Pendiri ‘Mishka’ Berupaya Memperbaiki Salah Kaprah Streetwear Lewat Label Barunya

Semua foto dimuat seizin Psychic Hearts

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US

Tiga belas tahun setelah Mikhail Bortnik mendirikan merk streetwearnya yang ternama, Mishka, dia kembali terjun langsung ke dunia desain busana. Walaupun Mishka dikenal melalui estetika skater punk unik—dengan pakaian menampilkan gambar bola mata merah, rujukan ke lagu-lagu punk, dan tribut ke film-film sci-fi dan horor klasik—Bortnik berusaha menciptakan sesuatu yang lebih ringan dengan merk barunya, Psychic Hearts. Sekilas melihat logo Psychic Hearts, anda bisa merasakan bedanya. Logo merek ini adalah sederet tiga hati kartun berwarna pastel. Kaos berwarna hitam yang klasik dan track suit berbahan beludru (dengan percikan warna pink atau biru langit di keduanya) juga tersedia.

Videos by VICE

Apabila Mishka adalah merk bertaraf internasional yang produknya dijual di toko-toko seperti PacSun dan Zumies, produk Psychic Hearts semuanya dibuat dengan tangan. Kain yang mereka gunakan berasal dari distrik garmen di Manhattan dan produk Psychic Hearts bisa ditemukan di butik-butik seperti Extra Butter di New York dan Jugrnaut di Chicago. Ini adalah hal yang baik. Bortnik merasa bahwa Mishka berada di jalur yang tidak sesuai dengan misi awalnya.

Proyek barunya, Psychic Hearts bertujuan untuk memperbaiki hal ini dari segi desain dan skala. “Bagi saya, Psychic Hearts tidak bersifat konfrontasional,” kata si desainer streetwear ini dalam sebuah interview. “Psychic Hearts bersifat lembut, halus, hangat dan ramah. Warna utama kami pink.” Dengan kata lain, koleksi utama mereka—yang akan resmi diluncurkan pada bulan Mei dan juga akan menambah desain putaran ketiga di awal November—adalah Mishka versi ‘aneh’ atau bahkan antitesis dari Mishka itu sendiri.

Biarpun begitu, Psychic Hearts tetap melambangkan ideologi si penemu. Kaos dengan referensi obscure dan kaos—rilisan original—dengan grafis penuh warna akan tetap dirilis. Menurut Bortnik, produk Psychic Hearts ditujukan untuk mantan pembeli merek Mishka yang tidak mau lagi mengenakan kaos bertuliskan ‘FUCK’. Saya berbicara dengan Bortnik, sang desainer dan pengusaha tentang merk dia yang baru, bagaimana dia menyikapi Mishka dan sifat industri fashion yang selalu berputar.

VICE: Apa yang membuat kamu memulai Psychic Hearts?
Mikhail Bortnik: Menurut saya Mishka sekarang berada di jalur yang tidak sesuai dengan visi awal saya. Produk Mishka sekarang dijual di tempat-tempat seperti Zumies dan Pacsun. Mishka dimulai sebagai merk butik, dan kami dikenal sebagai merk yang aneh dengan target demografis yang spesifik.

Ketika Mishka mulai memasuki dunia mal/toko besar, saya merasa kami telah mengalienasi banyak pembeli kami. Saya ingin tetap berad di dunia perbutikan karena di situlah kami unggul. Padahal apabila kami tetap di jalur itu, kami bisa saja berkembang. Mungkin tidak akan secepat Mishka sekarang perkembangannya, tapi pastinya akan lebih memuaskan. Apa yang kamu buat dengan Psychic Hearts yang tidak bisa ditemukan di Mishka? Saya sadar bahwa ketika saya memulai Mishka, saya mendesain untuk diri saya sendiri. Saya ingat ketika masih muda dan berbelanja di toko-toko streetwear di pertengahan dan akhir 90an saat kaos Tupac dan Biggie sedang ngetren-ngetrennya. Tak lama kemudian, saya mulai mendesain pakaian yang sesuai dengan selera pribadi saya, seperti film horor, punk dan indie rock.

