FYI.

This story is over 5 years old.

Munchies

Alasan Kue Kalengan Butter Cookies Selalu Disukai Keluarga di Berbagai Negara

Kaleng birunya ikonik banget. Kuenya? Enak banget.

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES.

Saat dia masih kanak-kanak, ayahnya selalu membawa pulang kaleng bundar berwarna biru dari kantor pada hari terakhir kerja di bulan Desember. Dia memandang hal ini sebagai tanda tahunan bahwa libur telah tiba, dan dia akan mengendus harum kue-kue di dalam kaleng, sebagian di antaranya berbentuk serupa pita dan dibubuhi meses, dengan dua benang merah: gula dan mentega. “Kue-kue ini renyah dan sederhana banget, dan manisnya pas,” ujar Parks pada saya. “Dan kaleng ini terus harum walaupun kuenya sudah ludes.”

Iklan

Kamu akan menemukan resep contekan Royal Dansk dalam buku BraveTart: Iconic American Desserts, buku masak Parks yang dirilis tahun ini. Buku tersebut mengajarkan kita cara membuat sendiri camilan-camilan bermerk seperti Milky Ways, Fig Newtons, dan Nutter Butters, dan menjelaskan logika di balik rasa-rasa yang terkesan mustahil diciptakan di dapur rumahan.

Kaleng Royal Dansk masa sekarang. Foto dari situs Royal Dansk.

Parks menciptakan resep contekan Royan Dansk secara tidak sengaja. Suatu hari, dia sedang mencoba, dan gagal, membuat kue Girl Scout Trefoils. Parks menggiling adonannya terlalu tebal dan memanggangnya terlalu lama. Hasilnya jauh dari yang diharapkan. Tapi, setelah dirasa-rasa, ternyata kue gagal itu malah mirip dengan kue Royal Dansk. Jadi dia mencoba lagi, kali ini dengan niatan meniru kue Royal Dansk, menggunakan cetakan kue dan gula yang banyak. Sulit untuk meniru senasi yang sama saat mengunyah kue Royal Dansk, produk pasar massal langka yang mewah sekaligus terjangkau. Berkaleng-kaleng Royal Dansk terjual saat musim liburan, seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru. Ini sudah menjadi tradisi Amerika. Kue ini sangat ikonik, begitu pula dengan kalengnya. (Banyak dari kita menggunakan kalengnya di kemudian hari untuk menyimpan alat jahit atau lainnya.) Kue ini diproduksi oleh perusahaan berbasis Denmark, Kelsen, yang merupakan perkawinan dari dua perusahaan kue Denmark pada 1990. Yang pertama, Kjeldsen, dibuka pada 1933 saat pasangan muda bernama Anna dan Marinus Kjeldsen membuka toko kue di desa mungil bernama Nørre Snede, Jutland. Yang kedua adalah sebuah pabrik koperasi di Helsingør bernama Royal Dansk, yang didirikan pada 1966. Kedua perusahaan tersebut sukses besar dan berkembang bahkan di luar Denmark.

Iklan

“Kjeldsens, menjadi terkenal di Hong Kong dan kemudian Cina,” ujar Jette Rasmussen, manajer merk Royal Dansk di Denmar. “Royal Dansk menjadi andalan di Eropa dan AS.”
Kini, tampilan kaleng kue itu menyerupai perternakan Denmark tua bernama Hjemstavnsgaard, berlokasi di pulau Funen. Gambar ini, menurut klaim Rasmussen, pertama kali muncul di kaleng Royal Dansk pada awal 1970an, sebuah apresiasi terhadap warisan perternakan Denmark yang kaya. “Perternakan ini telah menjadi bagian penting dari merk Royal Dansk sejak awal,” ujar Rasmussen. “Kita hanya bisa membayangkan bahwa tukang kue saat itu mengapresiasi hubungan antara warisan perternakan lokal dan kue tradisional yang dibuat dengan mentega berkualitas. Meski kita enggak bisa nanya ke dia langsung, kita masih sepakat.”

Kue kalengan ini bisa ditemukan di swalayan dan supermarket terdekat di Amerika, dan bahkan Indoensia. “Orang-orang bilang, Royal Dansk sukses karena kaleng biru itu, dan karena kualitas kuenya,” tulis Timothy Roufs dalam Sweet Treats Around the World: An Encyclopedia of Food and Culture, yang ditulis bersama istrinya dan rilis pada 2014.

Pasangan Roufs tinggal di Duluth, Minnesota, yang mereka deskripsikan sebagai kampung. Timothy mencatat bahwa supermarket sekitar dan toko oleh-oleh turis menjual kue kalengan sejenis, tapi bukan Royal Dansk Pasangan Roufs menganggap popularitas merek itu didongkrak kualitas produknya, yang mereka anggap “luar biasa,” dan prinsip mereka yang tidak menggunakan pengawet atau pewarna buatan. Royan Dansk juga terkesan mewah dan ala bangsawan, dengan mitos bahwa di Skandinavia segalanya terasa lebih enak.

Namun, bagi mereka, ada penjelasan lebih sederhana mengapa merk ini berhasil. Ini adalah fakta biologis yang sederhana, menurut Rouf, dan mengutip Michael Moss dalam buku Salt Sugar Fat: How the Food Giants Hooked Us: Kita semua terlahir dengan kencenderungan mengecap garam, gula, dan lemak.