FYI.

This story is over 5 years old.

Musik

Boyband Mendadak Jadi Nge-hip Lagi

Kemunculan Rak-Su dan PRETTYMUCH menandakan generasi Z bakal digempur musik dance dan pop yang overproduced. Kalau skenario itu benar, mari sambut era kebangkitan boyband.
Emma Garland
London, GB

Pada 2 September 2017, empat pemuda dengan mata yang sumringah masuk ke arena audisi X Factor diiringi lagu Will Smith “Getting Jiggy With It”, dan, sebelum mereka sempat memperkenalkan diri, sesuatu terjadi di depan penonton yang menonton live feed kejadian itu di sebuah layar besar di ruangan lainnya. Seorang perempuan menyikut teman sebelahnya dan bilang “lihat deh.” keduanya lantas terperangah. Seorang perempuan lainnya bilang, hampir tak percaya. “Ya ampun, dia lucu banget deh.” Empat pemuda itu terus berusaha menyenandungkan lagu “Señorita” dan semua rasanya akan baik-baik saja. Kemera kemudian diarahkan ke Simon Cowell yang tengah menutupi wajahnya dengan telapak tangannya seakan-akan dia ingin merobek kulit wajahnya. “Kalau saya sih enggak deh,” katanya. “Bisa nyanyi lagu lain enggak?” Kalimat pedas macam ini memancing muka-muka galau dan lirikan canggung (jago emang bagian post-pro-nya X Factor.) Sejurus kemudian, keeempat pria itu segera menyanyikan hit mereka sendiri dan semua orang yang hadir dalam ruangan audisi X Factor langsung menggila. Siapapun yang hadir langsung berdiri dan menghentak-hentakan kakinya; Dermot O’ Leary bernyanyi sambil mereka; Simon mamemerkan senyum iblisnya yang selalu keluar ketika dirinya mencium barang dagangan baru yang bakal laris manis bak kacang goreng. Dan, pada akhirnya, Rak-Su pun lahir. Beranggotakan empat pemuda yang berteman sejak kecil, Rak-Su menggasak minggu demi minggu kompetisi X Factor tahun ini dan mencatatkan diri mereka sebagai satu-satu peserta yang keluar sebagai pemenang X Factor dengan mengandalkan materi originalnya sendiri. Dengan sound-sound yang terperanguh reggaeton, R&B dan garage, Rak-Su mantap jadi kampiun X Factor pertama dalam beberapa tahun yang memang benar-benar hebat. Atau setidaknya tidak bernasib pemenang lainnnya yang butut dan cepat tenggelam dalam postingan-postingan Instagram berbayar, twit yang bikin mewek dan penampilan-penampilan mereka di X-Factor satu setelah kemenangan mereka.

Iklan

Single pertama mereka “

Dimelo

” langsung menyeruak ke posisi ke dua tanggal laku d Inggris (Mungkin bisa sampai posisi puncak, kalau saja Beyonce dan Ed Sheeran tak merilis “Perfect” di minggu yang sama) dan menter mereka, Simon Cowell, yakin mereka bakal bisa menyaingi kesuksesan One Direction, tapi ya namanya juga Simon, dia mah selalu percaya hal-hal macam itu. Cuma, kali ini mungkin Simon ngomong dengan dasar yang kuat. Rak-Su punya segala yang dibutuhkan buat jadi boyband papan atas: mereka punya rapper betulan (Ashley), rapper yang nyebelin (Myles), anggota yang nyanyi (Jamaal) dan seorang beatboxer yang kebetulan piawai tari kejang (Mustafa). Keempat pria ini bisa menunjukkan gerakan tarian yang tersinkronisasi dengan bagitu lagu mereka sampai bagian chorus.

Hanya saja, lepas dari vibe lagu Rak-Su yang menyegarkan dan pesona mereka, sebenarnya, alasan kenapa Rak-Su bisa begitu sukses adalah kita sudah waktunya merasakan era kebangkitan Boyband.

