Menghabiskan Waktu Seharian Bareng Ultras Sepakbola Termuda di Eropa

ultrasi tineri, ultrasii din fotbal

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Belanda

Sekelompok anak kecil menghadiri pertandingan sepakbola lokal di Lanaken, Belgia. Mereka datang bukan untuk menyaksikan pertandingannya. Berpasang-pasang mata mungil justru terpaku pada tribun di hadapan mereka. Di sana, berkumpul anak-anak berusia 11-16 yang asyik membuat keributan. Kelompok anak lebih tua itu menyalakan kembang api, menabuh drum, berjumpalitan, dan meneriakkan yel-yel klub Lanaken VV.

Videos by VICE

Mari berkenalan dengan Lanaken Youth, kelompok ultra termuda di Eropa.

1579531354830-Lanaken-Youth-20
1579531373572-Lanaken-Youth-26

Anak-anak ini tidak memedulikan status Lanaken VV yang masih klub amatir. Mereka sudah punya kaus kebanggaan “Lanaken Ultras” buatan sendiri. Mereka menyalakan petasan, sambil berteriak menggunakan toa. Setiap pertandingan kandang adalah pesta untuk mereka.

Aku menemukan akun Instagram Lanaken Youth Desember lalu, dan menanyakan boleh nonton bareng atau tidak lewat DM. Mereka siap menerimaku, dan memintaku datang pada pertandingan Januari. Katanya mereka berencana melakukan “sesuatu yang keren” bulan itu.

1579531395540-Lanaken-Youth-1
1579531413176-Lanaken-Youth-3

Pada hari pertandingan, parkiran clubhouse Lanaken VV penuh sampai tumpah ke lapangan rumput di dekatnya. Di dalam, penonton dari segala usia berkumpul bersama. Cuma bocah-bocah Lanaken Youth yang sudah siap di tribun. “Hati-hati, mereka fanatik banget,” seorang lelaki tua memperingatkan.

Kehadiranku disambut tiga anak laki-laki dengan senyuman lebar. Mereka adalah Doriano, Dante dan Diaz. Doriano berusia 16, dan dianggap sebagai pemimpin Lanaken Youth. “Kami masih menunggu yang lain. Nanti kayaknya ada 10 orang yang hadir,” kata Doriano. Anggota lainnya datang tak lama kemudian. Mereka mengenakan jaket, masker, dan celana panjang berwarna gelap—mirip seperti suporter dewasa. Kaus mereka, yang berlogo Fred Perry, digantung di bagian depan tribun.

Di saat lainnya mempersiapkan drum dan kembang api, Doriano mengaku kelompok mereka terinspirasi oleh suporter fanatik tim sepakbola KRC Genk. Ketiga bocah itu ingin melakukan hal serupa bersama teman-temannya. “Kami suka berteriak dan bikin suasana heboh,” tutur Dante.

1579531433312-Lanaken-Youth-45
1579531449449-Lanaken-Youth-30

Lanaken Youth tidak punya lawan. Mereka satu-satunya kelompok fanatik tim sepakbola amatir di Belgia.

Mereka mempersiapkan segala sesuatunya secara matang, termasuk bikin spanduk. Mereka bekerja sebagai tukang cuci piring untuk membeli cat, megafon, dan kembang api. Drumnya gratis dari pasang iklan di surat kabar lokal. Sejauh ini, aksi tergila mereka yaitu menyalakan banyak petasan sekaligus. “Semua warga Lanaken membicarakan ini,” ujar Doriano.

Diaz berteriak “Beraksi!” ketika pemain memasuki lapangan. Kembang api dan petasan dibakar, sedangkan lainnya meneriakkan yel-yel “Kami dari Lanaken!” melalui pengeras suara yang memekakkan.

1579531468621-Lanaken-Youth-11
1579531486935-Lanaken-Youth-7

Saat pertandingan dimulai, Diaz dan seorang bocah bertopeng badut terus berteriak pakai toa. Di sisi lain lapangan, anggota klub dan pendukung Lanaken VV dewasa menonton pertandingan dengan tenang.

“Suaraku habis, nih! Ada yang bisa ambilin minum?” tanya Dante. Salah seorang anak laki-laki membawakan minum ke clubhouse. Tim lawan Racing Boxberg mencetak gol untuk pertama kalinya, tapi Lanaken Youth tidak peduli. Tim Lanaken VV membobol gawang lawan ketika mereka sibuk meneriakkan “Kami dari Lanaken!” Anak-anak itu berjingkrakan, terutama Diaz yang berlarian heboh. Seseorang menyalakan kembang api lagi.

1579531533931-Lanaken-Youth-22
1579531523134-Lanaken-Youth-24
Doriano menyalakan dua petasan.

Anak-anak lain yang tidak tergabung dalam Lanaken Youth menyaksikan penuh iri. “Mereka keren banget. Aku nonton pertandingan karena mereka,” ungkap anak laki-laki bernama Sam. Dia belum genap 11 tahun, dan ditolak bergabung dengan Lanaken Youth karena terlalu muda. “Peraturan mereka ketat banget. Aku tidak marah ditolak, mudah-mudahan bisa gabung nanti. Mereka keren pokoknya.”

Menjelang akhir babak pertama, gelombang kegembiraan dirasakan semua anggota. Jay, 11, baru sampai. Sambil terengah-engah, dia menjelaskan habis makan malam bersama keluarga. Anak kesayangan Lanaken Youth ini tak buang waktu menabuh drum. Ayah dari kiper darurat Lanaken VV menghampiri bangku penonton. “Keren, ya?” katanya. “Mereka bikin suasana tambah seru dengan kembang api.”

1579531670534-Lanaken-Youth-48
1579531684442-Lanaken-Youth-51

Pada akhirnya, skor dua tim berimbang 3-3. Lanaken VV dihadiahi tendangan bebas saat perpanjangan waktu. “Mudah-mudahan gol!” Diaz berharap. Dan ternyata benar, tim favorit mereka berhasil memenangkan pertandingan. Para bocah itu langsung berpelukan. Ada juga yang bernyanyi dan berteriak dengan toa

1579531569831-Lanaken-Youth-66
1579531585464-Lanaken-Youth-68

Setelah pertandingan selesai, pesepakbola Lanaken VV berterima kasih atas dukungan ultra muda ini. “Mereka selalu siap membawa kembang api,” kata seorang pemain. “Mereka luar biasa.” Lanaken Youth diajak berpesta di ruang ganti. Mereka mulai bernyanyi, dan pemain serentak membalas: “Lanaken VV olé olé!”

Sementara anggota klub menaikkan volume speaker dan pesta miras, kelompok Lanaken Youth kembali ke tribun untuk bersih-bersih. “Makasih ya sudah mau gabung,” tutur Dariano. Aku juga berterima kasih kepada mereka. Lanaken Youth mungkin masih kecil, tapi vibe yang mereka bawa sangat luar biasa hebatnya.

Simak foto-foto yang berhasil ditangkap selama pertandingan di bawah ini.

1579531621786-Lanaken-Youth-72
1579592035514-Lanaken-Youth-25
1579531605530-Lanaken-Youth-71
1579531640955-Lanaken-Youth-10
1579592115610-Lanaken-Youth-32
1579531655362-Lanaken-Youth-21
1579531698611-Lanaken-Youth-65
1579531713823-Lanaken-Youth-23