Mitos Sesat Obat Kuat Memicu Lonjakan Pencurian Telur Penyu di Tanah Air

Jika berurusan dengan gairah seksual, manusia sanggup mengesampingkan logika dan tanggung jawabnya terhadap alam. Termasuk keselamatan berbagai jenis penyu hijau yang kini statusnya sudah semakin rentan dan terancam punah. Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat pencurian telur penyu teramat tinggi. Angkanya meningkat dari tahun ke tahun. Pencurian barbar ini dipicu oleh mitos khasiat telur penyu untuk memperkuat vitalitas lelaki di atas ranjang.

Insiden terakhir terjadi pekan lalu, ketika lima orang tak tanggung-tanggung mencuri 500 butir telur penyu di Pulau Sangalaki, Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Para pelaku mempersenjatai diri dengan parang, sembari mengancam satu petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sebelum kabur. Kelimanya memperoleh telur sebanyak itu setelah menggali lima sarang penyu hijau di bibir pantai.

Videos by VICE

“Rata‑rata setiap sarang ada 100 butir telur penyu,” ungkap Arganto Seno selaku Kepala BKSDA Derawan saat dihubungi media setempat. Arganto mengatakan dua dari lima pelaku dikenal oleh petugas. Mereka warga asli Pulau Derawan. Polres dan BKSDA kini sedang berkoordinasi untuk mengejar pelaku.

Tindakan para pelaku itu amat nekat, mengingat ancaman hukuman bagi pencuri telur penyu relatif berat. Sesuai Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati, pencurian penyu diancam hukuman penjara lima tahun serta denda Rp100 juta. Namun pegiat lingkungan menganggap aturan yang ada masih belum memadai. Persoalannya, permintaan terhadap telur penyu masih ada di pasaran, khususnya untuk obat kuat. Derawan merupakan salah satu kawasan konservasi paling rawan buat penyu akibat kerakusan manusia. Lebih tragis lagi, dari tujuh penyu paling dilindungi di dunia, enam jenis di antaranya ada di garis pantai Indonesia.

Bayu Sandi, selaku Koordinator bidang kelautan Yayasan Pro-Fauna, mengatakan potensi pencurian telur penyu di Tanah Air paling banyak muncul dari Kepulauan Derawan. Pasalnya kawasan Derawan, yang terdiri dari 31 pulau, merupakan habitat penyu terbesar di Asia. Tak kurang dari 10 ribu penyu betina bertelur di sembilan pulau sekitaran Derawan.

Jumlah 10 ribu itu saja sudah jauh menurun dibanding pada 2008. Menurut Bayu, di Pulau Sangalaki kini hanya terdapat 30 sarang penyu betina dari sekitar 200 sarang. Artinya terjadi perburuan penyu dewasa dan telur besar-besaran dalam satu dekade terakhir.

“Pulau Sangalaki adalah tujuan utama penyu ketika bertelur,” ujar Bayu kepada VICE Indonesia. “Jumlah telurnya pun juga melimpah, sehingga hal ini yang kemudian menjadi incaran para pencuri.”

Penyu, terutama spesies penyu hijau, jamak ditemui di hampir seluruh garis pantai Indonesia. Merujuk penelitian Universitas Udayana Bali, jumlah penyu hijau di seluruh Indonesia mencapai 35 ribu ekor ketika survei digelar pada 2016.

Musim bertelur penyu terjadi antara Mei hingga November. Karena siklus hidupnya yang lambat (sistem reproduksi penyu matang terjadi di usia 30-50 tahun), sementara selalu ada ancaman dari predator maupun manusia, dikhawatirkan penyu bisa punah dalam tiga dekade ke depan.

Menurut Bayu, warga di Kepulauan Derawan sudah kadung memiliki tradisi berjualan telur penyu untuk mencari nafkah. Pada 2012, warga yang marah berunjuk rasa menolak keberadaan BKSDA, lantaran dianggap mengancam mata pencaharian mereka.

“Ini yang menjadi tantangan konservasi. Kami harus mendidik warga karena penyu itu harus dilindungi. Pencurian masih saja terus terjadi. Klise memang, tapi kami kekurangan petugas untuk mengawasi,” ujar Bayu.

Kasus pencurian telur penyu saban tahun terus terjadi. Pro-Fauna mencatat dalam kurun dua tahun lalu, terjadi 30 kasus pencurian telur penyu. Upaya pencurian telur penyu paling fantastis terjadi tahun lalu, ketika kepolisian Samarinda menggagalkan penyelundupan 4.600 butir telur penyu.

Pro-Fauna mencatat perputaran uang ilegal dari penjualan telur penyu asal Kalimantan mencapai Rp4,2 miliar per tahun. Jumlah telur penyu yang diperjualbelikan ditaksir mencapai 100 ribu butir. Bayu dan rekannya memperoleh data bila telur penyu rata-rata dijual Rp6 ribu per butir, jika pembeli mendatangi langsung para pencuri di Kepulauan Derawan. Harga jual tadi akan melonjak dua kali lipat, jika sudah dikirim ke luar pulau. Menurut Bayu, telur penyu sampai sekarang masih saja dijual sembunyi-sembunyi oleh warga dan pengepul, di beberapa kawasan Pulau Kalimantan.

Permintaan terhadap telur penyu untuk kasus Indonesia paling banyak berasal dari dalam negeri, walaupun sebagian telur sesekali diekspor ke Malaysia dan Jepang. Kepercayaan konsumen yang menyesatkan berasal dari asumsi bahwa telur penyu dapat membuat gairah seksual meletup-letup. Seperti minyak lintah Papua yang konon bisa memperbesar penis tapi tidak pernah terbukti secara ilmiah, daging dan telur penyu menjadi buruan para pria yang mencari solusi perkasa di atas ranjang. Telur ini biasanya dimakan mentah atau sebagai campuran minuman.

Padahal penelitian ilmiah menunjukkan fakta sebaliknya. Berdasarkan data World Wildlife Fund Indonesia, telur penyu kandungan proteinnya tak beda jauh dengan telur ayam yang sebesar 11,8 persen. Sama sekali tidak akan memberi khasiat apapun bagi mereka yang kebelet melakukan seks.

“Ini tidak lepas dari bermacam mitos yang beredar di masyarakat,” ujar Bayu. “Kepercayaan tersebut sudah begitu melekat di benak orang-orang Indonesia.”

Tanpa edukasi memadai, serta kesungguhan polisi menghukum berat pelaku, penyu-penyu di Tanah Air terancam punah hanya karena sebuah mitos sesat manusia yang tidak sanggup mengendalikan syahwatnya.