Tren Kesehatan

Ternyata Sedang Ngetren Gaya Hidup 'Sehat' Menjemur Selangkangan Lima Menit

Orang-orang yang mengikuti tren menjemur alat kelamin dengan sinar matahari meyakini praktik ini bagus bagi kesehatan. Namun pakar membantah klaim tersebut.
tren menjemur selangkangan dengan sinar matahari pagi diyakini baik untuk kesehatan
Carnivore Aurelius menjemur alat kelaminnya. Foto oleh Carnivore Aurelius

Carnivore Aurelius dulu sering mengikuti tren kesehatan yang marak di dunia maya. Dia berhenti mengonsumsi daging merah, rajin makan sayur dan menghindari paparan sinar matahari. Harapannya dia bisa menjaga tubuh tetap sehat dan bugar, serta menjalani hidup yang berkualitas. Akan tetapi, yang ia rasakan justru tak seindah bayangannya. Aurelius mengaku dia gampang sakit-sakitan. Kulitnya sering bermasalah, juga menderita sindrom iritasi usus dan kondisi autoimun.

Iklan

Dia menyebut saat berobat di rumah sakit, dokter malah “lempar sana-sini” dan tidak memberi penanganan yang tepat. Muak, Aurelius akhirnya mencoba pengobatan alternatif yang ia lakukan sendiri di rumah. Dia menceritakan setiap prosesnya pada akun Instagram, yang kini telah memiliki lebih dari 340.000 pengikut.

Sang influencer menekankan pentingnya meditasi, minum air “berkualitas”, bernapas lewat hidung dan mengurangi paparan ‘cahaya biru’, seperti yang dipancarkan oleh layar gadget. Selain itu, dia juga menganjurkan untuk menjemur alat kelamin, yang ia yakini dapat meningkatkan produksi hormon. Pakar kesehatan telah membantah khasiat tersebut

Tren menjemur perineum—area antara anus dan alat kelamin—pertama kali muncul pada 2019, setelah seorang perempuan membuat postingan yang mengklaim tubuhnya lebih berenergi dan tidurnya lebih nyenyak sejak menjemur “bokong dan selangkangan” selama lima menit setiap hari. Tapi kemudian dia mengklarifikasi kalau manfaat itu berdasarkan pengalamannya sendiri, bukan fakta yang terbukti secara ilmiah.

Praktik menjemur alat kelamin cukup kontroversial di dunia kesehatan. Pakar membenarkan manfaat sinar matahari untuk kesehatan, namun mereka menyebut tidak ada bukti yang mendukung tren ini. Saat dihubungi VICE US pada April lalu, ahli urologi Seth Cohen menegaskan tidak ada penelitian medis yang menunjukkan sumber cahaya eksternal mampu meningkatkan kadar testosteron. Dia lalu menambahkan, jaringan testis bisa rusak apabila terlalu lama terpapar panas. Ini dapat menurunkan jumlah sperma, dan berdampak buruk bagi kesuburan. 

Iklan

Berbagai pakar juga telah memperingatkan risiko kulit terbakar matahari, atau bahkan terkena kanker akibat menjemur perineum. Walaupun begitu, Aurelius tetap mempraktikannya. Dia yakin ini bisa meningkatkan energi, suasana hati, libido dan kesuburan. “Tak ada yang menyarankan kamu untuk menjemur selangkangan hingga berwarna merah seperti steak mentah,” tandas Aurelius. Dia sadar penuh paparan sinar matahari berbahaya.

Sementara itu, trainer pribadi Vito Aiello di Florida menjemur selangkangannya beberapa kali seminggu. Dia merasa paparan sinar matahari meningkatkan ritme sirkadian, kadar vitamin D dan testosteron. Menurutnya, tubuh juga menjadi lebih sehat.

Pengobatan alternatif semacam ini diyakini menjamur karena berkurangnya kepercayaan publik terhadap tenaga medis. “Orang sudah muak disuruh ini itu oleh dokter,” tutur Aurelius.

Dia menambahkan tren ini sudah lama dipraktikkan, jauh sebelum viral di media sosial. Aurelius mengklaim praktik menjemur perineum berakar pada tradisi Tao.

Menariknya lagi, tak semua orang menjemur alat kelamin demi alasan kesehatan. Aiello terkadang juga memperhatikan unsur-unsur estetis dari praktik ini. “Saya akan tetap menjemur alat kelamin kalaupun tidak ada manfaatnya dalam produksi testosteron. Saya pribadi kurang suka ada tan line di badan.”

Follow Romano Santos di Instagram.