Artikel ini pertama kali tayang di VICE Sports.Kali ini The Cult menampilan salah satu superstar pertama Premier League, sosok pria yang membantu Alex Ferguson membangun dinasti Manchester United. Tidak banyak yang bisa menandingi King Eric di lapangan sepakbola; dan lebih sedikit lagi yang punya nyali untuk meninggalkan sepakbola seperti dia. Baca edisi The Cult sebelumnya disini.Anda bisa membaca seri legenda olahraga lainnya dari VICE Sports, 'The Cult', dengan mengklik tautan ini.
Iklan
Alasan Dia Jadi Legenda: Iklan Revolusioner
Iklan
Yang menakjubkan saya adalah perilakunya yang terang-terangan arogan. Semua gerak-gerik tubuhnya menunjukkan kesombongan yang luar biasa: lekuk mulutnya, gerakan matanya, cara dia merapikan kerah. Ini semua semakin memperkuat pernyataan bahwa kelahiran Cantona adalah titik emas sepakbola Inggris, melampaui kemenangan mereka di World Cup.Arogansi itu tidak apa-apa, selama bisa dipertanggung jawabkan. Dan tidak banyak yang bisa melakukan ini seperti Cantona, seorang pesepakbola genius yang juga mudah tersulut emosi. Dii akhir musim 1993/1994, MU menjadi juara Premier League untuk kedua kalinya berturut-turut dan memastikan gelar ganda setelah menang 4-0 melawan Chelsea di final FA Cup. Cantona terpilih sebagai Player of the Year versi PFA Players dan player of the year Manchester United setelah mencetak 18 gol di liga dan mencetak dua gol penalti di Wembley ketika mengalahkan Chelsea.Dia adalah bintang terbesar Inggris di saat itu. Di periode ketika sepakbola Inggris masih bertansisi dari era 80an yang buruk—kala itu sepakbola hampir mati—Cantona menampikan skill, gaya dan rasa percaya diri yang kala itu menghilang dari pertandingan sepakbola Inggris.Hanya Cantona yang bisa muncul di sebuah iklan yang berani menyatakan bahwa seorang pemain Perancis lebih penting dari pencapaian tertinggi sepakbola Inggris. Kalaupun ada yang berani mempertanyakan hal ini, paling-paling Cantona hanya mengangkat bahunya dan bertanya balik: "Emangnya gak bener?" Setelah dia menciptakan gol free-kick yang luar biasa indah, anda akan kembali berpikir: "Bener juga sih. Kemenangan World Cup Inggris ditampilkan di layar hitam dan putih, sementara aksi jenius Cantona penuh dengan warna."
Iklan
Penyebab Cantona Abadi: Bangku Stadion Selhurst Park
Iklan
Apa yang terjadi beberapa detik setelahnya menjadi bagian dari ingatan kolektif para pencinta sepakbola Inggris. Ketika tengah berjalan menuju terowongan setelah dikartu merah, dia mendengar makian tersebut dan langsung memalingkan kepala. Berjalan melewati ahli medis United, Norman Davies, dia meloncat ke gerombolan penonton. Wanita berdiri di samping Simmons terlihat pucat, kaget melihat aksi kekerasan di dalam sepakbola Inggris. Kerusuhan pun terjadi. Namun sebelum itu, sempat ada beberapa detik keheningan, ketika kaki Cantona meninggalkan rumput lapangan dan mendarat di papan iklan.
Saya ingat menyaksikan cerita tersebut di berita malam dan bingung apa yang sebetulnya baru saja dilakukan Cantona, tapi mengerti dari cara berita itu ditampilkan bahwa masalahnya lumayan serius. Mungkin dia habis membunuh seseorang? Atau membantai beberapa orang sekaligus? Saya tidak tahu. Tapi dijelaskan bahwa apa yang dia lakukan "tidak pantas dan penuh kekerasan" dan polisi siap menginterogasinya. Bagi seorang bocah berumur delapan tahun yang suka menonton acara kriminal NYPD Blue, ini terdengar sangat serius. Pasti kasus pembunuhan nih, pikir saya.Fakta bahwa ternyata dia cuman menendang seseorang—yang memaki duluan—rasanya cemen banget. Bagi seorang anak kecil, peristiwa tersebut membingungkan. Cantona adalah seorang pahlawan, entah anda fans United atau bukan, dan aneh menyaksikan banyak orang di TV memperlakukan dia seperti layaknya penjahat.
