FYI.

This story is over 5 years old.

Thailand

Alasan Masakan Cepat Saji di Thailand Jadi Lebih Lezat Dibanding Negara Lain

Di mana lagi coba kamu bisa menyantap Durian Oreo Blizzard, kalau bukan Thailand?
All photos by the author. 

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES

Patung Ronald McDonald kelihatan agak bungkuk dan ramah menyambut semua pelanggan yang datang di cabang McDonald’s Kota Chiang Mai, kawasan Nimmanhaemi. Kedua telapak tangan badut ikon restoran siap saji global ini dikatupkan, membentuk gestur Wai—salam tradisional khas Thailand. Di kaca belakang patung itu berdiri, terpacak poster promosi mango iced tea dan pineapple pie yang kelihatan sangat menggiurkan. Tanpa banyak cingcong, saya langsung melangkahkan kaki, masuk restoran McDonald’s itu.

Iklan

Berakhir sudah ikrar saya tak makan McDonald’s yang sudah saya lakoni tak kurang dari 20 tahun. Kebayang enggak sih, jauh-jauh ke Thailand, saya malah pilih resto waralaba AS yang terkenal tak enak, bukannya mampir kedai lokal lain yang menawarkan makanan jalanan terkenal paling lezat di seantero jagat di sekitarnya. Tiap langkah menuju counter McDonald menghasilkan pergulatan batin paling serius dalam hidup saya.

Turis bule macam saya biasanya masuk salah satu cabang restoran siap saji Amerika Serikat paling kurang hip, buat numpang pipis di WC-nya. Ini saya malah nekat mau makan McD di negara lain.

Biasanya, ketika ketanggor turis yang makan di dalam salah satu cabang restoran McDonald di Thailand, saya gemar menuding mereka sebagai turis yang malas berpetualang dan enggan mencoba hal-hal baru. “Ayolah, Thailand kan negara gudangnya kari lezat, mi pedas dan Tom Yam? Buat apa jauh-jauh datang kalau ujungnya cuma ngendon di McDonald’s,” mungkin begitu pikir kalian. Percayalah, saya juga pernah punya pikiran yang sama.

Hanya saja, setelah saya masuk salah satu cabang McDonald hari itu, saya seperti mendapat semacam pencerahan. Saya menyadari bahwa kami—turis bule yang jalan-jalan ke Asia—punya banyak alasan untuk ganti menjelajahi jaringan restoran siap saji Amerika Serikat di Thailand. Di negara ini, sepengamatan saya, adalah negara satu-satunya kamu bisa menikmati makanan siap saji yang lezat. Cepat saji dan enak itu biasanya enggak hadir bersamaan. Camkan itu!

Iklan

Tonton juga dokumenter VICE soal lezatnya kuliner pecinan Jakarta:


Perlu diingat, sebelum kamu tertarik mengikuti jejak saya menjelajahi resto cepat saji di Thailand, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dulu. Salah satunya adalah membalik beberapa asumsi yang kadung mengakar tentang industri fast food. Misalnya, kita selalu mikir kalau makanan siap saji itu punya dua kelebihan: cepat disajikan dan murah. Di Thailand, anggapan ini salah besar. Satu burger McDonald harganya setara dengan lima buah pad thai yang dijajakan di pinggri saja.

Jadi, makanan siap saji di sana memang cepat, tapi tak murah. Namun, mahalnya harga sajian cepat saji di Thailand punya implikasi yang menyenangkan: staff waralaba siap saji Amerika di Thailand umumnya ramah-ramah dan kamu bisa minum air gratis selama kamu makan.

Lalu bila di Amerika Serikat restoran siap saji cenderung menyajikan versi Amerika dari sajian asing, maka di Thailand, Dairy Queen Blizzard adalah sajian kuliner asing. Akibatnya, sajian ini mengalami banyak penyesuian untuk mengakomodasi lidah asia. Dengan logika yang sama, kamu bisa mengira-ngira kalau burger yang kamu makan di restoran McDonald’s di Negeri Gajah Putih akan punya aksen Thailand, bumbu yang dipakai juga cenderung lebih banyak mengandung rempah jika dibandingkan varian sajian McDonald’s di AS dan tambahan rempah ini—yang bikin turis bule terbengong-bengong—sepertinya terasa normal-normal saja di lidah pelanggan McDonald setempat.

