri musik adalah sampul album. Di masa lalu, sulit mengingat album-album klasik tanpa ditemani sampul albumnya. Bandingkan dengan sampul album era internet rasanya hampa, tidak bisa disentuh, apalagi dicium. Apalagi dimensi packaging dan sampul belakang album zaman sekarang berubah banget. Kayaknya kehampaan akibat digitalisasi musik merupakan salah satu alasan format vinyl mulai kembali populer. Sebab piringan hitam memiliki desain yang bisa dipegang kadang lebih penting daripada kualitas soundnya.
Videos by VICE
Redaksi Noisey juga sepakat, bahwa kenikmatan menimang album, serta mengapresiasi kreativitas sampul album sangat penting. Makanya, disertai semangat macam itu, kami ingin membahas Hipgnosis, sebuah kelompok desainer asal London yang menjadi pelopor sampul album avant-garde. Kini pada 2018, mereka merayakan ulang tahun ke-50 perilisan sampul album pertamanya.
Hipgonis didirikan Storm Thorgerson dan Aubrey Powell, teman sekamar Syd Barret di era awal Pink Floyd. Keduanya adalah anak jurusan film dan fotografi di London Royal College of Art. Untuk membuat sampul album yang sekarang legendaris itu, mereka biasa menggunakan kamar gelap gratisan kampus. Ketika sedang mengagumi graffiti di luar pintu masuk apartemen—tepatnya gabungan kata kata “hip” dan “gnosis”—Thorgerson dan Powell terinspirasi untuk mengadopsi istilah tersebut. Mereka meyakini Barrett yang melukis graffiti tadi, karena tidak ada orang lain yang tinggal di situ (Barrett sih membantah sebagai pelukisnya saat dikonfirmasi terpisah).
Begitulah. Dengan memahami kiprah Hipgnosis, kita bisa memahami cerita di balik lahirnya sampul album Saucerful of Secrets, Ummagumma, atau The Madcap Laughs. Kesuksesan yang diraih studio Hipgnosis berkat kolaborasi bareng Pink Floyd melejitkan reputasi mereka. Terutama saat Hipgnosis menghasilkan sampul ikonik The Dark Side of The Moon. Desain Hipgnosis melibatkan teknik fotografi inovatif, menghasilkan imej surreal yang dikemas hati-hati tapi membuat kita ternganga. Pada 1974, kolektif desainer tersebut mulai bekerja bareng Peter Christopherson, seniman dan desainer komersial yang nantinya membentuk Throbbing Gristle, Psychic TV, dan Coil. Pengalaman kolaborasi tersebut memperkarya kemampuan Thorgerson dan Powell. Kolektif mereka mulai memumpuk amunisi untuk meraih sukses lebih luas di industri desain.
Selain Pink Floyd, Peter Gabriel, Black Sabbath, Led Zeppelin, atau Yes, katalog karya Hipgnosis mencakup sampul album pesanan grup-grup yang kurang terkenal. Biar begitu, ciri khas desain Hipgnosis tetap muncul. Ciri utama itu adalah motif-motif kontroversial dan eksperimentasi visual yang belum tertandingi sampai sekarang. Berikut beberapa karya terbaik mereka yang kami kurasi untuk pembaca:
Quatermass – S/T (1970)
Sampul album ini menggambarkan bencana yang epik. Gambar keren ini menjadi sampul album pertama Quatermass yang dirilis 1970. Gedung pencakar langit dikerubungi oleh burung purba pterodaktil, terasa kontras sama musik band ini—yang cenderung mengedepankan beat post-rock ditemani lapisan synthesizer, serta sedikit menyenggol metal progresif. Sampul ini tetap terasa segar di masa sekarang, karena imej distopian yang hadir mengingatkan kita pada ancaman konstan terorisme ataupun bencana lingkungan.
Toe Fat – Toe Fat Two (1971)
Zat organik tidak jelas serta foto makanan busuk mendominasi sampul album kedua Toe Fat. Band rock psikedelik Inggris ini dikenal karena sosok pendirinya, gitaris dan keyboardis Ken Hensley bersama drummer Lee Kerslake, nantinya bergabung ke Uriah Heep. Di sampul album ini, anggota band ditampilkan dalam ukuran mini, berdiri di atas tumpukan benda menjijikan. Beberapa kepala dari anggota ditampilkan seperti jempol kaki. Konsep serupa sudah ditampilkan di sampul album pertama Fat Toe (yang juga dirancang Hipgnosis). Album Fat Toe sebetulnya tidak sukses di pasaran, tapi artwork albumnya menjadi pelopor “junk culture”, sebuah gerakan antiseni tinggi yang populer sejak akhir dekade 1990’an sampai awal millenium ketiga.
Renaissance – Prologue (1972)
Renaissance—band yang dibentuk dua mantan anggota the Yardbirds, menggabungkan elemen prog rock simfonik dengan elemen folk dan classical—meminta Hipgnosis membuat sampul album ketiga mereka. Hasilnya? Desain trippy menampilkan figur mirip UFO terbang di atas Laut Arktik. Apaan sih titik-titik hitam itu? Semacam bahasa yang tidak dikenali? Apa bola jingga di atas tangga itu semacam perwujudan dewa? Hampir 50 tahun kemudian, album ini sudah sangat sulit ditemukan di pasaran. Tapi desainnya yang ikonik terus abadi.
