FYI.

This story is over 5 years old.

Televisi

Alasan Kartun 'Rick and Morty' Disukai Millenials Kere di Banyak Negara

Serial absurd tentang petualangan ilmuwan nihilis bersama cucunya bisa menarik perhatian generasi muda yang dijuluki bankir 'selamanya bakal ngontrak'.
Cuplikan adegan dari Adult Swim.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Kartun "Rick and Morty" tak diragukan lagi merupakan serial kegemaran generasi millennials di berbagai negara. Premis utama ceritanya aneh, muram, bahkan semi-psikadelik. Intinya, ilmuwan yang benci orang lain punya cucu yang punya kecerdasan di bawah rata-rata. Keduanya bertualang dalam segala macam semesta. Ada semburat nihilisme pada serial animasi ini; tapi justru pesimisme dan nihilismelah yang membuat kita merasa lega ketika menontonnya.

Iklan

"Rick and Morty" kerap menampilkan konten kasar atau bengis, dan penggambaran dinamika keluarga dalam serial itu merupakan kebalikan yang mengganggu dari keluarga ideal. Penonton tak pernah berharap tokoh Beth dan Jerry rujuk. Kita cenderung membatin 'cerai saja lah, udah' demi kebaikan anak-anak dan mereka sendiri. Tema serial kartun ini bisa bikin yang nonton pasrah begitu.

Ndilalah, serial animasi ini tak sekadar sukses menjadi cult hit, tapi juga berhasil meraup keuntungan finansial. Bagi penonton laki-laki muda, "Rick and Morty" mendapatkan rating tertinggi dibandingkan dengan serial televisi apapun yang tayang pada season pertamanya. Ketika jaringan televisi mulai gencar memasarkan season ketiga, yang akan rilis dalam waktu dekat, serial ini semakin terkenal, sampai-sampai ada mobil van berbentuk tubuh Rick berkeliling Amerika Serikat, menjual merchandise yang laris manis—para fans rela antre berjam-jam.

Ada banyak jawaban untuk pertanyaan mengapa serial animasi ini sukses berat—tapi tidak ada jawaban yang memuaskan. Yang jelas, dengan segala bencana (politik dan alam) yang terjadi di seluruh dunia, kelakar-kelakar yang biasanya ampuh sudah tak lagi mempan menghibur penonton yang cemas. Itulah mengapa "Rick and Morty" dengan perpaduan brutalitas memuakkan dan kebaikan yang tak lazim, dianggap menyuguhkan sesuatu yang baru.

Serial animasi ini adalah kerja keras Dan Harmon dan Justin Roiland, yang sering mengubah klise-klise dari genre fiksi ilmiah menjadi berbagai plot aneh dan menghipnotis. Keahlian Harmon dalam meracik formula sitkom adalah alasan bagus menyaksikan serial Community yang sayangnya kurang mendapatkan apresiasi; Roiland sendiri adalah rekan kreatif dalam produksi "Rick and Morty". Roiland ikut serta mengembangkan karakter-karakter, dan mengisi suara karakter di serial ini pada workshop televisi digital milik Harmon, Channel 101.

Iklan

Rick and Morty menghancurleburkan dunia yang kita kenal dan mengembalikannya ke zaman awal dengan cara yang amat mengganggu. Rick dan Morty berpindah ke semesta di dimensi berbeda di mana doppelgänger pahlawan-pahlawan kita baru saja tewas mengenaskan, atau dimensi di mana hewan-hewan peliharaan yang berlagak layaknya tuhan dan memperbudak manusia.

Namun untuk ukuran sebuah serial animasi dengan banyak monster serta menampilkan kelamin alien, karakter-karakter "Rick and Morty" merespon tragedi kosmik dengan cara-cara eksistensialis yang amat familiar, bahkan terkadang dengan kejujuran yang membikin penonton nyesek sendiri. "APA TUJUAN HIDUPKU?" tanya sebuah robot yang diciptakan Rick untuk mengoles dan mengoper mentega. "Kamu mengoper mentega," balas Rick. Si robot memandangi kedua tangannya dan untuk kali pertama menyadari maknanya: pengoper mentega. "YA TUHAN," ujarnya. Dilema-dilema Rick dan Morty amat kocak dan absurd, namun keputusasaan karakter-karakternya nyata. Inilah mengapa generasi millennial—yang bahkan sudah enggak menonton televisi—menggemari serial animasi ini.