Beberapa tahun terakhir, boy band seperti SMAP, Arashi, Bing Bang, SHINee, EXO dan Kanaji Eight mendominasi kancah musik di Asia Tenggara, Korea Utara dan Jepang. Popularitas grup ini kian hari kian menanjak. Di Jepang, Arashi bahkan jadi grup yang berhasilkan meneluskan album terlaris dua tahun terakhir ini. Kebangkitan boy band juga terasa di Amerika Latin, CNCO, boy band setempat, tur bersama Ariana Grande dan menyapu banyak penghargaan dalam ajam Latin Music Award tahun lalu. Sementara 5 Second of Summer dari Australi dan The Vamps—band pop rock manis asal Inggris—berhasil mencampurkan segala yang khas dari Blink-182 dan Backstreet Boys dan mencapai level ketenaran yang belum pernah dicapai oleh band-band punk gandungan macam Busted dan McFly sekalipun.

Iklan

Namun, kita semua tahu, boy band terakhir yang sangat populer di kancah musik global jelas One Direction. Di luar mereka, eksponen boy band lainnya belum bisa bangkit dari dasar ledakan bubblegum pop akhir 90an dan awal 2000an. Kalau pun ada yang berusaha bangkit, kiprahnya biasa saja. Apa mau dikata, usaha comeback boy band-boy band toku ini terlanjur tertutupi pesona One Direction yang sedang pol-polnya. Atau memang zaman sudah berganti sehingga susah memasarkan boy band sebagai sesuatu yang cool. Masalahnya, dalam satu dekade ini, girl band justru secara konsisten muncul di kancah musik global—yang terbaru banget mungkin Little Mix dan Fifth Harmony. Sementara di ranah boy band kita cuma punya One Direction.

Untungnya kondisi sudah berangsur berubah saat ini.

Sementara di Inggris Rak-Su memberi angin menyegarkan dan membebas penggemar musik dance generik yang disuguhkan oleh JLS dan The Wanted, di Amerika Serikat, PRETTYMUCH, sebuah grup berisi lima pemuda berdarah Amerika Serikat—Kanada, sudah siap jadi fenomena terbaru dari Negeri Paman Sam. Sepintas PRETTYMUCH adalah NSYNC yang mengalami update habisan-habisan agar bisa dikonsumsi oleh masa kini. Meski gayanya kedua band sangat bersebrangan, kehadiran Rak-Su dan PRETTYMUCH menyiratkan datangnya era baru boy band—yang dimulai dan menyasar generasi yang besar di tengan kepungan hashtagh social justic dan tutorial make up di YouTube

Iklan

Layaknya dongeng tentang boy band yang sempurna, semua anggota PRETTYMUCH tengah berusaha memulai karir mereka masing-masing ketika Simon Cowell (siapa lagi coba) menyatukan mereka jadi satu grup. Pada 18 Maret 2016, lima anak muda ini ditempatkan dalam sebuah rumah di Los Angeles, yang menurut

Variety

digunakan anggota PRETTYMUCH “merekam album perdana dan menyempurnakan tarian khas mereka.” beranggotakan Austin Porter, Nick Mara, Edwin Honoret, Brandon Arreaga and Zion Kuwonu, PRETTYMUCH diam-diam menempa diri, memoles sound mereka dan mempermak penampilan mereka sebelum nama mereka jadi buah bibir media. Bisa dibilang, kemunculan mereka sudah direncanakan dengan sangat detail.

Single perdana mereka, “Would You Mind” yang dirilis Juli lalu, menawarkan swingbeat ala boy band lawas New Edition dengan chorus yang mengingatkan kita pada NSYNC era

No Strings Attached

. Video klip single ini dibuka dengan adegan yang mirip credit title tayangan reality show. Penonton diperkenalkan satu persatu anggota PRETTYMUCH. Selagi mereka memandang ke bawah ke arah kamera, mereka membuat gerakan khas untuk menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Montase video iphone dan rekaman handycam berisi adegan mereka nongkrong di rootip dan dikelilingi pohon palem tinggi. Suara roda skateboard terdengar dari jalanan di bawah mereka.

Dalam video itu pula, anggota PRETTYMUCH membeberkan kredo mereka: “Ini semua bermula dari persahabatan, kami cuma musik di atasnya”; “Masuk grup ini adalah salah satu hal paling gila yang pernah saya rasakan”; “vibenya asik banget deh di band ini” dan “Kami sudah seperti keluarga sekarang.” semua ini kedengaran seperti ini iklan film

Iklan

The Real World

yang dibintangi muda-mudi yang sangat memuja One Direction dan Odd Future. Video garapan sutradara Emil Nava ini tak sungkan-sungkan memamerkan bermacam pengaruh dari videoklip boy band akhir 90an dan awal 2000an—terutama video Backstreet Boys “We’ve Got It Goin’ On” dan “I Want You Back” milik NSYNC.

