Artikel ini pertama kali tayang di Munchies
Ada banyak tempat-tempat mewah di dunia di mana kamu bisa makan sambil menikmati pemandangan spektakuler: Restoran berputar di puncak “space needles” di Seattle, menara Eiffel, dan mungkin di Las Vegas juga. Namun ada juga tempat-tempat yang sanggup memberikan pemandangan yang sama tapi lebih alami.
Videos by VICE
Randi Skaug telah kenyang merasakan tempat-tempat macam ini. Dia adalah seorang pengelana profesional dan perempuan Norwegia pertama yang memanjat Tujuh Puncak Duni —gunung-gunung tertinggi di setiap benua. Dia juga seorang ahli perihal makanan pegunungan Norwegia. Dia tidak rewel soal makanan dan orangnya asik.
Kami ngobrol dengan Skaug tentang pilihan makanan ketika mendaki Gunung Everest, pengalamannya boker-boker di Svalbard, memakan makanan kering yang beku selama sebulan, dan nikmatnya pancake.
MUNCHIES: Halo Randi. Gimana ceritanya bisa jadi pengelana profesional?
Randi Skaug: Normal bagi anak-anak untuk berpetualang. Banyak orang berhenti melakukan ini seiring bertambah dewasa, tapi saya tidak pernah berhenti. Sekarang saya mencari nafkah lewat berpetualang. Hidup saya terbagi antara menghabiskan waktu di alam dan menceritakan petualangan saya setelahnya. Gol saya dalam hidup adalah membantu orang dan membuat setiap hari menjadi menyenangkan.
Saya memiliki sebuah istilah dalam bahasa Nowergia “Kongefølelsen.” yang artinya “perasaan berada di puncak dunia.” Ini adalah tujuan saya. Bukan hanya berpetualang untuk diri sendiri tapi juga menginspirasi orang lain untuk menggunakan alam demi merasakan perasaan yang sama. Saya percaya ketika kita sering keluar, tubuh dan pikiran kita akan bertambah kuat.
Saya sering merasakan Kongefølelsen tapi tidak secara konstan. Kalo konstan, tidak akan ada nilainya. Perasaan ini perlu diburu. Ketika kamu berhasil, rasanya seperti tidak ada yang bisa mengalahkanmu.
Kapan terakhir kali merasakan ‘Kongefølelsen’?
Baru beberapa hari yang lalu. Saya memiliki sebuah pulau di utara Norwegia dekat Lofoten bernama Naustholmen. Saya berhasil membawa empat orang ke sebuah mercusuar terdekat, sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Kami duduk menonton matahari terbenam sambil minum bir. Sesederhana itu.
Kamu tumbuh besar di sebuah peternakan. Apakah ini mempengaruhi caramu memandang makanan?
Banyak orang bertanya apabila saya selalu jago masak. Biar jelas, saya bukan koki, tapi saya sangat peduli tentang kualitas makanan. Saya tidak bisa memasak hidangan eksotis, tapi saya bisa menghasilkan makanan solid bergizi tinggi. Saya memasak semuanya dari nol. Saya tidak pernah membeli makanan kalengan, dan ini memang sesuatu yang saya pelajari dari masa. Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga dan dia tidak pernah membuang-buang makanan.
Ketika sedang mendaki, makanan seperti apa yang kamu makan?
Tergantung saya di mana. Ketika di Antartika misalnya, tidak mungkin bisa berburu atau memancing. Tidak ada toko swalayan dan kamu tidak bisa membawa terlalu banyak makanan. Jadi selama sebulan saya menyantap makanan kering beku. Ini mempengaruhi perut saya. Ketika saya akhirnya bisa melahap makanan normal lagi, rasanya sangat spesial.
Apa yang selalu kamu bawa ketika sedang berpetualang?
Saya selalu membawa beberapa makanan Norwegia yang diawetkan secara tradisional. Misalnya, jantung rusa kutub yang dikeringkan, dan mengandung 80 persen protein. Atau juga tørrfisk (ikan kering) yang diproduksi dekat pulau saya. Mereka enteng dan tahan lama. Mereka tidak akan pernah membusuk atau menjamur, jadi mereka selalu menjadi bagian dari ekspedisi saya. Saya suka banget ketika sedang beristirahat, duduk, dan melahap sepotong jantung rusa kutub. Rasanya seperti kacang.
