Ada dua pesawat Boeing 737 yang terbengkalai di Bali, tapi tak banyak situs yang bisa memberi alasan obyek raksasa tersebut bisa berada di sana. Kedua pesawat tersebut berada di kedua ujung sebuah pulau, berjarak lima kilometer. Pesawat yang satu terdampar di lahan kosong, sedangkan satunya lagi bersembunyi di balik pagar. Saya membaca beberapa artikel untuk mendapatkan pencerahan, tapi hasilnya nihil.
“Sepertinya tak ada yang tahu kenapa Boeing 737 bisa ada di Kedonganan,” kata Atlas Obscura. Situs Zoom Bali juga memberikan alasan serupa. “Tidak jelas kenapa pesawat dibiarkan di situ tanpa ada tanda pembangunan sama sekali.”
Videos by VICE
Saya pun nekat pergi ke Bali untuk mencari tahu sendiri alasannya.
Pesawat pertama yang saya datangi berada di sebelah Dunkin’ Donuts. Kondisinya berantakan, tidak ada mesin dan berada di tengah-tengah pemukiman. Letaknya ada di sepanjang jalan raya terbesar di pulau itu, tapi tidak dekat pantai atau pertokoan. Lokasinya memang dekat dari bandara, tapi tidak mungkin pesawatnya mendarat di lingkungan perumahan. Sepertinya sih diangkut pakai truk, tapi apa alasannya?
Saya menghampiri sekelompok pria di warkop dan bertanya kepada mereka pakai Bahasa Indonesia dengan terbata-bata (dan bantuan Google Translate). Dari situ, saya tahu kalau pesawatnya diurus oleh Sulaiman. Sedangkan mereka adalah teknisi lift dan eskalator di mall sebelah.
Saya dan Sulaiman menuju ke tempat semula. Sesampainya di pesawat, dia melepaskan sandalnya dan memanjat balok baja. Sulaiman memindahkan palka, yang tampaknya merupakan bagian bagasi dulunya, dan masuk ke dalam pesawat. Tak lama kemudian, dia kembali sambil membawa tangga bambu agar saya dan pacar bisa naik. Saat kami akan memasuki pesawat, Sulaiman memberi tahu kalau kami harus bayar Rp50 ribu. Tak masalah.
Kami membayarnya dan masuk ke dalam, bersama dengan teknisi eskalator yang sepertinya suka difoto. Saya yakin merasa sudah sering ke sini, tapi mereka tetap terlihat bersemangat untuk berdiri dan berpose di atas sayap pesawat.
Sulaiman menjelaskan bahwa pesawat ini dimiliki oleh pria Jakarta bernama Arif. Dia membelinya di Jakarta, membongkarnya dan mengangkutnya pakai empat truk kontainer pada 2015. Sejak itu, pesawatnya terparkir di sana.
Menurut Sulaiman, pesawat ini akan diubah menjadi restoran dan simulator penerbangan. Arif menyewa lahannya selama 10 tahun, tapi dia membutuhkan investor agar bisa mengubah pesawat tersebut.
Sulaiman bertugas sebagai penjaga pesawat itu. Yang dia lakukan setiap harinya meliputi nongkrong di warkop dan meminta uang tiket masuk kepada turis yang ingin selfie di dalam pesawat. Menurutnya, ada sekitar 30 orang yang mendatangi pesawat setiap harinya, tapi jumlahnya berubah-ubah tergantung musimnya.
Pesawat ini menjadi sumber pendapatannya. Sulaiman sangat sopan dan membantu, tapi tampak agak bosan. Putrinya datang dan bertugas sebagai juru bahasanya.
“Ajak dia ke Australia,” guraunya saat mengetahui asal kami. Saya bertanya kepada Sulaiman kapan pesawatnya akan diubah menjadi restoran, tapi dia sendiri juga tidak yakin. “Kontraknya cuma 10 tahun,” ulangnya.
Sulaiman tidak peduli sampai kapan pesawat itu terbengkalai di sana selama dia masih dapat penghasilan dari turis yang datang. Sekarang kamu sudah tahu alasannya, jadi tidak perlu buru-buru ke sini.
Follow Nat di Twitter
Artikel ini pertama kali tayang di VICE AU.