"Ada dorongan besar dalam diri saya untuk kembali ke era itu. Itu adalah masa yang penting dengan semua video NSYNC dan Backstreet Boys,”

kata Nava pada MTV,” video buatan saya memang nyaris merujuk pada video Backstreet Boys, yang terasa bebas dan rame banget.”

PRETTYMUCH datang tepat waktu. Seperti Rak-Su, PRETTYMUCH dibangun di atas tiga trinitas suci boys band. Pertama, Mereka ngeh dengan fesyen dan tren musik pop terbaru. Kedua, tiap anggota punya karakter yang khas dan ketiga, mereka punya jurus tarian khas yang cool dan enggak norak. Bedanya, tak seperti Rak-Su, personil PRETTYMUCH memang sudah disiap untuk jadi terkenal. Edwin (yang berperan sebagai Bad Boynya grup ini) mengawali karir sebagai seornag YouTuber; Zion (diplot sebagai anggota paling ganteng) pernah viral karena men-cover lagu “Cocoa Butter Kisses” milik Chance The Rapper di Vine; Nick (si anak baik-baik) pernah masuk musim enam

America’s Best Dance Crew

. Brandon (si konyol) sebelumnya punya karir sebagai bintang iklan dan pernah jadi bintang reality show

Majors & Minors

yang berisi talent berusia delapan sampai 16 tahun rebutan kontrak dari RCA; dan Austin (sosok indie dalam mirip Harry Styles) seperti bermimpi jadi “pro-skater / jadi salah satu ikon IMG models” seperti terungkap dalam bio instagramnya.

Iklan

Lagu favorit yang sering nyanyikan bersama adalah “

If I Ever Fall In Love"

milik Shia dan mereka semuanya punya tato tanggal mereka pertama kali tinggal bersama. Jelas, ini nostalgia tahun ‘90an yang tak terasa seperti throwback sama sekali. Istilahnya, PRETTYMUCH hidup di era boy band ‘90an di masa sekarang.

PRETTYMUCH hanya menawarkan musik yang menyegarkan dan bikin goyang serta tak menyisakan satu ruangpun untuk lagu-lagu pelan, miriplah seperti Five dengan celana jeans yang lebih keren. “Kami ingin mengejutkan semua orang dengan menghidupkan kembali era ketika musik sangat menyenangkan dan enak buat nge-dance,” ujar Brandon pada

i-D

awal bulan ini, berusaha keras memisahkan bandnya dengan One Direction.

Pada kenyataaannya, tak ada yang baru sama sekali. Semua sudah pernah ditawarkan oleh One Direction, Pussycat Dolls atau bahkan Spice Girls. Kendati jelas kemunculan mereka diatur dari balik layar, Rak-Su dan PRETTYMUCH dibentuk dengan gampang oleh Simon Cowell karena mereka mewakili campuran sound yang sekarang ramai (reggaeton dan garage Inggris serta alt R&B dan pop di AS) dan dirancang untuk dipasarkan bagi gadis-gadis beli. Lucunya, kedua grup ini dijual dengan bungkus “musik yang feel-good” “Cara pikir positif sekarang sudah langka. Yang muncul di berita di media semua negatif. Kita kekurangan cahaya penerang. Saya bangga bisa jadi bagian dari proses untuk mempromosikan nilai-nilai positif, kata Jamaal Shurland, salah satu member Rak-Su, pada Evening Standard tak lama setelah meraka jadi juara X-Factor. Narasi yang sama muncul pada vide PRETTYMUCH. Intinya, Syco Management yang dimiliki oleh Simon Cowell memang sengaja memancing di air keruh. Mereka menumpuk pundi-pundi uang mereka dengan bikin musik riang di tengah kedua yang makin suram.

Iklan

Memang, musik pop adalah hiburan yang eskapis. Fungsi utamanya adalah memberikan kanal anda untuk kabur dari kenyataan. Namun, segala aspek dari PRETTYMUCH dan Rak-Su terasa sangat didesain untuk mengimitasi boy band ‘90an. Baik Rak-Su dan PRETTYMUCH lahir dari generasi yang sudah lama tak punya boy band untuk mewakili karakteristik dan kekhasan mereka. Rak-Su tak akan lahir kalau tak kedatangan kedua grime di Inggris dan PRETTYMUCH tak akan terbentuk tanpa didahului album

Purpose

-nya Justin Bieber. Jadi, kalau dua boy band ini bakal jadi representasi generasi Z, ada satu yang patut kita tanyakan: sampai sejauh mana Rak-Su dan PRETTYMUCH bakal jadi wakil mereka?

