Dalam bukunya yang terbit pada 1979, The Selfish Gene, Profesor Richard Dawkins membentangkan teori kebudayaan tentang seleksi alam. Dalam buku itu, Dawkins memformulasikan ulang konsep “gen” untuk membuat terminologi yang kini begitu terkenal “meme.”
Sekarang, Dawkins tak malu-malu lagi menyambut dengan tangan terbuka kultur internet yang dia bantu lahirkan. Ada sekian meme Thug Life yang didedikasikan untuk kalimat-kalimat one-liner yang pernah diucapkan Dawkins. Kali lain, Dawkins ikut serta dalam pertunjukan seni tentang meme di festival film Cannes, serta ketika mengabadikan kata-kata Alun Anderson: “Science is interesting and if you don’t agree you can fuck off! (Sains itu menarik dan kalau kalian tak setuju, silakan enyah dari sini).”
Sudah lama saya mengagumi cara Richard Dawkins mengajukan argumennya mengelitik secara agresif, disertai bukti yang sudah dibantah dan anologi liris. Ini salah satunya, dikemukakan di Hayden Planetarium: “kalau dunia medis didasarkan pada sains, kamu bisa mengobati orang. Kalau mendasarkan desain pesawat pada sains, pesawat itu akan terbang..Sains keren bray!”
Videos by VICE
Menurut saya, ketertarikan saya pada Dawkins adalah penolakannya secara menyeluruh pada segala sesuatu yang tak bisa dibuktikan. Saya terlahir dalam sebuah komunitas muslim. Namun, Islam, agama yang diyakini kedua orang tua saya, tak bisa menghalangi saya mengakses internet. Mulanya, saya mempertahankan kedekatan saya dengan sufisme dalam Islam. Baru setelah membaca buku Dawkins lainnya, The Blind Watchmaker, pandangan saya terbuka akan segala yang kemungkinan yang bisa digapai oleh pikiran manusia.
Saya berkesempatan ngobrol langsung bareng Prof. Dawkins ketika dia menggelar promosi buku keliling Australia, dalam program tur Science In The Soul. Dalam obrolan ini, Dawkins menyinggung tentang meme, pendidikan adik perempuan saya, dan betapa kejamnya alam terhadap manusia.
VICE: Halo Prof. Dawkins, bisa tolong jelaskan definisi “meme” yang benar dan bagaimana anda dulu merumuskan konsep itu?
Richard Dawkins: meme adalah padanan gen dalam kajian budaya. Jadi, segala sesuatu yang ditularkan dari satu otak ke otak lainnya, seperti aksen berbicara, kata-kata dasar hingga alunan musik bisa disebut meme. Pokoknya, meme itu adalah segala sesuatu yang ditularkan secara kultural, mirip seperti wabah penyakit. Makanya, obsesi baru di sebuah sekolah, tren pakaian baru, tren cara ngomong baru tertentu, semua ini bisa dikategorikan sebagai meme. Segala sesuatu yang bisa jadi dasar proses evolusi juga meme. Meme menjelma ketika sesuatu menjadi lebih sering muncul dalam kolam meme, sama seperti sebuah gen menjadi lebih sering muncul di kolam gen.
Bagaimana perasanmu saat konsep ini disabotase oleh pengguna internet yang iseng?
Saya sebenarnya sangat terhibur melihatnya. Masalahnya, internet cuma mencaplok sebagian kecil dari konsep tentang meme. Sebuah meme jauh lebih umum daripada contoh-contoh meme di internet. Tapi, saya akui internet adalah ekosistem yang subur untuk menyebarkan meme.
Saya nonton video acara Saatchi di Cannes [bisa kalian tonton di atas]. Anda main alat musik yang luar biasa—itu apaan sih Prof?
Waktu itu perusahaan iklan Saatchi and Saatchi sedang menggarap film untuk mempromosikan festival film Cannes. Kebetulan mereka memilih tema meme. Nah, saya lalu diberi kesempatan memberi kuliah tiga menit tentang meme. Sehabis itu, saya turun dari panggung biar mereka bisa memunculkan permainan cahaya psikedelik dengan kata-kata saya tertera di dalamnya. Jadi, kelihatannya, mereka menyadur kata-kata dari kuliah saya dan menaruhnya dalam film. Padahal, mereka sudah meminta duluan naskah kuliah saya. Jadi, mereka bisa memilih frase dan kata-kata yang mau mereka gunakan. Di akhir acara, saya kembali ke panggung dengan membawa ewi, sebuah instrumen musik tiup elektronik, mirip seperti klarinet dan oboe elektronik.
