FYI.

This story is over 5 years old.

Data Absurd

Data Pencarian Google Tengah Malam Bisa Menunjukkan Karakter Seseorang

Kami menemui seorang ilmuwan data Google untuk mencari tahu apa yang dapat kita pelajari soal psikis manusia dari pencarian Internet pada malam hari.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.

Kamu pasti pernah begadang hingga pukul 2 dini hari, mengira-ngira apakah sakit kepala yang sering kamu rasakan sebenarnya adalah pembengkakan pembuluh darah di toak, mencari jejak-jejak penampakan UFO, atau mempertanyakan makna kehidupan? Tenang aja, kamu engga sendirian kok. Penelitian bagaimana pencarian di Google memberikan pencerahan soal psikis manusia, membuktikan betapa miripnya kita semua—dari hal-hal yang aneh hingga menghenyukkan dan menyeramkan. Dr Seth Stephens-Davidowitz, mantan ilmuwan data Google yang memiliki gelar Ph.D di bidang Ekonomi dari Unviersitas Harvard. Dia  menganalisa data yang menunjukkan apa sih yang dicari-cari orang di Internet ketiga begadang, dan menuliskannya menjadi buku. Saya ngobrol-ngobrol dengannya untuk mencari tahu apa implikasi dari pencarian-pencarian tersebut. VICE: Bagaimana kebiasaan kita mencari di Internet berubah pada malam hari?
Dr Seth Stephens-Davidowitz: Pada larut malam, orang-orang cenderung merasa lebih cemas, mengalami serangan panik dan masalah kesehatan. Orang-orang terbangun pada pukul 3 dini hari, keringat dingin dan khawatir mereka terkena kanker atau penyakit Parkinson, atau takut mengidap ALS atau tumor otak. Antara jam 2 hingga 4 dini hari, orang-orang menanyakan pertanyaan mendalam seperti, "Apa makna dari kesadaran?", "Apakah kita benar-benar punya kehendak?", "Apakah ada kehidupan di planet lain?" Hal lainnya yang terlihat adalah orang-orang mencari pencerahan pada pukul 3.16 dini hari. Ada pula orang-orang yang sange—bokep amat populer antara tengah malam dan 2 dini hari. Apakah datanya berbeda pada hari yang lain?
Ya, jadi pada hari Sabtu pukul 3 dini hari, banyak orang yang mabuk. Orang membuat banyak kesalahan ejaan, mungkin karena mereka mabuk, dan mereka lupa sandi mereka, karena mereka minum-minum pas Jumat malamnya. Mereka lupa sandi mereka dan membuat banyak kesalahan ejaan. Apakah penelitianmu menunjukkan bagaimana gender mempengaruhi kebiasaan mencari di Internet pada dini hari?
Satu hal yang saya lihat adalah Literotica—yang lebih terkenal di antara perempuan—lebih banyak dicari pada pagi hari. Jadi mungkin kita bisa menyimpulkan perempuan suka sange pada pagi hari, dan laki-laki sangenya pada malam hari. Kami tidak membagi data pencarian berdasarkan gender, jadi kami tidak tahu pasti—di Interet, engga ada yang tahu kalau kamu seekor anjing. Bagaimana dengan kenaikan pencarian terkait topik tabu atau perilaku ilegal?
Hal ini lebih mengganggu. Pada 3 dini hari pencarian orang-orang, misalnya, "bunuh kaum Muslim", dan pencarian-pencarian ini memprediksi tindak kriminal berbasis kebencian di kemudian hari. Orang-orang ini boleh jadi bukan anggota masyarakat yang paling waras, tapi mereka muncul di pencarian Google, dan kami memiliki potensi untuk menggunakan informasi ini untuk mempelajari penyebab orang-orang semacam itu memikirkan hal-hal berbau kekerasan dan berbahaya yang kadang mereka lakukan. Apakah kamu pernah menyerahkan penelitianmu pada aparat keamanan?
Saya ngobrol sedikit tentang potensi kepolisian menggabungkam beberapa penemuan ini. Jika ada angka pencarian tidak lazim bagi "kill Muslims" atau "Saya benci Muslim", maka kepolisian mestinya memberikan keamanan ekstra di luar masjid, misalnya.

"Semua orang yang kesepian menunjukkan kepribadian aslinya di Google"

Apakah bangsa-bangsa berbeda mencari hal-hal berbeda pada waktu-waktu tertentu?
Salah satu hal yang saya amati adalah istirahat makan siang di seluruh dunia. Di AS ada beragam hal yang orang-orang lakukan, pada pukul 12 siang di hari kerja orang-orang membaca berita. Di Jepang, orang-orang membuat rencana perhalanan. Di Belgia, orang-orang belanja saat istirahat makan siang. Apa yang dapat diajarkan datamu soal psikis manusia?
Dengan bokep, masalah kesehatan, dan pertanyaan metafisik, saya rasa apa yang terjadi adalah kombinasi kebosanan dan kecemasan pada jam-jam dini hari. Umumnya yang terlihat pada data adalah pola jelas yang menunjukkan dirinya sendiri ketika kamu berurusan dengan 200 juta manusia. Banyak orang berpikir bahwa situasi mereka unik dan mereka amat spesifik, tapi ketika kamu gabungkan orang itu dengan semua orang lainnya, kamu bisa lihat banyak orang melakukan hal yang sama di waktu yang sama, dan dalam beberapa sisi orang-orang lebih mudah diprediksi daripada yang kita kira. Jadi, di satu sisi, sebagian penelitian ini dapat membuat kita tidak terlalu merasa teralienasi, sebagaimana penemuannya membuktikan kita hanya satu dari jutaan orang asing penasaran tengah malam.
Iya, semua orang yang kesepian semacam menunjukkan kepribadian mereka yang sesungguhnya di Google. Yang seru adalah seluruh data ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kami tidak benar-benar tahu—dan sebagian menemuannya masih terlalu dini—misalnya, berapa orang mengalami serangan panik pada 3 dini hari atau pada hari Selasa sore. Namun kini kami bisa mengkorelasikan hal ini dengan apa yang terjadi pada Selasa siang di New York City, yang berarti banyak orang mengalami serangan panik [di kota yang sama] pada Selasa malam itu. Nah, itulah pertanyaan yang mustahil dijawab untuk keseluruhan sejarah manusia, tapi kini tidak lagi mustahil—meski saya juga belum menemukan jawabannya. Kalian mesti membaca buku lanjutan saya kalau begitu. Makasih banyak, ya Seth. Everybody Lies: Big Data, New Data and What the Internet Can Tell Us About Who We Really Are , diterbitkan pada Mei 2017 oleh HarperCollins, bisa pre-order ke sini.

@sophiarahman