Goldman Sachs menyebut millennial sebagai "the renter generation" atau "generasi pengontrak" pada sebuah laporan baru-baru ini. Menurut hematnya, generasi ini tidak membeli rumah (alih-alih mengontrak saja, makanya disebut begitu), mobil, atau barang-barang tahan lama seperti kulkas dan mesin cuci—dan bisa begitu karena orangtua mereka telah membeli dan memiliki itu semua. Sejak resesi, upah rata-rata pada setiap industri kecuali layanan kesehatan, telah turun untuk mereka yang berusia di bawah 34 tahun. Ini adalah alasan lain untuk menyaksikan serial animasi yang ditayangkan pada saluran televisi tak berbayar: generasi millennial tidak berlangganan saluran berbayar.

Iklan

"Keserakahan telah menghancurkan proposisi nilai [kabel]," ujar analis industri RIch Greenfield pada sebuah catatan penelitian minggu lalu. Target demo "Rick and Morty" berpikir panjang soal membeli televisi, apalagi untuk berlangganan Time Warner.

Tren finansial ini sebetulnya terlihat jelas pada episode-episode "Rick and Morty." Banyak anak muda menghindari iklan, jadi banyak perusahaan berusaha menjangkau konsumen dengan menempatkan produk-produk dalam serial televisi, dan merek-merek yang tidak laris di konsumen anak muda tidak melakukannya sama sekali (coba amati, enggak ada, kan, iklan Lexus yang ditargetkan untuk konsumen berusia di bawah 40?). Jadi, penempatan produk dalam "Rick and Morty" adalah indeks merek-merek yang bisa dijangkau orang miskin: Wheat Thins, Cold Stone Creamery, Shoney's, McDonald's. Tidak ada Whirpool, Infiniti, layanan keuangan apalagi properti. Hal-hal ini disasarkan pada orang-orang yang tidak takut hidup di bawah jembatan, dan tidak membutuhkan suntikan nestapa dalam komedi setengah jam pengantar makan malam.

Ketika Rick menyampaikan pada anak perempuannya bahwa " emotionally speaking, Sayang, Shoney's itu rumahku" kita tak hanya menertawakan Rick: kita menertawakan Shoney's juga. Siapa yang bisa berada di rumah, emotionally speaking, dalam restoran yang kamu datangi ketika Applebee tutup karena banjir? Ya, sebagian besar millennial di AS.

Beberapa minggu silam, Adult Swim—saluran yang menayangkan "Rick and Morty"—menayangkan satu episode dari season ketiga pada April Fools Day sebagai sejenis anti-kelakar. Internet menyukai kelakar soal menu McDonald yang dihentikan (yay, brand synergy) tapi fakta bahwa punchline-nya adalah Rick menghancurkan ekonomi antarsemesta dengan meretas pusat server Galactic Federation, menciptakan krisis finansial, yang bisa jadi menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan pada industri layanan makanan pada tingkatan antarsemesta.

Iklan

Tragedi ditambah waktu sama dengan komedi, tapi kalau kamu tak punya waktu, kecepatan cahaya mungkin berhasil.

Meski Rick adalah satu-satunya guru mahatahu, adalah Morty yang mengutarakannya paling baik, ketika dia mencoba menjelaskan kepada saudara perempuannya bahwa dia dan Rick berhasil menghancurkan seluruh semesta dengan ramuan cinta dan harus menyembunyikannya di semesta dia karena Rick dan Morty yang dia kenal baru saja meninggal dunia. Moral cerita ini?

"Tidak ada yang hidup untuk menjalankan sebuah tujuan, kita tidak berasal dari mana-mana, semua orang akan mati," ujarnya pada saudara perempuannya. "Udah yuk, nonton TV aja."

Follow Sam Thielman di Twitter