Kok anda bisa main ewi sih?
Saya dulu main klarinet di sekolah dan penjarian di ewi nyaris sama dengan klarinet. Makanya, saya bisa langsung memainkannya dalam waktu singkat. Sebenarnya, saya memainkan ewi seperti trumpet karena suara yang keluar dipengaruhi oleh sebuah software.
Musisi favorit anda siapa saja?
Saya suka schubert, Bach, Mozart, Beethoven.
Ada musisi favorit yang lebih kekinian?
Dulu waktu masih kecil, saya suka Beatles dan Elvis, semacamnya. Saya lumayan suka jazz juga.
Jadi, apakah alam, atau ada momen tertentu atau malah karya seni yang akhirnya membuatmu mengingkari pendidikan Kristen Anglikan yang dulu anda terima?
Wah “mengingkari” itu kayaknya terlalu keras ya. Ajaran Kristen lebih bersahabat dibanding beberapa alternatif ajaran agama lainnya. Kira-kira saat berumur 15 atau 16 tahun, saya menyakinkan diri bahwa Tuhan itu tak ada. Saya mulai membandel lalu berhenti pergi ke gereja.
OK, saya ingin meminta nasehat anda. Apa cara paling sederhana yang saya bisa ajarkan pada adik perempuan saya bahwa evolusi adalah fakta, kalaupun topik ini tidak diajarkan di sekolah Islam tempatnya belajar?
Kamu hanya perlu melihat anatomi mamalia. Semua tulangnya persis sama, hanya dalam ukuran yang berbeda. Khususnya pada kera seperti simpanse, semuanya ada di sana! Jika kamu melihat kerangka, setiap tulang ada di semua mamalia, hanya dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Mereka jelas baru saja dimodifikasi—diperpanjang di bagian ini, dipendekkan di sana.
Dan itu bahkan lebih nyata dari molekul. Kalau kamu melihat genetika molekuler, dan membandingkan protein atau DNA dari dua hewan, kamu akan menemukan kesamaan besar. Dan semuanya jatuh ke dalam skema yang indah, elegan, dan hierarkis. Yang hanya bisa menjadi silsilah. Kamu sebenarnya dapat menghitung jumlah pasangan berbasis DNA yang sama dengan hewan lain dan kamu akan lihat pohon cabang yang indah dan hierarkis. Itu pasti silsilah. Tidak ada penjelasan lain.
Selain itu, kalau kamu melihat persebaran geografis spesies di pulau-pulau dan benua-benua di dunia, itu semua adalah yang kamu harapkan kalau mereka berevolusi seperti yang dicatat Darwin. Ini adalah bukti yang paling meyakinkan. Yang perlu kita lakukan adalah melihatnya. Apakah sekolah adikmu mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan dunia dalam tujuh hari?
Sebetulnya lebih seperti ajaran negatif. Guru memilih dengan hati-hati apa yang tidak diajarkan supaya anak-anak tidak mengira-ngira sendiri.
Saya paham dan saya rasa itu hal buruk. Saya harap adik perempuanmu tidak dipaksa untuk percaya itu. Apakah kamu sekolah di tempat yang sama?
Tidak. Saya belajar di sekolah swasta Kristen.
Apakah kamu diajarkan soal evolusi?
Tidak, mereka paling mengajak murid ikut prosesi Ekaristi sebulan sekali. Saya tidak benar-benar belajar soal evolusi sampai saya masuk kuliah.
Kalau adikmu dan teman-temannya ingin membaca buku, The Greatest Show on Earth adalah upaya saya untuk menjabarkan bukti evolusi.
Tonton dokumenter VICE soal sosok Wim Hof, manusia super yang bisa mendaki gunung es hanya pakai kolor berkat meditasi. Hof jadi obyek penelitian ilmuwan seluruh dunia:
Apa yang menginspirasimu berpaling sepenuhnya dari dogma agama?