Iklan

Bahan makanan dan bumbu-bumbu standar masakan Thailand seperti cabai merah, daun jeruk nipis, daun bawang, kari, mangga dan nasi pun banyak masuk ke dalam menu restoran siap saji Amerika/Thailand.

Salah satu sajian hibrida Amerika/Thailand terbaru di cabang McDonald’s yang saja kunjungi di Chiang Mai adalah Namtok, atau Burger “Air Terjun.” Nama sajian ini sendiri diambil dari nama salad babi terkenal di Thailad yang diberi beraneka ragam bumbu seperti daun mint, perasan jeruk nipis, bawang merah, cabai merah kering dan kecap ikan serta sedikit darah babi. Versi burger dari sajian ini (sebentuk patty daging babi tanpa penampakan darah babi) disajikan dengan saus cabai, penggganti saus tomat yang niscaya bikin kamu bergelimang keringat. Bahkan saus yang kamu gunakan untuk mencocol french fries di Thailand pedasnya tak kira-kira.

Durian Oreo Blizzard.

Seperti cabang-cabang McDonald’s yang ada di AS, menu spesial McDonald’s di Thailand juga dirotasi. Jadi, kamu bisa mencicipi kari pai crabstick atau kari Penang yang pedas tergantung kapan kamu datang ke Thailand. Yang jelas, semua sajian di atas bikin makanan pedas macam Shamrock Shake terasa seperti jajanan anak TK.

Dairy Queen juga disambut dan mengalami banyak penyesuaian di Thaiand. Di Negeri Gajah Putih, Dairy Queen adalah penyuplai es krim-es krim yang unik, seperti Durian Oreo Blizzard. Durian adalah buah yang karena baunya yang menyengat dilarang dibawa masuk kereta serta banyak kamar hotel di Thailand. Pasalnya, bau durian yang kerap disejajarkan dengan semerbak bau got, tak mau hilang bahkan setelah tamu yang membawanya sudah cabut dari hotel.

Iklan

Bagi mereka yang belum biasa dengan durian, bau ini bakal bikin kita eneg. Namun, Dairy Queen berhasil mengakali masalah ini dengan memasangkan durian dengan beberapa potong Orea dan membekukan hasilnya. Dengan cara ini, Durian yang sebelum bikin eneg malah kini berubah menjadi sajian yang sama sekali berbeda dan memancing air luar, mirip seperti anak SMA cupu nan jelek yang tiba-tiba saja ganteng menjelang malam prom.

Suhu yang rendah berhasil mengurangi bau durian yang kurang bersahabat. Yang tersisa kini adalah rasa buah yang ringan, yang tak jauh dari pepaya. Cuma kalau hidung kalian masih kurang mampu menolerir sedikit bau durian yang masih tersisa, kamu toh mencoba Green Tea Oreo Blizzard.

Spicy Chicken Rice Bowl.

Ayam goreng adalah sajian favorit di Thailand. Jangan kaget kalau kamu menemukan kios-kios penjual ayam goreng bertebaran di Negeri Gajah Putih. Kentucky Fried Chicken juga sangat populer di sana dan dikenal kerap menjajakan sajian nyeleneh dari aturan 11 bumbu dan rempah-rempah waralaba tersebut.

Nugget dalam Spicy Chicken Rice Bowl yang disajikan KFC setempat ditaruh di atas jasmine rice dan dibumbui ketumbar, daun bawang dan cabai merah. Daging panggan versi KFC setempat juga ditambahi jamur jelly putih. Tuntaskan dengan kue tar susu manis yang sedapnya tak terkira dan kamupun bakal mencicipi apa yang mungkin disajikan oleh Colonel Sanders saat berlibur menghabiskan cutinya di Asia Tenggara.

