Pernah ngebayangin mandi pakai lemak manusia yang diambil dari proses sedot lemak? Pasti enggak pernah kan. Tapi, kalau sisa lemak itu diolah jadi sabun kecantikan, mirip seperti dalam film Fight Club, terus dijual dengan harga US$32 (setara Rp486 ribu) sebagai sebuah instalasi seni yang edgy, kamu bakal tertarik enggak? Kalau jawabanmu masih tetap enggak, sayang banget deh. Pasalnya, seorang seniman asal Belanda bernama Julian Hetzel baru-baru ini membuat Schuldfabrik, sejenis sabun “kecantikan” baru yang dibuat dari lemak pasien liposuction alias sedot lemak.
Shuldfabrik akan dijual di toko kosmetik dadakan dan di bagian belakang sebuah pabrik Adelaide Festival 2019 mendatang, seperti dilansir dari ABC. Dalam pergelaran tersebut, para pengunjung akan diberikan kesempatan untuk mandi dengan sebatang Shuldfabrik sementara di saat yang sama seorang dokter bedah plastik melakukan liposuction pada seorang pasien. Nah, yang namanya karya seni biasanya dilatarbelakangi sebuah konsep. Hetzel sendiri mengklaim bahwa sabun lemak itu dirancang sebagai perangkat untuk mengeksplor ide mengubah rasa bersalah menjadi kekuatan untuk melakukan tindakan yang berguna.
Videos by VICE
“Kamu memutuskan untuk menggunakan lemak untuk mewakili rasa bersalah atau segala sesuatu yang mengandung rasa bersalah dan untuk memahaminya,” katanya kepada ABC.”Bisakan kita menggunakan rasa bersalah secara produktif? Bisanya kita mendapatkan keuntungan dari rasa bersalah? Atau bagaimana kita bisa menghasilkan uang dari rasa bersalah.”
Guna menghasilkan karyanya, Hetzel bekerja sama dengan sejumlah dokter bedah di Belanda untuk mengumpulkan cukup banyak lemak demi memproduksi 300 kilogram “sabun.” Akan tetapi, Hetzel menegaskan bahwa sabunnya tak “100 persen dibuat dari lemak tubuh manusia.”
“Kami bekerja sama dengan seorang pembuat sabun. Dia mengusulkan agar saya membuat campuran berbagai macam lemak dan minyak. Tujuannya agar hasil akhirnya berkualitas tinggi yang bisa menyegarkan kulit sekaligus punya semua komponen sabun betulan,” katanya. Pada akhirnya, hanya 10 persen dari satu potong Shuldfabrik—beratnya 125 gram— yang benar-benar terbuat dari lemak manusia. Tentu saja, lemak tersebut harus diolah dalam suhu yang sangat tinggi untuk membunuh semua bakteri dan virus di dalamnya agar sabunnya higienis.
Setelah mendengarkan nasehat dari para pengacara kepercayaannya, Hetzel urung menamai karyanya sebagai “sabun.”
“Bentuknya memang mirip sabun, fungsinya juga sama tapi ini karya seni,” tegas Hetzel.
Pengunjung yang kurang tertarik dengan aspek seni dari Shuldfabrik dan lebih tergugah untuk mengemasnya sebagai hadiah natal tahun ini bisa tetap membawa pulang sabun lemak ini. Harganya cukup miring kok.
Cuma US$32 alias Rp400 ribuan saja per batangnya. Uang hasil penjualan Shuldfabrik akan digunakan untuk membangun sumur-sumur air di Kongo. Negara di Afrika tengah itu juga akan menerima satu sabun normal untuk setiap Shuldfabrik yang dibeli pengunjung Adelaide Festival tahun depan.
More
From VICE
-
-
-
(Photo by David Corio/Redferns) -
Illustration by Reesa.