Iklan
FA melakukan hal yang sama, melarang Cantona bermain selama delapan bulan dan mengakhiri sepak terjangnya di Premier League musim itu. Akhinya United kehilangan gelar mereka akibat selisih satu poin.Namun momen terpenting muncul saat konferensi pers, setelah Cantona menghabiskan 120 jam melakukan hukuman community service. Di sebuah ruangan sempit, penuh dengan jurnalis yang mencari kutipan, Cantona berbicara dengan lembut: "Burung camar mengikuti kapal pemukat karena berpikir ikan sardin akan dilempar keluar ke laut." Ruangan hening, hanya terdengar suara klik kamera. Setelah itu dia mengucapkan terima kasih, berdiri dan meninggalkan ruangan.Para jurnalis mengejarnya, layaknya burung camar yang mengikuti kapal pemukat, namun Cantona sudah menghilang. Arogansi dan kejeniusan yang ditampilkan dalam konferensi pers tersebut adalah bukti sosoknya yang cult.Setelah kembali ke lapangan setelah menjalani hukuman skorsing pada September 1995, Cantona langsung kembali jadi tim inti andalan Alex Ferguson. MU berhasil memenangkan dua gelar Premier League berturut-turut, ditambah gelar FA Cup di 1996 ketika Cantona mencetak gol tunggal di kemenangan 1-0 melawan Liverpool. Pers Inggris langsung menyanjung penampilan King Eric denganmenghadiahkan penghargaan Foolball Writers' Association Footballer of the Year di 1995/1996. Statusnya di United semakin terkukuhkan setelah dia diangkat menjadi kapten klub seusai kepergian Steve Bruce.Tujuh hari setelah memenangkan gelar keempatnya selama lima tahun di Old Trafford, Cantona mengumumkan pengunduran dirinya dari sepakbola profesional.
Momen Penting Cantona: Meninggalkan Gaya Inggris
Iklan
Banyak yang terkejut. Cantona baru berumur 30 tahun, bermain di hampir setiap pertandingan di musim itu dan menjadi pencetak assist terbanyak. Peristiwa itu terjadi kurang dari enam bulan setelah dia mencetak gol yang akan selalu dikenang fans Manchester United. Pengunduran dirinya terasanya tiba-tiba dan mengagetkan. Dia menghilang begitu saja, tanpa pamit.Namun melihat kebelakang, rasanya cara dia mengundurkan diri sesuai dengan karakter Cantona. Dia tahu dia tidak akan terus menjadi pemain terpenting United dan dia tidak berminat "turun pangkat". Dia keluar dengan caranya sendiri, menolak mengalami masa penuaan dan tidak lagi dibutuhkan.Melebihi pemain United manapun, Cantona layak diingat sebagai katalis sukses luar biasa yang dialami MU di era kepelatihan Ferguson. Dia membantu United berkembang dari tim yang bagus menjadi tim yang hebat, dan menunjukkan pemain-pemain muda saat itu seperti Giggs, Scholes dan Beckham apa artinya menjadi pemain yang hebat. Cantona adalah sosok yang dinamis, bertemper panas, dan pergi begitu saja tanpa pamit. Dia adalah representasi yang pas untuk sepakbola Inggris, lebih dari pemain Inggris manapun."Beberapa pemain, dengan reputasi yang terhormat sekalipun sering gagal memenuhi ekspektasi tinggi manajemen Manchester United. Eric sangat berbeda. Sejak pertama kali datang dia penuh percaya diri, membusungkan dada, menaikkan kepala, dan melihat sekeliling seakan-akan berkata: 'Saya Cantona, apakah klub ini cukup layak mempekerjakan saya?'" —Alex Ferguson