Mumi berusia ratusan tahun yang ada di kuil Jepang menyimpan segudang misteri. Bukan cuma asal-usulnya yang tidak jelas, wujud mumi itu juga unik sekaligus mengerikan.
Mumi sepanjang 30 cm itu sudah lama sekali menjadi koleksi kuil Enjuin di prefektur Okayama, sampai-sampai tak ada yang tahu bagaimana muminya bisa ada di sana. Yang lebih menarik, wajahnya menyerupai monyet, tapi punya ekor mirip putri duyung. Mumi itu bahkan punya rambut, gigi, dan 10 jari tangan seperti manusia. Kedua tangannya terangkat membingkai pipi seolah-olah sedang berteriak. Semua orang yang melihatnya pasti bingung itu makhluk apa.
Videos by VICE
Akan tetapi, misterinya telah terpecahkan baru-baru ini. Hasil pengamatan menunjukkan muminya buatan manusia, alias bukan binatang sungguhan. Temuan itu diumumkan pekan lalu oleh tim peneliti Universitas Kurashiki yang mempelajari susunan tubuh mumi.
“Berdasarkan hasil analisis kami, serta sejarah pembentukan mumi di Jepang, kami menyimpulkan mumi putri duyung ini ciptaan manusia,” terang Takafumi Kato, ahli paleontologi Universitas Kurashiki, melalui email.
Makhluk itu awalnya diduga bangkai monyet yang diawetkan bersama ikan. Namun, hasil CT scan dan foto rontgen tidak menunjukkan tanda-tanda adanya tulang yang menyusun tubuhnya. Sebagian besar tubuh mumi terbuat dari kapas, kertas dan kain.
Dugaan orang tidak sepenuhnya salah, karena bagian bawah tubuh mumi beneran terbuat dari ikan asli. Rahang dan gigi mumi juga berasal dari spesies ikan karnivora. Sementara itu, lengan, bahu, leher dan pipinya dilapisi kulit ikan buntal.
Dari penanggalan radiokarbon, para peneliti memperkirakan patungnya dibuat pada akhir 1800-an. Ada kemungkinan benda itu berkaitan dengan legenda putri duyung pada abad kedelapan, yang diceritakan dalam buku sejarah “Nihon Shoki”. Menurut keterangan di buku, seorang nelayan menangkap makhluk setengah manusia-ikan sekitar 619 M.
Dari lusinan mumi putri duyung yang ditemukan di Jepang, baru koleksi kuil Enjuin yang telah diteliti. Patung ini mulai populer pada zaman Edo (1603-1868), ketika Jepang dilanda penyakit cacar dan campak. Masyarakat zaman dahulu percaya patungnya mampu membawa keberuntungan.
Biksu kepala Kozen Kuida tidak kecewa dengan temuannya. Ia menyebut patung putri duyung berwajah monyet ini sudah menjadi maskot kuil, sehingga ia tidak ada niatan untuk membuangnya. “Saya akan terus merawat mumi ini dengan baik,” tuturnya.