Manusia Prasejarah

Berdasarkan Uji DNA, Kira-Kira Begini Wajah Kerabat Manusia dari Era Prasejarah

Fosil manusia prasejarah Denisova tak ada yang ditemukan utuh. Untungnya ilmuwan sukses merekonstruksi wajah mereka untuk pertama kalinya berkat info dari DNA.
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID
rekonstruksi penampilan fisik manusia prasejarah Denisova Berdasarkan DNA, Kira-Kira Begini Wajah Kerabat Manusia dari Era Prasejarah
Ilustrasi wajah manusia prasejarah Denisova dari arsip Maayan Harel 

Manusia adalah mahluk dari genus Homo terakhir yang masih bertahan. Akan tetapi, kita bukan satu-satunya manusia sepanjang sejarah Planet Bumi.

Neanderthal dan Denisova adalah dua "manusia purba" yang telah punah. Saking dekatnya hubungan Neanderthal dan Denisova dengan spesies kita, ketiga mahluk ini sempat kawin silang 40.000 tahun lalu. Wah, lalu apa saja warisan fisik dari dua kerabat jauh tersebut terhadap manusia modern? Nah di situ letak masalahnya. Penampilan Denisova lebih susah dibayangkan daripada Neanderthal.

Iklan

Fosil dan tengkorak Neanderthal lebih banyak ditemukan para ilmuwan, sehingga kita bisa menunjukkan rekonstruksi visual manusia purba memakai teknologi komputer. Sedangkan fosil Denisova yang berhasil ditemukan paling banter cuma tulang jari, rahang, dan beberapa gigi.

Terlepas dari keterbatasan tadi, para ilmuwan akhirnya mampu membuat potret dan sketsa anatomi baru Denisova, menggunakan DNA yang diambil dari tulang langka mereka. Hasilnya diterbitkan beberapa waktu lalu dalam jurnal biologi Cell.

"Kami menciptakan rekonstruksi pertama anatomi kerangka wajah Denisova," kata Liran Carmel, ahli genetika di Universitas Ibrani Yerusalem, lewat keterangan tertulis.

"Denisova mirip Neanderthal dalam banyak hal, tetapi beberapa karakter fisiknya cenderung mendekati manusia modern. Selebihnya, mereka sangat unik."

Contoh keunikan itu misalnya ini: Denisova kemungkinan memiliki tengkorak yang lebih lebar—dan lengkungan gigi lebih panjang—daripada manusia modern ataupun Neanderthal.

Liran dan rekan peneliti lain mampu menciptakan kembali detail-detail fisik ini. Caranya dengan mendalami proses metilasi DNA. Metilasi terjadi ketika senyawa metil, yang merupakan turunan metana, melekat pada molekul DNA. Tambahan ini tidak mengubah urutan DNA tetapi memengaruhi cara gennya diekspresikan.

Tim peneliti membandingkan pola metilasi DNA simpanse, Neanderthal, dan Denisova. Berdasarkan data tadi, komputer kemudian memprediksi dengan cukup akurat perbedaan ekspresi gen antara masing-masing spesies memengaruhi anatomi mereka. Ketika peneliti membuat model visualisasi simpanse dan Neanderthal, hasilnya 85 persen akurat. Makanya ilmuwan yakin visualisasi Denisova ini representatif. Metode ini sebelumnya juga berhasil menggambarkan dengan sangat mirip penampilan kaum Neanderthal yang punah secara misterius.

"Mendalami anatomi Denisova bisa mengajarkan kita tentang proses adaptasi manusia, batasan evolusi, perkembangan homo erectus, interaksi gen-lingkungan, dan dinamika penyebaran penyakit," ujar Carmel. "Secara umum, visualisasi wajah manusia purba ini juga dapat menjadi langkah awal bagi kita menyimpulkan anatomi individu berdasarkan DNA mereka."

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard