Suatu pagi di musim gugur, Sylvia Durrant, 85, memasukkan 10 penguin ke troli kecil.
Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, tapi sudah saatnya bagi penguin belajar berenang.
Videos by VICE
Sylvia meletakkan penguin satu per satu ke keranjang biru dan kandang kawat sebelum menaruhnya di troli merah. Dia dan temannya, Annwyne Standish, lalu menarik troli menuju sebuah pantai di Campbells Bay, Auckland.
Sylvia merupakan pensiunan perawat berusia 85 yang telah merawat burung-burung sakit dan terluka selama 35 tahun. Pagi itu, anjing Sylvia bernama Missy mengawasi penguin yang berlenggak-lenggok di permukaan dangkal. Missy akan menggiring mereka ke tepi pantai apabila bermain terlalu jauh.
Penguin yang Sylvia rawat secara permanen ialah mereka yang tidak bisa bertahan hidup di alam bebas. Salah satunya adalah Dinky, penguin yang mengalami kerusakan otak akibat patukan burung camar saat ia terjebak di pasir. Dinky sulit berjalan dan sering terjatuh, tapi ia bisa berenang “seperti penguin lainnya.”
Sedangkan Casey dan Bernie kehilangan satu siripnya. Sirip Casey digigit ikan, sedangkan Bernie terlahir tanpa sirip. ‘TT’—atau ‘Temper Tantrum’—adalah penguin kecil agresif yang melukai punggung tangan Sylvia.
Penguin lainnya dirawat secara sementara sampai mereka sembuh—empat di antaranya dirawat karena lahir dini. Mereka lahir bulan Januari, bukan Oktober, jadi mereka “masih terlalu muda dan berat badannya kurang” untuk hidup di alam bebas. Mereka akan dilepaskan—“ke ujung Matakana”—di akhir musim dingin nanti.
Sylvia bilang dia mulai merawat burung-burunya karena bosan, dan setelah suaminya meninggal dunia dia meningkatkan operasinya. Pada satu titik, dia merawat ribuan burung setahun. Tak semuanya penguin—Sylvia juga merawat burung jenis apapun, dari burung merpati, elang, sampai kingfisher yang bertengger di telapaknya pagi itu. Annwyn Standish adalah pembantu utama Sylvia, dan telah mengajak penguin berenang selama lebih dari 20 tahun.
Sylvia biasanya memiliki 3-4 penguin di fasilitasnya untuk direhabilitasi lalu dilepaskan, namun dia bilang angkanya telah meningkat sampai lebih dari 30 penguin selama America’s Cup terakhir di Auckland, dengan yachts dan perahu layar mengganggu ikan-ikan yang kemudian meninggalkan area itu. Penguin tidak bisa bepergian sejauh ikan-ikan, katanya, karena mereka bergantung pada makanan, dan beberapa di antaranya mati kelaparan. Sylvia cemas hal ini akan terjadi lagi sekembalinya America’s Cup pada 2021.
Dibutuhkan sekitar 30 USD atau sekitar Rp419 ribu per minggu untuk memberi makan penguin, yang dia lakukan setiap hari secara langsung. Penguin makan cumi-cumi, ikan, udang, dan hewan laut lainnya. Penguin dan burung-burung lainnya juga dibersihkan setiap hari, yang membutuhkan kain bersih dan juga donasi berupa uang.