Sama seperti saat minum kopi, hasrat ingin buang air besar sering muncul setelah merokok. Perutmu seketika terasa mulas, dan dorongan ke toilet semakin kuat di setiap isapannya. Hal serupa juga bisa terjadi ketika kamu nge-vape.
Menariknya, ada perokok yang sengaja ngudud sebelum BAB supaya jadwal ‘nongkrong’ tiap pagi lebih lancar. Perut rasanya tambah plong jika dikombinasikan dengan kopi. Namun, apa sebenarnya dari rokok tembakau maupun vape yang memicu usus berkontraksi dan mendorong kotoran keluar? Kenapa sulit sekali menahan boker di saat-saat seperti ini?
Videos by VICE
Joel Borstein, rekan Profesor Kehormatan Universitas Melbourne yang mendalami hubungan antara gerakan usus dan sekresi, menerangkan, uap vape yang dihirup akan masuk ke dalam tubuh dan menyebarkan nikotin hingga ke usus. Sebagian besar neuron yang terdapat dalam sistem saraf enterik — berfungsi mengontrol seluruh sistem pencernaan dari kerongkongan sampai ke anus — akan bereaksi terhadap stimulan.
“Nikotin akan mengaktifkan berbagai neuron yang hanya berfungsi saat makan,” jelasnya.
Menurut Bornstein, ada tiga sistem kontrol yang akan mengaktifkan reseptor nikotin saat mendeteksi nutrisi dan stimulan di dalam usus. Hal ini kemudian mengirim pesan ke otak, yang akan merangsang usus besar dan mempercepat pembuangan tinja. Ketika mendapat rangsangan di dalam usus, sel saraf akan mengirim sinyal ke sel lainnya melalui terminal yang menyampaikan asetilkolin — neurotransmitter yang menstimulasi usus berkontraksi — dan dari situlah kita menerima panggilan alam.
Nikotin juga dapat mengaktifkan neuron yang meningkatkan sekresi asam lambung, sehingga perut terasa tidak nyaman pada saat atau setelah nge-vape.
Lonjakan aktivitas tersebut akan berkurang begitu paparan nikotin menghilang. Jika kamu berulang kali menghirup uap vape, maka reseptor akan selalu diaktifkan setiap terpapar nikotin.
“Lonjakan nikotin dapat mengaktifkan saraf yang berjalan dari sumsum tulang belakang menuju sistem saraf enterik, yang kemudian sistemnya akan disesuaikan tergantung lonjakannya,” ujar Bornstein. Jadi secara refleks kamu akan kebelet BAB.
Namun, paparan nikotin yang berkelanjutan akan mengurangi jumlah keseluruhan reseptor, sehingga dapat mengakibatkan disfungsi sistem tubuh karena tak mampu mengenali nikotin lagi. Ketika kamu berhenti nge-vape, kamu mungkin akan mengalami masalah pencernaan seperti sembelit karena tubuh tiba-tiba tidak mendapatkan nikotin.
“Sama halnya seperti kecanduan heroin dan sebagainya, tubuh orang yang kecanduan nikotin perlu menyesuaikan diri [dengan kebiasaan baru] dan mengatur ulang semua sistem yang bekerja di dalamnya. Tubuh kamu tidak dapat berfungsi secara normal tanpa nikotin,” Bornstein menjelaskan.
Kamu akan merasa tidak nyaman setelah berhenti merokok karena tubuhmu kaget dengan hilangnya asupan nikotin. Itulah sebabnya orang beralih ke permen karet nikotin atau vape untuk mengatasi gejala putus nikotin.
Kami sama sekali tidak mendukung atau mempromosikan penggunaan vape dan produk tembakau lainnya. Penggunaan tembakau tidak bagus untuk kesehatan dan dapat menyebabkan kanker paru-paru.
Follow Julie Fenwick di Twitter dan Instagram.