Di Indonesia, awal musim hujan adalah momen yang bikin bergidik. Pertama, karena intensitas kemunculan jokes “hujannya di luar, basahnya di pipi” makin meninggi. Kedua, karena inilah waktunya telur ular kobra menetas. Mungkin tidak akan jadi masalah kalau para induk kobra ini bisa pilih tempat bertelur yang sesuai kayak wilayah tak berpenghuni atau gedung DPR. Sayang, justru pemukiman wargalah yang dipilih sang kobra sehingga bentrok lintas spesies harus terjadi.
Pada Jumat (6/12) misalnya, penduduk Desa Jubung di Kabupaten Jember, Jawa Timur, geger ketika menemukan beberapa kobra melata di selokan komplek dan rumah warga.
Videos by VICE
“Barusan yang di Jubung sudah ditemukan tiga, terbunuh semua. Saya juga menemukan satu ular kobra kecil juga dalam kondisi sudah mati. Tiga itu ular kobra semua. Tindakan Damkar (Pemadam Kebakaran) tidak membunuh ular tersebut, tapi menyelamatkan karena sama-sama nyawa. Saran saya, warga perlu menjaga kebersihan selokan, parit, hingga dalam rumah. Barang yang tidak dipakai dibuang,” ujar Komandan Regu Damkar Jember Dwiatmoko kepada Kompas.
Selain ke Jubung, Dwiatmoko mengaku sudah dipanggil ke dua lokasi lain di Jember dan menemukan puluhan ular kobra. Intermezo sedikit, pokoknya salut dengan dedikasi Dwiatmoko dan tim Damkar yang mau datang ngurusin kobra meski enggak ada hubungannya sama sekali dengan kebakaran dan api-apian. Rispek!
Pindah ke Kabupaten Bogor, selama seminggu terakhir warga Perumahan Citayam menemukan 26 ekor anak kobra berkeliaran di tempat tinggalnya. Mulai dari semak-semak, selokan, tumpukan puing, sampai musala jadi tempat persinggahan anak kobra untuk mengenal dunianya yang baru.
“[Berkeliaran] mulai Senin (2/12) selama satu pekan ditemukan terus sampai hari ini. Sudah ditemukan sekitar 26 ekor,” ujar Tukiman, warga Citayam, kepada CNN Indonesia.
Masih di Bogor, Tim Damkar Kabupaten (rispek!) menemukan sarang ular kobra di pemakaman warga Cibinong yang berisi puluhan telur kobra, cangkang ular, dan indukan kobra.
“Ada laporan warga ular kobra diduga baru menetas dari sarang berkeliaran di area pemukiman. Kesaksian warga sih sudah 20 ekor anakan ular kobra yang sempat ditemukan. Setelah izin ke warga dan RT setempat, kita bongkar sela-sela makam itu dan ditemukan indukan ular kobra. Ada juga cangkang telur ular yang sudah menetas dan ada yang belum,” kata Komandan Regu 1 Tim Damkar Kabupaten Bogor Arman kepada Okezone.
Selain di Jubung dan Bogor, maraknya kemunculan paguyuban ular kobra cilik juga terjadi di Gunungkidul (DIY), Klaten, Sukoharjo (Jawa Tengah), dan Ciracas (DKI Jakarta). Menanggapi ini, Peneliti Herpetologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Amir Hamidy menjelaskan Pulau Jawa dengan kesuburan tanahnya memang habitat asli ular kobra.
“Habitatnya persawahan, sekitar perumahan termasuk perbatasan-perbatasan hutan yang sudah terbuka, bukan hutan primer. [Kobra bermunculan] karena kan ini musimnya. Jadi memang musim ular menetas ini di awal musim penghujan. Wajar kalau seperti itu, tahun sebelumnya juga ada,” kata Amir dikutip Kompas. Menurut Amir, cara terbaik mencegah datangnya kobra adalah dengan menjaga kebersihan.
Amir menjelaskan lebih lanjut bahwa sekali bertelur, induk kobra bisa menghasilkan 12-20 butir. Kobra biasanya memilih meletakkan telurnya di atas tanah, lubang-lubang, atau di tumpukan ranting/sampah yang lembab. Dalam rentang 3-4 bulan telur akan menetas tanpa perlu dierami dan anak kobra akan langsung menyebar ke mana-mana.
Sebagai penutup, Amir meminta kepada siapa pun yang bertemu ular kobra, meski masih anakan, untuk tidak sembarangan menaklukannya (apalagi dengan seruling) karena kobra sudah terlahir dengan bisa yang mematikan. Pokoknya, segera hubungi komunitas ahli ular atau, tentu saja, tim Damkar setempat. Rispek!