Kamu pernah memanjat “Tujuh Puncak.” Apa yang kamu makan ketika sedang memanjat gunung Everest?
Awalnya sulit untuk makan. Udara yang tipis di dataran tinggi membuat kamu mual dan kehilangan selera makan. Tapi penting bahwa kamu terus makan. Variasi adalah kuncinya, jadi kamu tidak bosan. Makanya saya banyak memakan kudapan ringan, seperti kacang almond dan kismis. Saya juga mengkonsumsi minyak ikan kod dan kaki domba yang dikeringkan dan tentunya banyak keju.
Untuk sarapan, saya makan oatmeal. Biasanya saya campur dengan air anget. Susah masak apapun dalam lingkungan seperti itu. Semakin tinggi dataran, semakin rendah temperatur api, karena tingkat oksigen yang rendah di udara. Air tidak bisa mendidih jadi butuh waktu 20 menit untuk memasak telur, misalnya. Contoh lainnya: tidak mungkin bisa mendapatkan secangkir kopi panas.
Tapi makanan terpenting yang saya makan di Everest adalah ikan kembung dalam saus tomat. Tersimpan dalam kaleng, ini adalah hidangan penuh lemak dan protein. Terakhir kali saya memanjat ke puncak gunung, saya membutuhkan 12 jam. Cuacanya lagi buruk jadi saya hanya menghabiskan 10 menit di puncak gunung. Kemudian saya butuh 10 jam lagi untuk turun gunung. Selama 22 jam tersebut, saya hanya memakan satu batang coklat dan meminum setengah liter air.
Seperti apa pengalaman makanmu yang paling ekstrem?
Saya sedang berski di Spitsbergen di Svalbard dengan tiga orang lainnya. Kami tidak sengaja menyimpan makanan bersama kaleng kerosin yang kami gunakan untuk menyalakan api kompor. Masalahnya, kalau kamu minum kerosin, kamu langsung bersendawa dan boker gak karuan. Ternyata salah satu kaleng kerosinnya bocor dan menetes ke makanan.
Ini terjadi di akhir perjalanan dan karena cuaca yang buruk, kami sudah melahap semua cadangan makanan yang lain. Jadi di dua hari terakhir pilihannya hanya memakan kerosin atau gak makan sama sekali. Ya sudah pasti kami mengambil pilihan yang pertama. Ini jangan pernah dicoba ya. Ketika kami akhirnya bertemu dengan segerombolan orang Rusia, kami langsung berlutut dan memohon mereka untuk memasak sesuatu untuk perut kami yang kelaparan. Mereka tidak berbicara bahasa Inggris sama sekali, tapi mereka memasak sup dan pancake dengan selai plum untuk kami. Itu adalah hidangan yang saya tidak pernah akan lupa.
Haha, wow. Kalau pengalaman makan paling sedap?
Waktu itu saya sedang main kayak di utara pantai Norwegia yang panjangnya sekitar 1.800 kilometer. Udaranya sedang hangat, terlalu hangat buat main siang-siang, jadi kami berkayak di malam hari ketika udaranya lebih adem. Di suatu pagi, kami menuju ke pantai dan memasang tenda. Ketika kami terbangun, cuacanya panas banget dan tergeletak banyak sekali krøkebær—blackberry kecil—di mana-mana. Kami hanya mengenakan pakaian dalam dan saking banyaknya berry di tanah, rasanya seperti berjalan di atas plastik pletok ( bubble wrap). Kami membawa gula dan tepung, jadi kami membuat pancake dan menggunakan berry sebagai selai. Itu pengalaman yang luar biasa. Terlalu sering kita terlalu khawatir tentang apa yang sehat dan apa yang tidak. Aduhh, makan ini atau enggak ya? Tapi kadang-kadang santai dikit engak apa-apa kok. Yang penting makan pancake. Saya doyan banget pancake.
Makasih, Randi!