FYI.

This story is over 5 years old.

kesehatan

Beneran Kok, Kalian Bisa Gendut dan Tetap Bugar

Memang berat badan berlebih kurang ideal, tapi ada hal yang jarang dibahas untuk menyiasatinya.
Foto ilustrasi oleh Patrick Smith / Staff / Getty Images.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Mungkin kamu pernah mendengar slogan 'fat but fit'. Aku gemuk dan sehat walafiat. Banyak media bilang itu hanyalah mitos—atau, dengan kata lain, tidak ada tidak ada yang namanya gendut tapi bugar. Judul-judul berita yang heboh diniatkan untuk menarik perhatian pembaca, dan judul-judul tersebut bermunculan berkat University of Birmingham di Inggris. Sejak para peneliti mengumumkan— mengumumkan lho ya, bukan menerbitkan di jurnal peer-review—hasil penelitian mereka di Kongres Eropa tentang Obesitas pada Mei, media masa di seluruh dunia mendeklarasikan telah menemukan ujung dari perdebatan "fat but fit" selama berdekade-dekade ini. Pada akhirnya, menurut sebagian besar para peneliti dan penulis penelitian ini: Obesitas yang sehat itu tak mungkin. (Sebuah klaim yang secara khusus bermasalah karena bukti baru-baru ini yang menunjukkan lebih dari 10 persen populasi dunia tergolong obesitas. Sejujurnya, penelitian ini lumayan bikin nyesek. Menelaah catatan kebugaran sekitar 3.5 juta orang dewasa selama 10 tahun terakhir, penelitian ini menjadi investigasi terbesar soal "obesitas yang bugar" saat ini. Para peneliti menemukan bahwa individu yang dianggap obesitas namun secara metabolisme bugar-bugar saja (contohnya, memiliki tekanan darah dan tingkat kolesterol normal, dan tak terjangkit diabetes) tetap saja memiliki risiko 49 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung, 7 persen lebih berisiko terkena stroke, dan 96 persen lebih berisiko mengalami gagal jantung dibandingkan dengan orang-orang lain dengan berat badan normal. Sulit sekali membantah hasil-hasil tersebut, tapi saya akan coba deh. Atau sebenarnya, saya akan berdebat dengan semua orang yang menyimpulkan bahwa manusia tidak bisa gendut dan bugar, karena ya… plis deh. Dan penelitian ini tidak mendukung kesimpulan itu kok.
Sebelum saya menjelaskan alasannya, saya ingin mengklarifikasi apa makna bugar atau fit. Penulis lain pada situsweb ini menetapkan kebugaran sebagai "jauh-jauh dari kematian," dan menurut saya sih itu definisi yang cukup OK ya. Tentu, akan menyenangkan punya pinggang langsing, kaki kuat, dan otot-otot yang menonjol dari balik kaus. Menyenangkan pula jika kita bisa berlari satu kilometer dalam delapan menit saja, dan lolos tes kesehatan apapun yang disarankan majalah kebugaran. Namun tahu enggak, apa yang lebih menyenangkan dari itu semua? Tidak meninggal dunia akibat hal-hal yang cenderung bisa dicegah, seperti penyakit jantung. Dan kita enggak perlu ikutan tagar #jangankasihkendor untuk mencapai itu. Kamu hanya perlu memprioritaskan kesehatanmu, dan melakukannya dengan cukup efektif sehingga hasilnya signifikan. Jadi setuju lah ya, bahwa meniminalisir risiko kematian—dan, menurut saya, meningkatkan kualitas hidup—membuat kita bugar. Dalam definisi tersebut, hasil dari penelitian Inggris tetap saja menjengkelkan. Sebagaimana disebut sebelumnya, hanya memiliki body mass index (disingkat BMI—rasio tinggi dan berat badan) lebih besar dari 30 angka meningkatkan risiko kematian dini akibat gagal jantung, menurut para peneliti. Jadi, mungkin ini bisa menakhiri debat berkepanjangan: Obesitas yang sehat adalah mitos—kecuali, mungkin, kalau kamu olahraga, yang mana tidak dijadikan pertimbangan pada riset ini. "Kami tidak punya akses pada data soal aktivitas fisik, sehingga tidak bisa menelaah apakah kegiatan fisik dapat mengubah asosiasi antara obesitas yang sehat secara metabolisme, dengan risiko gagal jantung," ujar penulis utama Rishi Caleyachetty, pakah epidemiologi di Institute of Applied Health Research di University of Birmingham. Ini adalah urusan penting (atau "keterbatasan" penting, sebagaimana disebut para peneliti), dan urusan yang diabaikan sebagian besar berita yang mencakup topik ini. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik memiliki manfaat yang lumayan signifikan terhadap kesehatan, terlepas dari ukuran BMI kita. Sebuah penelitian tahun 2011 di Arizona State University, misalnya, menemukan bahwa diet sehat dan olahraga cukup bisa menurunkan risiko orang obesitas terkena penyakit jantung dan diabetes, terlepas dari berat badan mereka. Ada pula penelitian penelitian tahun 2015 terhadap lebih dari 11,000 orang dewasa di University of Mississippi, yang menemukan bahwa "hanya individu yang tidak aktif yang memiliki risiko kematian lebih tinggi." Artinya: orang obesitas yang aktif berolahraga memiliki kans hidup panjang lebih baik dibandingkan orang kurus yang tidak berolahraga. Ya, supaya adil, tidak semua penelitian setuju dengan ide bahwa olahraga adalah penyeimbang baik dalam hal kematian dan berat badan. Misalnya saja, pada penelitian tahun 2015 terhadap 1.3 juta laki-laki Swedia menemukan hasil berlawanan dari penelitian Ole Miss: "Orang-orang derat badan tak sehat [kurang dari 25 di BMI] memiliki 30 persen risiko kematian lebih rendah akibat apapun, dibandingkan mereka yang obesitas dan bugar."
Sulit berargumen degan hasil penelitian macam begitu, tapi coba deh perhatiin tiga kata terakhir kutipan tersebut: "obesitas dan bugar." Bahkan penelitian besar ini, yang menantang konsep obesitas yang sehat, mengakui kondisi "fat but fit." Penelitian ini juga menemukan bahkan kalaupun olahraga tidak menurunkan risiko kematian karena obesitas dan berat badan tidak sehat, mencapai kebugaran aerobik (sebagaimana diukur dengan VO2) tetap dapat menurunkan risiko kematian sebanyak 28 persen dan 30 persen untuk masing-masing penyebab. Kalau-kalau semua pemaparan ilmiah ini bikin kamu mengerutkan dahi dan menggelengkan kepala, saya buatkan kesimpulan deh supaya gampang: Mungkin lho menjadi gemuk dan bugar. Namun seperti banyak hal dalam hidup, kebugaran adalah sebuah kesinambungan alih-alih tujuan tertentu, dan kita selalu bisa meningkatkan kebugaran kita. Untuk itu, penting juga untuk diingat, bahwa secara umum seseorang dengan berat badan normal yan berolahraga rutin dan makan dengan sehat akan hampir selalu lebih sehat dna bugar dibandingkan orang obesitas yang sama rajinnya. Jadi kalaupun kamu adalah orang yang "fat but fit," jangan keburu berlega hati. Memang, risiko kematian lebih tinggi bagi orang-orang obesitas dibandingkan mereka yang ngegym setiap hari dan kurus. Ketahui pula bahwa setiap langkah dan pergerakan tubuh yang kamu lakukan menjauhkanmu dari kematian—sehingga membuatmu lebih bugar.