Generazi Z adalah generasi yang sangat awas dengan ketidakbecusan di sekitar mereka—seperti Lorde di musik dan Rowan Blanchard dan Amandla Stenberg di film. Jadi, logis kalau pop star dari generasi Z memiliki pandangan serupa. Musik yang “feel good” toh tak harus sepadan dengan musik yang telah mengalami depolitisasi. Boy band kekinian ditantang untuk merepresentasikan kultur fan base mereka. Masalahnya kemudian adalah apakah dua boy band ini tetap bisa mewakili jumlah fan perempuannya yang bejibun ini? Atau lebih dari, mereka bakal mengubah mekanisme boy band bekerja yang berlaku sejak dekade ‘70? Atau malah mereka cuma nyanyi-nyayi dan joget di atas lagu yang liriknya nyerempet seks cuma untuk memenuhi kocek mereka dengan uang?

Rak-Su pernah diberikan pertanyaan tentang gerakan #MeToo setelah mereka mulai keluar dari “bubble X Factor”. Dalam jawaban mereka, Rak-Su menyakinkan kita bahwa mereka “kami bakal melawan segala macam pelecehan dan serangan seksual.” Lebih jauh mereka mengatakan kalau “perubahan ini begitu menyenangkan” sembari menekankan bahwa perubahan selalu jadi hal yang menarik. Jawaban ini kedengaran keren. Sayangnya, Rak-Su masih terjebak di dalam bayang-bayang Harry Styles yang doyan bikin komentar “sumir dan standar tentang perubahan sosial.” Hal yang sama terjadi pada PRETTYMUCH. Single pertama mareka sebenarnya bisa dibaca sebagai seruan untuk menghormati consent dalam hubungan seksual (“If I pulled you closer, would you mind?").

Hanya dari sisi lain, single itu sama saja seperti ngomong ‘kalau gue remas bokong lo, lo santai aja kan?” yang tak mengajarkan apapun tentang hak atas tubuh pada gadis belia. Pun, PRETTYMUCH belum pernah terang-terangan memberikan komentar menyangkut menyangkut hal ini. Namun, dalam wawancara mereka dengan TRL, PRETTYMUCH mengaku kalau single kedua mereka,“ Teacher” bicara tentang “pemberdayaan perempuan, 100 percent!”. “Saya sih memandangnya seperti ini. Lagu ini kondisi ketika kamu suka perempuan tapi enggak tahu harus ngomong apa. Sebaliknya, perempuan itu yang ngomong ke kamu dan ngajarin bagaimana seharusnya kamu melakukannya. Intinya sih, kamu digoda oleh cewek,” kata Austin. “Sekarang, banyak perempuan yang jadi pengambil inisiatif dalam sebuah hubungan. Jadi kadang, merekalah yang mengajari lelaki.” imbuh Zion Begitulah, kalau kita mengharap band-band bentukan Syco untuk jadi kritis, maka tarafnya mungkin cuma sampai di situ saja. Di sisi lain, rasanya kebangetan juga kalau kita menaruh harapan terlalu tinggi pada seorang pemuda yang baru saja lewat masa akil balik dan dipaksa menghidupi karakter tertentu dalam bandnya untuk jadi vokal tentang isu kesetaraan. Meski begitu, patut kita catat bahwa pertanyaan-pertanyaan tentang isu sentral kekinian ini sudah diajukan pada mereka di awal karir mereka. Jadi ada kemungkinan mereka akan berkembang jadi makin awas dan semoga saja kritis terhadap isu-isu tersebut. Jangan lupa, bahkan pop star sebesar Harry Styles pun tak pernah luput dari kritik fannya saat dirinya bungkam menanggapi isu-isu tertentu. Singkatnya, semua artis yang ingin merebut hati generasi Z rasanya harus membayar satu harga yang pasti: mereka harus awas dengan isu kekinian. Hanya saja kalau generasi Z memang sudah waktunya dijejali lagu-lagu dance dan pop overproduced yang dibungkus dengan paduan streetwear dan kekenesan pemuda akil balik, maka mari kita mulai kegembiraan bernada positif ini, dengan penuh rasa hormat tentunya. Follow Emma di Twitter.