Tesla

Enam Karyawan Perempuan Gugat Tesla Karena Alami Pelecehan Seksual

Perusahaan mobil listrik dipimpin Elon Musk itu disebut tidak serius menangani bermacam aduan pelecehan, seperti atasan meraba bokong hingga tawaran masturbasi.
Enam Karyawan Perempuan Gugat Tesla Karena Alami Pelecehan Seksual
Inilah foto lokasi pabrik Tesla di California via Getty Images

Hanya berselang satu hari setelah Elon Musk dinobatkan majalah Time sebagai sosok paling berpengaruh 2021, enam karyawan perempuan di Tesla menggugat perusahaan mobil listrik milik sang miliarder ke Pengadilan Industri Alameda, di Amerika Serikat.

Keenam karyawan tersebut bekerja di pabrik perakitan mobil listrik milik Tesla di Fremont serta beberapa fasilitas lain yang tersebar di Negara Bagian California. Mereka mengadukan beragam pelecehan seksual dilakukan supervisor di pabrik, mencakup tawaran seks untuk promosi, meraba-raba tubuh karyawan, serta ancaman seksual.

Iklan

Dalam berkas gugatannya, keenam karyawan itu mengaku sampai melakukan berbagai cara ekstrem untuk melindungi diri dari risiko pelecehan. Misalnya, mengenakan pakaian berlapis, sengaja tidak makan siang di kantin, sampai mengajukan mutasi supaya terhindar dari atasan yang suka melecehkan. Kasus pelecehan terbanyak dilaporkan dari pabrik di Fremont.

Para penggugat turut melaporkan sikap manajemen Tesla yang dianggap tidak serius merespons pengaduan mereka soal dugaan pelecehan. Berbagai ancaman dan pelecehan itu, menurut sebagian penggugat, menghambat karir mereka di pabrik. Sebagian besar korban juga mengaku mengalami depresi.

Pada 14 Desember 2021, serangan lain terhadap perusahaan Elon Musk sudah dilontarkan oleh mantan insinyur di SpaceX. Esai bekas karyawan itu menuding Elon adalah pemimpin yang “sadis”, serta membiarkan “perilaku misoginis” marak di tempat kerja. Awal Desember, sudah muncul gugatan lain dari karyawan perempuan, yang menganggap pabrik Tesla di Fremont “tidak ramah bagi perempuan”.

Salah satu penggugat adalah Alize Brown, yang bekerja di Tesla. Dia dan rekan pekerja perempuan di pabrik perah disebut “sapi yang cocok diperah” oleh salah satu atasan. Ketika pimpinan pabrik dikonfrontasi, dia menyebut ucapan supervisor itu sekadar “candaan.”

Michaela Curran, mantan pegawai Tesla lainnya, mengaku pernah diraba bokongnya oleh salah satu petinggi pabrik di Fremont. Seorang rekan kerja lelaki di kantor sempat menawarinya “melakukan handjob dengan imbalan” ketika mereka bertemu di kawasan parkir mobil.

Sementara Eden Mederos, yang bekerja di salah satu bengkel Tesla Los Angeles, dihina oleh atasannya karena bokongnya menggiurkan seperti “cake”. Dia bahkan disarankan untuk mencari suami dari para pemilik Tesla tajir yang datang ke bengkel. Ketika mengadu ke HRD, pengakuan Mederos diabaikan begitu saja.

Tesla tidak merespons permintaan wawancara yang dikirimkan VICE terkait berbagai aduan tersebut. Pabrikan mobil listrik itu diketahui tidak memiliki tim humas setahun terakhir.

Gugatan ini menambah daftar kasus hukum yang sedang dihadapi Tesla. Pada Oktober lalu, pengadilan San Fransisco menjatuhkan vonis agar Tesla membayar ganti rugi senilai US$137 juta kepada salah satu karyawan pabrik yang mengalami diskrminasi, rasisme, dan pelecehan di tempat kerja. Tesla juga bermasalah dengan aturan perburuhan, karena manajemen berulangkali sengaja mencegah para pekerja membentuk serikat.