Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.
Militer Irak berhasil merebut kembali wilayah timur Mosul dari kekuasaan pasukan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Ini adalah capaian penting dalam usaha mengusir kelompok teroris tersebut dari kota terbesar kedua di Irak.
Videos by VICE
Letnan Jenderal Talib Shaghati, kepala Pasukan Kontraterorisme Irak, mengatakan pada wartawan bahwa pasukannya berhasil merebut kembali sisi timur dekat Sungai Tinggis, yang mengalir membela kota kuno itu dari arah utara ke selatan, merujuk laporan Reuters.
“Hari ini kami merayakan bebasnya tepi timur Tigris di Mosul,” ujar Shaghati.
Pasukan Irak saat ini masih berjibaku, menekan kantong-kantong militan ISIS yang masih bertahan di bagian utara kota berdasarkan sebuah pernyataan resmi pemerintah.
Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi mengapresiasi kemajuan yang telah diraih militernya. Dia berjanji meneruskan upaya pembebasan bagian barat kota, yang hingga kini masih dalam kekuasaan ISIS.
Mosul dulunya wilayah yang dihuni 2 juta orang dari berbagai etnis. Kota bisnis ini adalah batu permata yang memikat anggota ISIS, sehingga mereka mencanangkan Mosul sebagai Ibu Kota kekhalifahan, baik secara simbolik maupun strategi. Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan pembentukan Kekhalifahan Islam Modern pada Masjid Agung kota Juni 2014 lalu.
Perang perebutan Mosul, yang merupakan operasi militer terbesar di Irak sejak invasi AS 2003, dimulai sejak 16 Oktober tahun lalu. Pasukan Peshmerga Kurdi, muslim Syiah militan, dan koalisi prajurit mazhab Sunni bahu membahu mengusir ISIS dari Mosul.
Dengan kekuatan personel mencapai 100,000—yang secara mampu mengalahkan sekian ribu anggota ISIS militan yang menduduki kota—serta disokong persenjataan udara dan logistik serta intelijen AS dan rekan internasional lainnya, tentara Irak meraih kemajuan pesat dalam perebutan Mosul. Tapi pergerakan pasukan kemudian melambat, ketika para tentara Irak mendekati pusat kota dan menghadapi oposisi ISIS yang telah bersiap menggelar strategi perang kota.
Anggota ISIS militan yang menduduki Mosul sejak Juni 2014 memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan serangan balasan. Mereka membangun jaringan gorong-gorong yang luas. Militan khilafah juga secara teliti menanam peledak di seluruh kota, sukses memperlambat pergerakan tentara pemerintahan.
Mike Knights, peneliti Irak pada Washington Institute for Near East Policy, mengatakan ISIS berjuang dengan sangat hebat mempertahankan bagian timur Mosul. Tentara Irak menurutnya terlalu mengandalkan rekan internasional lebih dari yang prediksi awal.
Knights memperkirakan pertempuran di Mosul timur saat ini belum menunjukkan malapetaka kemanusiaan sebagaimana dikhawatirkan pengamat HAM. Tentara Irak juga belum tentu bisa meraih kemenangan secepat yang diharapkan Koalisi Barat.
“Kita belum melihat tersebarnya kehancuran, kita belum melihat korban sipil sebanyak yang ditakutkan lembaga internasional,” ujarnya. “Di sisi lain, koalisi Barat berharap perkara Mosul dapat cepat selesai—kita sedang dalam proses menuju kemenangan.”
Badan Pengungsi PBB awal pekan ini mengatakan bahwa lebih dari 160.000 orang telah terpaksa kabur dari Mosul dan perkampungan di sekitar kota sejak ISIS tiba-tiba datang dua tahun lalu. Seiring eskalasi pertempuran yang meningkat minggu-minggu ini, jumlah pengungsi sipil dari Mosul akan bertambah. Beberapa keluarga yang terusir dari rumahnya dilaporkan mulai berani kembali menghuni kawasan yang telah dibebaskan tentara Irak.
Selanjutnya Apa yang Mungkin Terjadi?
Knights memperkirakan bagian barat kota untuk dibebaskan pada akhir April atau Mei, meski hal tersebut tergantung pada seberapa baik mereka menyadari kerugian dari peperangan, dan seberapa besar perlawanan kelompok teroris.
“Yang kita tidak tahu adalah berapa persen kekuatan yang akan dikerahkan ISIS mempertahankan Mosul timur,” ujarnya. Dia berharap serangan pada bagian barat kota dapat membuat tentara Irak pindah, lalu menekan dari bagian luar kota sebagaimana yang mereka lakukan di timur, alih-alih menyeberangi sungai yang memisahkan kedua bagian kota.
Kehilangan Mosul, kota terbesar yang masih berada dalam kekuasaan ISIS, akan menjadi kemunduran bagi kelompok teroris itu. Jika itu terjadi, sangat mungkin eksistensi ISIS di Timur Tengah berakhir, kata Knights. Kelompok ini juga sedang tertekan di Suriah, termasuk karena terdesak mempertahankan Kota Raqqa.
Seandainya nanti militer Irak berhasil merebut sepenuhnya Mosul, ISIS dikhawatirkan bakal terus mengacau, memecah diri ke dalam faksi kecil kelompok pemberontak, ujar Knights. Mereka akan mempertahankan kehadiran mereka wilayah tanpa pemerintah dan melangsungkan serangan teror pada kota-kota dengan pemerintahan besar. Persis seperti Taliban kini di Afghanistan.
“Itu adalahmasa depan beberapa wilayah Irak yang sangat mungkin terjadi.”
More
From VICE
-
Screenshot: Matt Vatankhah -
Photo by Frank and Helena via Getty Images -
Nvidia GeForce RTX 5080 – Credit: Nvidia -
Screenshot: EA Sports