Iklan

Kalau kamu tipe orang yang suka gentayangan malam-malam dan doyan memburu penganan dari kacang yang dibubuhi ikan teri, saya bisa menebak dengan mudah di mana kalian akan nongkrong jika sedang di Thailand. 7-Eleven Thailand adalah istana penganan yang enak dinikmati sambil minum-minum. Di gerai 7-Eleven dekat tempat saya menginap di Thailand (7-Eleven sangat mudah dijumpai di kota-kota besar seeprti Chiang Mai dan Bangkok. Menurut Bangkok Post, 7-Eleven adalah waralaba AS paling laku di Thailand.

Saat ini, setidaknya terdapat 10.000 cabang di Thailand), ada satu lorong yang didedikasikan untuk segala macam penganan dari rumput laut. Nah, kalau kamu gigih menyusuri lorong itu, kamu malah sampai cracker sotong tak jauh dari kemasan Cheetos. Enaknya lagi, di Thailand, Lay’s punya tiga rasa spesial: cumi-cumi, udang dan nori. Selain itu, kamu juga bisa membeli irisan daging babi yang—sesuai dengan selera lidah setempat—tak kalah manisnya dari permen sekalipun.

Sandwich di 7-Eleven.

Menyusuri rak-rak makanan yang ditawarkan 7-Eleven Thailand tak ubahnya mengikuti tur singkat pabrik permen Willy Wonka dengan segala cemilan dengan warna dan rasa yang unik. Mau gorengan jagung rasa cumo? Ada! Dan seakan tak mau kalah dengan roti putih amerika yang mengandung nol kalori, 7-Eleven di Thailand juga menjual sandwich roti coklat yang diecer satuan. Penganan ini dijajar hanya sekian jengkal dari sandwich roti strawberry pink dan tepat di sebelah roti taro warna lavender. Pendek kata, 7-Eleven Thailand adalah surganya penganan sedap dengan warna mencolok.

Iklan

Burger babi di 7-Eleven Thailand.

Sajian terbaik 7-Eleven baru bisa ditemukan di bagian makanan siap saji. Selain menjual burger ikan dan ayam dan—tentus aja—nugget cumi, kamu bisa menikmati juara dari semua produk kuliner 7-Eleven: burger bagi pedas yang menggunakan dua kepal nasi lengket sebagai pengganti roti. Penganan ini dipanggang di belakang counter dan dikemas dengan efisein hingga bisa jadi cemilan yang bisa kamu santap sambil mengendari skuter kembali ke tempatmu menginap di Thailand. Sayangnya, sampai tulisan ini dibuat, tak satupun orang di jajaran pengambil keputusan 7-Eleven yang kepikiran bikin Slurpee mangga. Jadi, untuk sementara, kita harus puas minum sebotol lassi yang berwarna oranye.

Oplosan produk kulinar di waralaba restoran siap saji Amerika di Thailand memang bentuk perkawinan dua budaya yang unik. Dan meski tak bisa disebut otentik barangkali oleh para snob kuliner, makanan-makanan unik yang saya temui di jaringan waralaba Amerika ini sejatinya punya hak dilabeli otentik.

Setidaknya, makanan Amerika sudah dinaturalisasi dan makin sedap setelah disesuaikan dengan selera Thailand. Akan tetapi, sepertinya yang paling mengasikkan dari penjelajahan menemukan makanan-makanan unik adalah kenikmatan jadi pemberontak di surga makanan di Asia Tenggara. Cuma satu yang pasti: meski tergila-gila dengan sajian unik yang saya temukan, saya rasanya toh tak akan makan secara reguler di McDonald’s lagi—kecuali kala saya hidup Thailand terus.

Oh iya, satu lagi. Penduduk Thailand pernah saya lihat membungkuk membalas pose Wai Ronald McDonald. Menurut saya ini luar biasa. Lagipula, bukankah percampuran budaya selalu jauh lebih baik dari cekcok budaya?