Golden Earring – To The Hilt (1976)
Thorgerson dan rekan-rekannya sangat suka mengambil foto dari dunia nyata, justru ketika mereka ingin menampilkan surrealisme (misalnya, liat sampul Wish You Were Here yang menampilkan stuntman membakar dirinya sendiri). Dalam kasus To The Hilt, mari bayangkan sosok pria malang dirantai itu menaruh kepalanya di rel, ketika sebuah kereta hendak lewat. Ini termasuk gagasan kover yang mengerikan, tapi secara sempurna menangkap suasana band prog-rock asal Belanda tersebut.
Hawkwind – Quark Strangeness and Charm (1977)
Hawkwind tentu tidak perlu diperkenalkan lagi. Biarpun Lemmy (Motorhead) belum mulai bergabung pada 1977 saat album ini rilis, kamu bisa mendengar pengaruh album tersebut dalam musik Gary Numan ataupun genre post-punk secara umum. Kamu bisa melihat tema fiksi ilmiah yang diusung band dalam sampul buatan Hipgnosis. Sampul ini menggambarkan sebuah reaktor aneh berkonspirasi melawan ilmuwan yang seharusnya mengendalikan mereka. Di sampul belakang, para ilmuwan terlihat terbaring di lantai tidak sadar, dan reaktor seakan menertawakan mereka secara keji.
Strawbs – Deadlines (1977)
Deadlines mempersembahkan sebuah album konsep liar. Desain albumnya, untuk menyesuaikan dengan gagasan liar tadi, menciptakan semacam suasana surreal yang tragis. Latar belakangnya adalah lanskap terpencil yang sunyi lengkap sama matahari terbenam, seakan mengejek penonton sampul tersebut. Strawbs dibentuk pada awal 1960an, awalnya sebagai band yang mengusung genre bluegrass. Di album ini, mereka beralih ke gabungan synth pop, supertramp, dan prog yang mengingatkan kita pada musiknya Genesis sesudah Peter Gabriel keluar. Mereka mengadopsi sound yang lebih punk setelah album ini dan bubar tidak lama kemudian.
Synergy – Cords (1978)
Hipgnosis menggandrungi imej-imej bernuansa fiksi ilmiah. Tidak heran kalau mereka kemudian berkolaborasi dengan Larry Fast di album kolaborasi berisi bebunyian synthesizer dan penggambaran intens suasana dunia di tahun 3000. Sampulnya menyajikan seuntai cahaya menyelimuti sosok manusia telanjang di lanskap urban neoprimitif yang terlantar dan suram.
Ashra – Correlation (1979)
Album ini menandai peralihan Ashra dari proyek solo (sebelumnya dia menggunakan nama Manuel Gottsching, veteran unit krautrock Jerman, Ash Ra Tempel) menjadi full-band yang membuat semua orang takjub. Ketakjuban muncul bukan dari musiknya saja. Faktor sampul album aneh yang erotis ini tentu juga menambah keheranan pendengar. Di sampul belakang, terdapat foto aliran air yang bentuknya menyerupai penis. Dibilang vulgar bisa, tapi mengagumkan betapa Hipgnosis sukses menangkap momen ini dengan keterbatasan teknologi kamera di masa itu. Gambar tersebut juga terasa sesuai sama musiknya Ashra, yang terdengar asing, “alien”, dan seksi.
UK – Danger Money (1979)
Setelah band prog-rock Inggris King Crimson bubar, basis John Wetton dan drummer Bill Bruford membentuk supergrup ini. UK memiliki sound unik, hasil gabungan prog-rock dan fusion, ditambah elemen synthesizer serta biola. Ketika dimintai tolong, desainer Hipgnosis memainkan judul album sebagai inspirasi sampul, bukan musiknya. Hasilnya, sampul album tersebut menampilkan seorang lelaki sedang mencuci tangan di wastafel mewah yang serba bersih, tepat setelah dia menerima “uang kotor.” Ini salah satu sampul yang menunjukkan kehebatan Hipgnosis menerjemahkan semangat sebuah proyek musik lewat desain berkarakter.
Wishbone Ash – Just Testing (1980)
Era 80’an menandai puncak karir Hipgnosis—mereka tutup buku pada 1983. Setelah kemunculan musik punk, menyewa desainer untuk menciptakan sampul album mahal terasa seperti melawan semangat anak-anak muda sedunia yang sedang berusaha meruntuhkan warisan musik rock demi terciptanya sound yang lebih segar. Album Wishbone Ash ini menandai usaha perusahaan, setidaknya dari Hipgnosis, mengadopsi desain agak sesuai dengan lanskap musik baru. Berusaha menyalurkan sound synth-gitar yang lebay, sampul album tersebut menggambarkan sesosok ilmuwan sedang menguji model gitar elektrik baru di belakang kaca laboratorium. Gambar itu sekilas mirip pesawat luar angkasa dari film Interstella 5555-nya Daft Punk. Sampul ini sekaligus menandai pergeseran Hipgnosis menuju estetika video game yang sangat populer pada era awal kemunculan MTV.
Yumi Matsutoya – Sakuban Oaishimasho (1981)
Hipgnosis sempat menerima tawaran dari Jepang, tepatnya dari pencetus musik city pop, Yumi Matsutoya. Sampulnya menampilkan dua mood yang berbeda dari penyanyi-pianis tersebut—dalam lanskap gersang, dia berdiri di dalam balok sinar, menghasilkan warna yang keren kontras terhadap lingkungan sekitarnya. Sampul ini secara indah menampilkan tekno-fantasi Jepang dengan suasana ala planet Mars, menghasilkan imej yang tenteram namun juga penuh rasa kesepian.
Artikel ini bisa terwujud berkat bantuan riset oleh Jonida Prifti. Didedikasikan untuk mengenang Antonio De Vincenzi.