Awalnya sulit meyakinkan toko-toko agar bersedia memasukkan produk-produk ini, namun begitu produk Mishka mulai masuk ke toko, ternyata ada pasar remaja yang menyukainya karena kami berbeda dengan merk-merk lainnya saat itu. Jadi saya sadar biarpun saya mendesain untuk diri sendiri, ada banyak orang yang suka dengan hal-hal yang sama. Ternyata ada pasarnya.

Tolong jelaskan nuansa ato suasana apa yang kamu coba lontarkan lewat koleksi terbarumu?
Anda bisa melihat gambar bola mata merah di semua produk Mishka. Sebaliknya, Psychic Hearts justru bersifat tidak konfrontasional. Psychic Hearts bersifat lembut, halus, hangat dan ramah. Warna utama kami pink. Logo kami menampilkan gambar hati. Psychic Hearts itu seperti twee pop yang sentimental. Bagi saya, merk ini menampilkan suasana film-film Sofia Coppola dan Gregg Araki—semacam ambiguitas seksual dan nuansa romansa remaja yang naif dan polos. Ini adalah merk yang saya inginkan. Saya tidak ingin membuat katalog menampilkan bintang porno. Saya tidak ingin mendesain kaos yang bertuliskan “fuck off,” atau semacamnya. Mungkin kadang-kadang saya akan masuk ke wilayah desain macam itu karena memang saya begini orangnya, tapi Psychic Hearts nyatanya adalah perwujudan dari hal-hal yang saya suka dan kepribadian saya.

Siapa pembeli Psychic Hearts? Apakah orang-orang yang dulu membeli produk Mishka juga?
Sepertinya begitu. Ada banyak penggemar lama Mishka yang mulai mengenakan Psychic Hearts. Mereka biasanya lebih tua—tidak jauh dengan umur saya dan mereka mungkin sudah berkeluarga. Kemungkinan orang-orang inilah yang menggemari konsep awal Mishka dulu. Mereka suka dengan produk awal kami dan kaget ketika referensi yang kami buat tiba-tiba menyebar secara massal. Sekarang produk dengan visi tersebut kembali muncul dan mereka tertarik. Saya selalu berusaha menjadi inklusif dalam hal apapun. Jadi siapapun yang menemukan Psychic Hearts dan menyukainya, boleh memakainya. Banyak perempuan yang menyukai merk ini—dan ini tidak mengherankan mengingat estetika grafis yang kami tampilkan. Saya juga suka bahwa perempuan ingin mengenakan pakaian pria. Dan apabila para pria ingin mengenakan pakaian dengan gambar hati berwarna pink, silahkan.

Seperti apa proses desainmu? Apa kamu mulai dengan kain atau konstruksi?
Biasanya prosesnya saling berkaitan. Untuk koleksi kami berikutnya, kami akan menampilkan pakaian sherpa berkerah panjang. Saya ingin menggunakan material yang lembut dan kami sempat berdebat tentang membuat sherpa atau semacam teddy bear/Elmo. Berhubung sherpa lebih mudah dikenakan, ya sudah akhirnya sherpalah yang kami pilih. Desainnya terinspirasi oleh sampul album Teenage Head.

Di sampul itu, terlihat seorang pria mengenakan pakaian yang akhirnya menjadi inspirasi saya. Dalam hal popularitas, apa yang kamu harapkan dari Psychic Hearts?
Saya tidak memikirkan soal itu. Mishka menjadi sangat populer dan setelah titik tertentu, saya tidak ingin lagi menjalankan merk itu. Mishka menjadi sangat jauh dari apa yang saya inginkan dan apa yang membuat merk itu bagus. Mishka menjadi tidak menyenangkan.

Estetika Mishka bertemakan nostalgia, namun merek ini didirikan 2003 dan pada 2016 nostalgia mempunyai arti yang berbeda. Referensi macam apa yang akan kamu gunakan untuk Pyschic Hearts?
Kini, saya banyak menggunakan referensi film-film indie dan indie rock tahun 80-an dan 90-an. Berkat internet, semuanya mendunia dan mudah ditemukan, sehingga pasar kami juga bertambah luas. Para pembeli yang mengerti referensi-referensi tersebut dulunya pasti bukan anak streetwear. Jaman sudah berubah.

Follow Catherine Pears di Twitter.