Saya rasa karena buku-buku Darwin. Alasan utama saya masih religius sampai usia itu adalah karena saya ahli biologi dan saya mempelajari biologi, dan saya sangat terpesona dengan keindahan dan keanggunan makhluk hidup dan bagaimana dunia ini dirancang. Jadi, saya rasa pasti ada perancangnya. Lalu saya menemukan Darwinisme dan menyadari bahwa tidak perlu ada perancang. Ada penjelasan yang lebih elegan untuk kompleksitas dan keindahan dunia. Itulah saat saya tersadar dan tidak menemukan alasan untuk percaya Tuhan.
Dalam sesi debat di Oxford, kamu menggambarkan “Tuhan” di Kitab Perjanjian lama sebagai kejam dan tidak berperasaan. Apakah kamu melihat sifat-sifat yang sama pada alam?
Ya, Darwin juga bilang begitu. Seleksi alam adalah proses yang amat kejam. Proses ini memproduksi keindahan dan Darwin memberikan contoh macan tutul yang sedang berburu. Dan keindahan rusa yang mereka buru. Ini semua dirancang dengan amat baik, mesin yang merampingkan alam dan alasan mereka dirancang dengan amat baik adalah seleksi alam selama generasi-generasi telah membunuh rusa-rusa tersebut yang tidak cukup cepat, atau singa atau macan tutul yang tidak cukup cepat. Jadi, ini adalah proses yang kejam. Proses ini tak peduli dengan perasaan, rasa sakit, penderitaan. Proses ini hanya terjadi.
Apakah kamu punya opini yang sama soal tubuh manusia, apakah ini termasuk rancangan sempurna sebagaimana dogma agama?
Tidak ada yang sempurna. Seakan-akan seorang insinyur, alih-alih diizinkan untuk memulai dengan kanvas bersih untuk merancang sesuatu yang baru, selalu dipaksa untuk memodifikasi sesuatu yang udah ada. Langkah demi langkah. Jadi, kamu bisa membayangkan, misalnya, kalau mesin jet harus berevolusi dari mesin baling-baling, selangkah demi selangkah, pasti akan berantakan. Ada banyak yang berantakan dengan tubuh manusia.
Fakta bahwa kita dulu senang jalan-jalan dengan empat kaki/tangan, dan sekarang berjalan dengan dua kaki. Terlepas dari masalah-masalah punggung pegal, dan lain-lain. Kita kini berjalan dengan dua kaki tapi tidak dirancang demikian sejak awal, karena nenek moyang kita berjalan dengan empat kaki.
Apakah kamu merasa agama bisa dibenarkan kalau ia membantu manusia menjalani hidup? Saya pribadi tidak merasa terlalu butuh agama, tapi bagaimana dengan orang-orang yang membutuhkannya?
Saya rasa kamu bisa berargumen bahwa kalau hidupmu sangat menyedihkan, atau kalau kamu hidup dalam kemiskinan, kembali ke hal supernatural adalah satu-satunya yang bisa dilakukan. Saya rasa menyedihkan bahwa orang harus kembali ke agama mereka, maksud saya, kita bisa saja kan bersender pada hal lain.
Apakah ini tugas kita, untuk menegakkan sekularisme, karena kita di Barat, kita merasa lebih tahu daripada orang lain?
Saya tidak suka gagasan menegakkan apapun. Lebih baik membiarkan orang-orang berpikir secara mandiri dan kalau soal sains, kita hanya perlu melihat faktanya. Faktanya ada di sana dan sudah sangat meyakinkan. Saya yakin adik perempuanmu pasti punya ponsel, menurutnya bagaimana ponsel itu bekerja? Ya karena sains. Mobil bisa ada karena sains. Pesawat bisa terbang karena sains! Hal-hal ini tidak ada karena karpet sihir atau apalah. Dia dikelilingi dunia di mana apapun yang dia lakukan, yang dia sentuh, dirancang atas dasar sains. Itulah mengapa ini bekerja tapi saya tetap tidak suka diktatorial.
Apakah kamu sedang mengerjakan sebuah proyek baru?
Ya, saya sedang mengerjakan buku anak-anak. Buku The God Delusion versi anak-anak. Ateisme untuk anak-anak, yang diberi judul Outgrowing God. Ini adalah upaya untuk mematahkan siklusnya di mana anak-anak religius secara otomatis, hanya karena mewariskan agama orang tua mereka. Saya berharap anak-anak akan membaca buku ini dan menyadari bahwa Tuhan tidak ada. Kamu bisa kasih buku ini ke adikmu.
Follow Mahmood di Twitter dan Instagram
Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia.